Ghana dan Nigeria Setujui Vaksin Malaria Terbaru Buatan Oxford, Indonesia Kapan Nyusul?

Penggunaan vaksin Malaria terbaru R21 buatan Oxford disetujui di Ghana dan Nigeria, kapan Indonesia akan menyusul?

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 03 Mei 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2023, 15:00 WIB
Verifikasi Sertifikat Vaksin Covid-19
Ilustrasi Ghana dan Nigeria menyetujui penggunaan vaksin Malaria terbaru R21 buatan Oxford, kapan Indonesia akan menyusul? /pexels.com Artem Podrez

Liputan6.com, Jakarta - Dua negara di Afrika, yakni Ghana dan Nigeria telah menyetujui penggunaan vaksin Malaria terbaru bernama R21/Matrix-M vaccine. Vaksin ini dikembangkan peneliti Oxford University dan diproduksi oleh Serum Institute of India and Novavax (NVAX.O).

Lantas, kapan Indonesia menyusul untuk penggunaan vaksin Malaria tersebut?

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Imran Pambudi menyebut belum ada rencana untuk mengimpor dan menggunakan vaksin Malaria R21.

Apalagi informasi yang dikumpulkan Kemenkes, produksi vaksin R21/Matrix-M vaccine tersebut terbilang terbatas. Penggunaan vaksin ini pun lebih menyasar di kawasan Afrika terlebih dahulu.

"Memang betul vaksin ini (R21) sudah digunakan di Afrika dan kalau saya lihat dari catatan kami bahwa memang produksinya masih terbatas ini," terang Imran menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat Press Conference: Peringatan Hari Malaria Sedunia 2023 pada Selasa, 2 Mei 2023.

"Kami masih belum bisa mendapatkan vaksin ini. Jadi sampai tahun ini pun belum punya rencana untuk menggunakan vaksin itu."

Vaksin Malaria R21 Masih Prioritas untuk Afrika

Imran juga menekankan, sebenarnya Indonesia tengah mengupayakan pengadaan vaksin Malaria RTS,S/AS01 yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Karena kalau pun kita toh punya anggaran untuk beli, itu (vaksin R21) barangnya masih diprioritaskan untuk daerah Afrika. Untuk saat ini soal vaksin, kami masih mengacu pada rekomendasi dari WHO," imbuhnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Upayakan Penyediaan Vaksin Malaria RTS,S/AS01

Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Kerja Malaria dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI Helen Dewi menambahkan Indonesia sedang berencana untuk penyediaan vaksin Malaria RTS,S/AS01 rekomendasi WHO.

"Untuk vaksin yang kami saat ini masih coba follow adalah vaksin yang direkomendasikan WHO, RTS,S/AS01, bukan R21 yang dari Oxford," tambahnya.

Berkirim Surat ke WHO dan GAVI

Upaya mendapatkan vaksin RTS,S/AS01 juga sudah melalui surat yang dikirimkan Kemenkes RI kepada WHO dan Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI).

Sayangnya, vaksin RTS juga masih diprioritaskan untuk daerah Afrika.

"Jadi pada tahun 2021 saat vaksin itu baru diluncurkan ke dunia, kami sudah merespons dari Kemenkes sendiri sudah bersurat pada waktu itu ke WHO dan GAVI untuk memberikan jatah kepada Indonesia," jelas Helen.

"Namun, pada saat itu ternyata disampaikan vaksin itu belum diperuntukan untuk negara lain, kecuali masih diperuntukan untuk negara Afrika. Saat itu, untuk negara sub Sahara Afrika, yaitu Ghana, Kenya, dan Malawi."


Indonesia Antre Vaksin Malaria Rekomendasi WHO

Vaksin Cacar Monyet
Ilustrasi Indonesia harus mengantre untuk mendapatkan vaksin Malaria RTS yang merupakan rekomendasi WHO. (Sumber foto: Pexels.com)

Untuk pengadaan vaksin Malaria RTS,S/AS01 rekomendasi WHO, Indonesia juga harus mengantre. Sebab, kebutuhan vaksin di dunia sampai 100 juta per tahun, sementara produksi vaksin RTS sendiri hanya 15 juta per tahun.

"Sehingga Indonesia harus mengantre karena produksinya itu hanya 15 juta dosis per tahun, sedangkan kebutuhan dari seluruh dunia itu 100 juta dosis per tahun," Helen Dewi melanjutkan.

"Karena 90 persen kasus malaria berada di Afrika, maka prioritas (penggunaan vaksin RTS) berada di Afrika."

Vaksin Malaria R21 Sasar Anak-anak di Afrika

Adapun vaksin Malaria baru R21/Matrix-M vaccine telah disetujui untuk digunakan di Ghana dan disetujui secara kondisional untuk digunakan di Nigeria.

Director of Oxford University's Jenner Institute, Adrian Hill, yang memimpin desain dan pengembangan klinis vaksin R21 mengatakan vaksin ini menyasar anak-anak berusia 5 bulan hingga 36 bulan.

"Ini adalah alat kesehatan masyarakat yang menurut kami benar-benar dapat membuat perbedaan dalam mengendalikan malaria dengan lebih baik dalam menyelamatkan banyak dari 640.000 nyawa yang hilang akibat malaria setiap tahun, terutama di antara anak-anak di Afrika," katanya.

Vaksin R21 memerlukan tiga dosis ditambah booster dan dimaksudkan untuk digunakan pada bayi dan anak kecil. Uji coba fase 3 masih berlangsung, tetapi uji coba fase 2B melampaui target WHO sebesar 75 persen kemanjuran, yakni kemanjurannya 77 persen.


WHO Belum Setujui Vaksin Malaria R21

Adrian Hill melanjutkan, sebenarnya WHO belum menyetujui vaksin Malaria R21 dan tidak biasa bagi suatu negara untuk menyetujui vaksin untuk digunakan secara luas sebelum WHO memberikan persetujuannya.

Meskipun demikian, menurut WHO, setidaknya 10 otoritas badan obat negara Afrika lainnya sedang meninjau data uji coba untuk menilai suntikan tersebut dan lebih banyak diharapkan menyetujuinya dalam beberapa minggu mendatang.

Komitmen Produksi sampai 200 Juta Dosis per Tahun

Ditambahkan Hill, Serum Institute of India yang akan memproduksi vaksin R21 telah berkomitmen untuk memproduksi 100 hingga 200 juta dosis per tahun.

"Itu sangat besar dibandingkan dengan vaksin Malaria lainnya yang mungkin akan datang," tambah, dikutip dari CBC.ca.

"Kami melihat peluncuran bertahap dan peningkatan sasaran suntikan awalnya pada anak-anak, tapi akhirnya pada orang dewasa juga bisa, mengingat orang dewasa di Afrika juga menderita malaria."

infografis beda DBD dan Malaria
Apa bedanya DBD dan Malaria?
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya