Deklarasi One Health di KTT ASEAN 2023, Fokus Identifikasi Patogen Zoonosis

Deklarasi One Health pada KTT ASEAN 2023 berfokus pada identifikasi patogen zoonosis.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 13 Mei 2023, 07:00 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2023, 07:00 WIB
Jokowi Resmi Buka KTT ke-42 ASEAN 2023 di Labuan Bajo
Deklarasi One Health pada KTT ASEAN 2023 berfokus pada identifikasi patogen zoonosis. (AP Photo/Achmad Ibrahim, Pool)

Liputan6.com, Jakarta Para Pimpinan Negara ASEAN mendeklarasikan komitmen One Health yang termaktub dalam Asean Leaders’ Declaration On One Health Initiative. Deklarasi ini disepakati di KTT ASEAN ke-42, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 10 - 11 Mei 2023.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi menuturkan fokus utama deklarasi One Health pada KTT ASEAN 2023 kali ini adalah upaya identifikasi patogen zoonosis.

Patogen zoonosis dapat berupa bakteri, virus atau parasit, atau mungkin melibatkan agen nonkonvensional dan dapat menyebar ke manusia melalui kontak langsung atau melalui makanan, air atau lingkungan. 

“Amanat Deklarasi adalah melakukan identifikasi patogen zoonosis yang mengancam kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan penyebab wabah dan memiliki potensi pandemi, sebagai acuan untuk riset dan pengembangan, serta investasi terhadap pencegahan, kesiapsiagaan dan tanggapan (PPR),” kata Nadia kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, Jumat (12/5/2023).

Komitmen Bangun Jejaring

Deklarasi One  Health di KTT ASEAN ke-42 ini disepakati oleh Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Nadia menambahkan, deklarasi juga menguatkan komitmen dengan membangun jejaring untuk mengembangkan dan kolaborasi multisektoral serta berkoordinasi untuk implementasi pendekatan One Health.

“Deklarasi juga menekankan perlunya berbagi pengalaman, pembelajaran, kemajuan dan keterlibatan masyarakat antar negara ASEAN, serta bekerja sama dengan organisasi internasional untuk berkontribusi pada implementasi pendekatan One Health untuk keberlanjutannya,” tambahnya.

Kemunculan Deklarasi One Health

Kemunculan deklarasi ini, menurut kesepuluh negara ASEAN memerhatikan dampak yang menghancurkan dan multidimensi dari pandemi COVID-19 serta penyakit menular yang muncul dan muncul kembali lainnya termasuk zoonosis, resistensi antimikroba (AMR), dampak pertumbuhan dan tantangan lain terkait perubahan iklim pada kehidupan manusia dan mata pencaharian, dan kebutuhan untuk memperkuat sistem kesehatan menjadi tangguh dan responsif, seperti dalam ASEAN Blue Print.

Ada Risiko dan Kerentanan Wabah Zoonosis

Selanjutnya, hasil analisis kerja One Health High Level Expert Panel (OHHLEP) and One Health Joint Plan of Action (2022-2026) untuk meningkatkan kemampuan dalam mengoptimalkan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan ekosistem serta kemampuan untuk mencegah, memprediksi, mendeteksi, dan menanggapi ancaman kesehatan.

Mengakui adanya peningkatan risiko dan kerentanan masing-masing Negara Anggota terhadap ancaman terhadap manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan dengan wabah dan pandemi potensi termasuk zoonosis, bahaya makanan, resistensi antimikroba, diperburuk oleh perubahan iklim telah menunjukkan pentingnya peran yang multisektoral dan kolaboratif pendekatan kesehatan, demikian bunyi pernyataan Deklarasi One Health.

 

Penyebaran Patogen Zoonosis

Cara Penularan Virus Ebola
Ilustrasi patogen zoonosis dapat menyebar ke manusia melalui titik kontak apapun dengan hewan peliharaan, pertanian, atau liar. Credit: pexels.com/Klein

Adapun patogen zoonosis dapat menyebar ke manusia melalui titik kontak apapun dengan hewan peliharaan, pertanian, atau liar. Pasar yang menjual daging atau produk sampingan hewan liar sangat berisiko tinggi karena banyaknya patogen baru atau tidak terdokumentasi yang diketahui ada di beberapa populasi hewan liar. 

Pekerja pertanian di daerah dengan penggunaan antibiotik yang tinggi untuk hewan ternak mungkin berisiko tinggi terhadap patogen yang kebal terhadap obat antimikroba saat ini. 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bekerja dengan pemerintah nasional, akademisi, organisasi non-pemerintah dan filantropi, serta mitra regional dan internasional untuk mencegah dan mengelola ancaman zoonosis serta dampaknya terhadap kesehatan masyarakat, sosial, dan ekonomi. 

Upaya ini termasuk mendorong kolaborasi lintas sektoral pada antarmuka manusia-hewan-lingkungan di antara berbagai sektor terkait di tingkat regional, nasional dan internasional, menurut informasi dari laman WHO.

Kembangkan Kapasitas Deteksi Zoonosis

WHO juga bekerja untuk mengembangkan kapasitas dan mempromosikan alat dan mekanisme yang praktis, berbasis bukti dan hemat biaya untuk pencegahan, pengawasan dan deteksi zoonosis melalui pelaporan, penyelidikan epidemiologis dan laboratorium, penilaian dan pengendalian risiko, dan membantu negara-negara dalam penerapannya.

Sebagai bagian dari pendekatan One Health, WHO bekerja sama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dalam Sistem Peringatan Dini Global untuk Penyakit Hewan Utama (GLEWS). 

Sistem bersama ini dibangun berdasarkan nilai tambah dari penggabungan dan koordinasi mekanisme kewaspadaan dari ketiga lembaga untuk membantu dalam peringatan dini, pencegahan dan pengendalian ancaman penyakit hewan, termasuk zoonosis, melalui berbagi data dan penilaian risiko.

Infografis Waspada Varian Covid-19 Arcturus Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Waspada Varian Covid-19 Arcturus Terdeteksi di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya