Ancaman Diare dan Penyakit Menular Lain Intai Warga Palestina

Lebih dari 33.551 kasus diare telah dilaporkan di Palestina.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Nov 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2023, 17:00 WIB
Ancaman Diare dan Penyakit Menular Mengintai Warga Palestina akibat Kontaminasi Lingkungan dan Air lebih dari 33.551 kasus diare telah dilap
Ancaman Diare dan Penyakit Menular Mengintai Warga Palestina akibat Kontaminasi Lingkungan dan Air lebih dari 33.551 kasus diare telah dilap. (AP Photo/Hatem Ali)

Liputan6.com, Jakarta Korban jiwa dan cedera di Gaza terus meningkat akibat konflik. Di sisi lain, kepadatan pengungsi, terganggunya sistem kesehatan, air, dan sanitasi menimbulkan bahaya tambahan yakni penyebaran penyakit menular jadi semakin cepat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan bahwa beberapa tren yang mengkhawatirkan sudah mulai muncul. Kurangnya bahan bakar telah menyebabkan ditutupnya pabrik desalinasi yang berperan menghilangkan garam dari air laut. Hal ini secara signifikan meningkatkan risiko penyebaran infeksi bakteri seperti diare karena masyarakat mengonsumsi air yang terkontaminasi.

Sejak pertengahan Oktober 2023, lebih dari 33.551 kasus diare telah dilaporkan. Lebih dari separuh kasus tersebut terjadi pada anak balita. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan rata-rata 2000 kasus setiap bulan pada anak balita sepanjang tahun 2021 dan 2022.

Penyakit lain juga bermunculan, sebanyak 8.944 kasus kudis dan kutu rambut, 1.005 kasus cacar air, 12.635 kasus ruam kulit dan 54.866 kasus infeksi saluran pernapasan atas telah dilaporkan.

Kurangnya bahan bakar juga mengganggu pengumpulan sampah, menciptakan lingkungan kotor dan mendukung perkembangbiakan serangga serta hewan pengerat. Mereka dapat membawa dan menularkan penyakit secara cepat dan luas.

Risiko Penularan Penyakit Menular Meningkat

Distribusi Makanan Warga Gaza Palestina
"Persediaan makanan yang masuk dari Mesir sebagian besar mecakup makanan siap saju (tuna kalengan dan kurma batangan), dan terutama didistribusikan kepada pengungsi dan keluarga di Gaza selatan, dan hanya tepung yang disuplai ke toko roti," demikian pernyataan OCHA, dikutip dari Middle East Monitor. (AP Photo/Hatem Ali)

Situasi ini sangat memprihatinkan bagi hampir 1,5 juta pengungsi di seluruh Gaza. Terutama mereka yang tinggal di tempat penampungan yang sangat padat dengan akses yang buruk terhadap fasilitas kebersihan dan air bersih.

“Sehingga, meningkatkan risiko penularan penyakit menular,” mengutip keterangan pers WHO, Kamis (9/11/2023).

Badan pengungsi PBB UNRWA, WHO, dan Kementerian Kesehatan setempat sedang meningkatkan sistem surveilans penyakit yang fleksibel di banyak tempat penampungan dan fasilitas kesehatan. Mengingat, tren penyakit saat ini sangat memprihatinkan.

Terganggunya Vaksinasi Rutin Semakin Perburuk Keadaan

Lebih dari 3.600 anak-anak Palestina
Kelompok advokasi Save The Children mengatakan lebih banyak anak yang terbunuh di Gaza pada Oktober 2023 dibandingkan dengan jumlah anak yang terbunuh di semua zona konflik di seluruh dunia pada tahun 2022. (AP Photo/Abed Khaled)

Terganggunya kegiatan vaksinasi rutin, serta kurangnya obat-obatan untuk mengobati penyakit menular, semakin meningkatkan risiko percepatan penyebaran penyakit.

Hal ini diperburuk dengan cakupan sistem surveilans penyakit yang tidak lengkap, termasuk deteksi dini penyakit dan kapasitas responsnya.

Konektivitas internet dan fungsi sistem telepon yang terbatas semakin membatasi kemampuan untuk mendeteksi potensi wabah sejak dini dan merespons secara efektif.

Kondisi Fasilitas Kesehatan di Gaza

Anak-Anak Palestina
Warga Palestina yang terluka tiba di Rumah Sakit al-Shifa dengan menaiki truk menyusul serangan udara Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza, Kamis (19/10/2023). (AP Photo/Abed Khaled)

Di fasilitas kesehatan, sistem air dan sanitasi yang rusak, serta berkurangnya persediaan pembersih membuat upaya dasar pencegahan dan pengendalian infeksi hampir tidak mungkin dilakukan.

Perkembangan ini secara signifikan meningkatkan risiko infeksi akibat trauma, pembedahan, perawatan luka, dan persalinan.

Individu dengan imunosupresi, seperti pasien kanker, sangat berisiko mengalami komplikasi infeksi. Kurangnya alat pelindung diri berarti petugas kesehatan dapat tertular dan menularkan infeksi saat memberikan perawatan kepada pasiennya.

Pengelolaan limbah medis di rumah sakit telah sangat terganggu, sehingga semakin meningkatkan paparan terhadap bahan berbahaya dan infeksi.

WHO menyerukan akses bantuan kemanusiaan yang mendesak dan dipercepat – termasuk bahan bakar, air, makanan, dan pasokan medis – ke seluruh Jalur Gaza.

“Semua pihak yang berkonflik harus mematuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum humaniter internasional untuk melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk layanan kesehatan.”

“WHO menyerukan pembebasan tanpa syarat semua sandera dan gencatan senjata kemanusiaan untuk mencegah kematian dan penderitaan lebih lanjut,” pungkas WHO.

Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Tragedi Kemanusiaan 3.000 Lebih Anak Meninggal di Gaza. (Liputan6.com/Abdillah).
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya