Para Pakar dari Klinik dan Rumah Sakit Hadiri Pelatihan Terobosan Baru Penurunan Berat Badan

Sejumlah pakar menghadiri pelatihan program penurunan berat badan terobosan baru melalui Program Allurion atau gastric Ballon.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jul 2023, 20:41 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2023, 20:30 WIB
Program pelatihan gastric ballon untuk menurunkan berat badan
Program pelatihan gastric ballon untuk menurunkan berat badan

Liputan6.com, Jakarta Obesitas atau kelebihan berat badan merupakan masalah di Indonesia yang sampai hari ini prevalensinya semakin meningkat terlebih setelah pandemi COVID-19.

Menurut data Kemenkes, satu dari tiga orang dewasa Indonesia mengalami obesitas, dan satu dari lima anak berusia 5 hingga 12 tahun mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mencatat, prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa Indonesia meningkat hampir dua kali lipat dari 19,1 persen pada 2007 menjadi 35,4 persen pada 2018.

Untuk mengatasi obesitas, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Salah satunya program penurunan berat badan terobosan baru melalui Program Allurion atau gastric Ballon.

"Gastric Ballon ini dihadirkan tanpa operasi, tanpa anestesi dan tanpa endoskopi," kata Ron Pirolo selaku Director PT Regenesis Indonesia, dikutip dari keterangan pers, Jumat (28/7/2023).

Cara Kerja Gastric Ballon untuk Menurunkan Berat Badan

Cara kerjanya, lanjut dia, balon yang awalnya berbentuk kapsul nantinya akan menjadi balon di dalam lambung setelah 15- 20 menit diaplikasikan.

"Balon Allurion merupakan balon satu-satunya di dunia yang diaplikasikan tanpa endoskopi, serta dilengkapi dengan alat monitoring canggih dengan Allurion Connected Scale and Health Tracker yang terhubung dengan Allurion Mobile Apps yang dapat di download dari Appstore ataupun juga Playstore," jelasnya.

 

Ron Pirolo menyampaikan bahwa untuk memperdalam program penurunan berat badan dengan teknik ini, diselenggarakan Allurion Official Training Batch I dengan melibatkan para expert dari berbagai RS dan klinik slimming.

Narasumber pun didatangkan dari Australia, yaitu Kate Blake, Medical Spesializ ANZ Allurion Technologies yang mengenalkan profil produk, pembelajaran mengenai implementasi dengan hands on langsung melihat bagaimana balon itu mengembang sebagai alat peraga.

 

 


Training Diikuti Peserta dari Jakarta dan Surabaya

Tahapan dalam Program Allurion dijelaskan secara berurutan dari persiapan yang harus dilakukan oleh pasien 2 minggu sebelumnya dan juga handling objection untuk penanganan efek samping jika muncul saat mengaplikasian.

Training ini diikuti oleh beberapa rumah sakit besar dan Klinik di Jakarta dan Surabaya. Hal ini menjadi angin segar bagi Indonesia yang akhirnya memiliki suatu program penurunan berat badan dengan procedural yang menyamankan bagi pasien dan terhindar dari efek Yoyo yang biasanya dihadapi oleh pasien.

Anton Nurarifyanto selaku Nasional Sales Manager Allurion mengatakan bahwa Allurion Official Training ini akan dilakukan secara berkeinambungan, dan dalam waktu dekat akan dilakukan Batch Kedua dengan kuota yang 100% sudah penuh dan akan dilaksanakan di akhir bulan Juli ini.

 

 


Review dari Beberapa Negara

Menurut jurnal penelitian 2021 dari Kementerian Kesehatan Kuwait, hasil review berbagai jenis ballon yang ada, hanya ballon Allurion berbahan dasar polymer film / capsul vegetative yang nantinya dapat terdegradasi secara natural setelah 4 bulan.

Selain itu juga merupakan ballon satu satunya yang tidak menggunakan endoskopi yang sangat membantu para dokter dalam memberikan kenyamanan bagi pasiennya.

Review dari berbagai Negara juga menyatakan bahwa dengan program Allurion ini dokter akhirnya menemukan solusi untuk efek YOYO yang sering di hadapi dari berbagai program penurunan berat badan.

 


Perangkat yang Memonitor Berat Badan

Hal yang menarik lainnya yang didapat pada Allurion Official Training adalah dengan diperlihatkannya perangkat yang akan membantu dalam memonitoring Progam Allurion, seperti bagaimana Allurion Connected Scale and Health Tracker bekerja dan membantu dokter dapat memonitoring dimanapun berada karena semuanya juga terhubung dengan Allurion Mobile Apps di digital platform.

"Aplikasi yang dikembangkan oleh Allurion ini juga menjadi hal yang inovatif karena semua terhubung dan pasien juga dapat memonitor progressnya baik secara mandiri maupun secara psikologis pasien juga menjadi sangat nyaman dan yakin karena seolah dokter selalu ada di dekat mereka," kata Kate Blake dalam presentasinya.

Kecanggihan Allurion Mobile Apps terlihat kemampuannya untuk memonitor banyak data seperti berat badan, BMI, Body Fat, MUsscle Mass, Bone, Body Water, BMR, Visceral Fat dari beberapa aktivitas yang tercakup seperti langkah kaki, waktu istirahat, olahraga dan lainnya.

Infografis Obesitas
Arya Permana, salah satu contoh kasus obesitas yang mengkhawatirkan (liputan6.com/Tri yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya