HEADLINE: Waspada Flu Singapura atau HFMD dan Penyebarannya Saat Musim Mudik, Antisipasinya?

Hingga akhir Maret 2024, kasus flu Singapura atau HFMD di Indonesia sudah menyentuh angka 6.000-an. Pergerakan masyarakat pada mudik di Lebaran 2024 juga meningkatkan kemungkinan penambahan jumlah kasus makin banyak lagi.

oleh Aditya Eka PrawiraBenedikta DesideriaAde Nasihudin Al Ansori diperbarui 06 Apr 2024, 00:00 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2024, 00:00 WIB
Bintik merah pada tangan dan kaki seorang balita, salah satu gejala dari penyakit Flu Singapura atau HFMD yang rentan terjadi pada anak di musim pancaroba. (Foto: Benedikta Desideria/Liputan6.com)
Bintik merah pada tangan dan kaki seorang balita, salah satu gejala dari penyakit Flu Singapura atau HFMD rentan meningkat saat mudik Lebaran 2024. (Foto: Benedikta Desideria/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Kasus penyakit Hand, Foot, Mouth Disease (HFMD) atau Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM) yang orang awam kenal dengan istilah flu Singapura pada awal tahun ini menjadi sorotan di Indonesia. 

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat ada 6.100-an kasus HFMD dari awal hingga akhir Maret 2024. Sebagian besar kasus terjadi pada usia anak dan sedikit sekali pada orang dewasa.

Kasus HFMD terbanyak ada di Pulau Jawa. Ditilik per provinsi tertinggi adalah Jawa Barat (2.100), Banten (1.100) disusul DI Yogyakarta (561).

Bila menilik tahun-tahun sebelumnya, data Kemenkes RI pada 2019 mencatat ada 11 ribu kasus HFMD. Pada 2020 terjadi penurunan drastis kasus HFMD sebanyak 5.200 karena situasi pandemi COVID-19 menurunkan interaksi di masyarakat.

Lalu, pada 2021 tercatat ada 5.400-an kasus. Kemudian, pada 2022 ada 8.100 kasus HFMD. Disusul pada 2023 tercatat 11.000-an kasus HFMD.

Melihat ada tren ada peningkatan kasus di tiga bulan pertama 2024, Kementerian Kesehatan RI mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap penularan flu Singapura atau HFMD.

"Kalau dalam 3 bulan (Januari - Maret 2024) ada 6 ribuan kasus, bisa menjadi 24 ribu kasus (dalam setahun). Maka kita melihat tren peningkatan kasus," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid lewat sambungan telepon kepada Health Liputan6.com pada Jumat, 5 April 2024.

Potensi Kasus Naik Saat Mudik Lebaran 2024

Adanya tren kenaikan ditambah mobilisasi tinggi saat mudik Lebaran, Nadia meminta masyarakat untuk lebih waspada terhadap flu Singapura. Terlebih penyakit ini memiliki kecepatan penularan yang tinggi meski jarang menyebabkan sakit berat.

"Ada tren peningkatan, ditambah mudik, ditambah libur panjang itu berpotensi sekali terjadi peningkatan kasus flu Singapura," tutur Nadia lagi. 

Hal senada juga disampaikan anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Profesor Edi Hartoyo. Peningkatan risiko seseorang terkena HFMD lebih tinggi terjadi pada yang mudik menggunakan transportasi umum.

“Kalau soal berpotensi memperluas (penularan), bisa iya. Apalagi kalau kita menggunakan sarana transportasi umum,” kata Edi dalam temu media secara daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (2/4/2024).

Infografis Waspada Penyebaran Flu Singapura Saat Musim Mudik Lebaran 2024. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Waspada Penyebaran Flu Singapura Saat Musim Mudik Lebaran 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Banyak Orangtua Tak Tahu Anak Kena HFMD

Nadia juga menyampaikan bahwa HFMD atau flu Singapura bisa menular bahkan sebelum gejala penyakit muncul. Bahkan, sesudah gejala selesai penyakit tersebut juga masih bisa menularkan ke orang lain.

"Penyakit ini walau ringan tapi penularan cepat. 3-7 hari sebelum gejala muncul itu sudah bisa menularkan ke orang lain. Lalu, ketika sudah sembuh tidak ada gejala klinis bisa menularkan ke orang lain," tutur Nadia.

Di sisi lain, penularan yang semakin luas dapat dipicu ketidaksadaran orangtua bahwa anaknya tengah mengidap HFMD.

“Karena ini penyakitnya ringan, orangtua enggak sadar bahwa dia kena virus akhirnya pulang naik bus, kumpul dengan orang banyak. Maka risiko untuk memperluas (penyebaran) bisa iya,” tutur Edi.

 

Bagaimana Biar Anak Enggak Tertular HFMD Saat Mudik?

Guna mencegah anak dan orang dewasa tertular HFMD atau flu Singapura saat mudik, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:

1. Jalankan perilaku hidup bersih dan sehat  

Pratikkan kembali kebiasaan mencuci tangan terutama sesudah buang air besar, buang air kecil dan sebelum makan.

"Kita tahu flu Singapura menular lewat kontak langsung yakni terhirup dari percikan orang batuk, dahak, ingus. Lalu, saat mengganti popok pada bayi itu bisa ada virus di kotoran (feses). Lalu, permukaan benda yang tercemar dari tangan orang yang sakit HFMD. Jadi penting sekali cuci tangan," kata Nadia.

Lalu, saat anak-anak bermain di tempat publik, perlu upaya orangtua untuk mengajak anak untuk mencuci tangan juga mandi setelahnya.

"Penyakit ini lebih menyerang anak maka fokus kita (orangtua) bagaimana memperhatikan higienitas dan sanitasi dari anak-anak," saran Nadia. 

2. Memakai Masker

Nadia juga mengingatkan untuk kembali memakai masker saat bepergian mengingat HFMD juga bisa ditularkan lewat droplet. Masker sudah bisa digunakan pada anak di atas dua tahun. 

Terlebih penggunaan masker amat diperlukan bagi orang yang sedang sakit. 

3. Hindari Kontak dengan Pengidap HFMD

Ditambahkan Edi, agar anak tak tertular flu Singapura adalah menghindari kontak dengan pengidap HFMD.

“Hindari kontak dengan penderita flu Singapura. Untuk bapak dan ibu yang kira-kira anaknya menunjukkan gejala tadi ya sudah suruh di rumah dulu deh jangan main sama temannya agar tidak menular,” katanya.

4. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Cara lain menjaga anak agar tidak tertular dan menularkan virus penyebab HFMD adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuhnya.

"Menaikkan daya tahan tubuh anak kita. Apa caranya? Suruh istirahat yang cukup, nutrisi yang baik, suruh banyak minum,” kata Edi.

Naiknya daya tahan tubuh akan mampu menghalau virus yang masuk ke tubuh anak, apapun jenisnya.

Mengenali Gejala HFMD atau Flu Singapura

Infografis Gejala, Pencegahan dan Pengobatan Flu Singapura. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Gejala, Pencegahan dan Pengobatan Flu Singapura. (Liputan6.com/Abdillah)

Flu Singapura atau HFMD adalah penyakit akibat virus yang menyerang baik anak juga dewasa.

“Tapi memang banyak dilaporkan pada anak-anak, umumnya menginfeksi anak berusia 10 tahun dan sebagian dapat menginfeksi orang dewasa,” kata anggota bidang kajian penanggulangan penyakit menular PB Ikatan Dokter Indonesia, dokter Erlina Burhan SpP(K).

Ditambahkan Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Tjandra Yoga Aditama masa inkubasi HFMD selama tiga hingga tujuh hari.

Gejala HFMD pada anak:

  • demam
  • ruam dan benjolan kecil di tangan, kaki, dan mulut
  • hilangnya nafsu makan
  • serta nyeri pada tenggorokan.

"Setelah demam, biasanya muncul keluhan nyeri di mulut yang awalnya berupa benjolan dan kemudian bisa menjadi lendir. Lesi ini bisa terjadi di lidah, gusi, atau bagian dalam mulut lainnya," kata Tjandra.

Sementara itu, pada orang dewasa bila terpapar HFMD tidak menimbulkan gejala seperti disampaikan Nadia.

HFMD bukanlah penyakit berat, penyakit ini bisa sembuh dalam 7-10 hari dengan pengobatan suportif. 

Meskipun jarang terjadi, HFMD akibat EV 71 dapat menyebabkan meningitis dan bahkan encephalitis. Infeksi ini dimulai dari saluran cerna dan bisa menyebabkan gangguan neurologis.

Selain itu, HFMD juga bisa disebabkan oleh Coxsackievirus A16 yang juga dapat menyebabkan meningitis.

Ditambahkan Nadia, kasus parah akibat HFMD itu biasanya rentan terjadi pada anak yang memiliki gangguan imunitas tubuh atau imunitas tubuh yang rendah.

HFMD sangat menular dan bisa ditularkan melalui kontak langsung, cairan hidung dan tenggorokan, saliva, cairan dari benjolan, atau tinja pasien. Masa penularannya paling tinggi pada minggu pertama setelah terinfeksi.

 

Penanganan Anak Terkena HFMD

Dokter Ungkap Perbedaan Luka di Mulut Akibat Flu Singapura atau HFMD dengan Sariawan Biasa
Dokter Ungkap Perbedaan Luka di Mulut Akibat Flu Singapura atau HFMD dengan Sariawan Biasa. (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Pada umumnya, berikut penanganan flu Singapura yakni:

  • Konsumsi obat demam jika ada demam
  • Konsumsi obat batuk pilek jika gejalanya ada, biasanya jarang
  • Beri vitamin atau sayur-buah setiap hari.

Namun, dokter spesialis anak subspesialis kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis Hinky Hindra Irawan Satari mengatakan bila anak memperlihatkan gejala HFMD sebaiknya bawa ke dokter untuk ditegakkan diagnosis serta penanganan yang tepat.

“Intinya apapun harus berobat ke dokterlah," katanya. 

"Dipantau, dilihat tanda-tanda bahaya tadi sesak, kejang, demam tinggi, enggak mau makan-minum, sekali makan muntah atau diare, nggak pipis, itu kan bisa jadi tanda bahaya."

Nadia juga menegaskan pada hal serupa terlebih ketika anak tidak mau makan dan minum. Hal itu bisa memicu dehidrasi yang bisa berakibat fatal.

"HFMD penyakit biasa tidak menimbulkan kematian. Tapi kematian bisa terjadi bila anak dehidrasi. Kenapa anak dehidrasi? Karena enggak bisa makan dan minum lantaran di mulutnya sariawan, melepuh," kata Nadia.

Bila orangtua melihat anak dengan HFMD tak mau makan dan minum, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan guna mencegah keparahan.

"Kenapa harus di bawa ke rumah sakit? Supaya simptom-simptom yang ada pada anak bisa diatasi," kata Nadia.

Lakukan Isolasi

Lalu, anak dengan HFMD perlu melakukan isolasi. Bukan berarti anak dikurung di kamar melainkan tidak keluar rumah dulu dalam lima hingga tujuh hari.

“Kalau sudah lima sampai tujuh hari dia sudah tidak menular lagi. Jangan sampai dua minggu, enggak lah. Kalau dua minggu terlalu lama, kasihan,” kata Edy.

 

Asal Usul Sebutan Flu Singapura: Bukan Flu dan Tidak Berasal dari Singapura

Salah kaprah penyebutan HFMD menjadi flu Singapura sudah terjadi beberapa tahun terakhir. Masyarakat kebanyakan pun menyebutnya menjadi flu Singapura ketimbang HFMD.

Hinky menjelaskan istilah flu Singapura adalah terminologi yang salah untuk merujuk pada penyakit Hand Foot and Mouth Disease. HFMD bukan disebabkan oleh virus flu. HFMD disebabkan virus dari genus Enterovirus yakni Coxsacklevirus dan Human Enterovirus 71 (HEV 71). 

“Itu terminologi yang salah kalau flu Singapur. Memang virusnya bukan flu dan tidak hanya terjadi di Singapura saja, di berbagai tempat dan berbagai penyebab,” ujar Hinky dalam Pekan Imunisasi Dunia (PID) bersama Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin, 18 Maret 2024.

Hal senada juga disampaikan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso dalam kesempatan yang sama

Menurut Piprim, sebutan flu Singapura bagi penyakit tersebut bukan lagi hanya milik Singapura karena sudah menyebar ke berbagai wilayah termasuk Indonesia.

“Kasus yang disebut flu Singapura ini cukup marak akhir-akhir ini. Sebetulnya flu (Singapura) ini bukan milik Singapura lagi, di Indonesia juga udah banyak mungkin jadi flu Jakarta dan flu lain-lain,” kata Piprim 

Pakar kesehatan global sekaligus epidemiolog Dicky Budiman menyampaikan bahwa HFMD tersebar di seluruh dunia, tetapi prevalensinya lebih tinggi di wilayah-wilayah tropis dan subtropis.

“Penyakit ini sering terjadi secara musiman, dengan puncak kasus yang biasanya terjadi di musim panas dan awal musim gugur di banyak wilayah,” jelas Dicky baru-baru ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya