Liputan6.com, Jakarta - Kisah pilu bocah Cirebon, ARP, viral di media sosial karena dugaan depresi setelah ponsel kesayangannya dijual oleh sang ibu demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menurut ibu ARP, Siti Anita, ponsel tersebut adalah barang kesayangan ARP dan dibeli dari hasil menabungnya sendiri. Namun, kondisi ekonomi memaksa Siti untuk menjualnya.
Baca Juga
"Iya (karena kebutuhan ekonomi), saya bingung keadaan enggak kerja, saya enggak jualan, terus suami juga delapan bulan enggak ngasih nafkah. Jadi, saya bingung, ada barang itu ya saya jual buat makan sehari-hari," kata Siti kepada awak media mengutip saluran Youtube Liputan6Â pada Rabu, 15 Mei 2024.
Advertisement
Siti menjelaskan bahwa hp dijual tidak dilakukan sembarangan tanpa sepengetahuan ARP. Sebelum menjualnya, dia telah meminta izin dari ARP dan berjanji akan mengembalikannya saat memiliki cukup uang.
"Mungkin itu barang yang dia senang, hasil nabung sendiri, jerih payah sendiri. Tapi, saya izin, enggak asal saya jual, saya izin 'A mama pinjam ya A, nanti mama balikin kalau punya uang mama beli lagi',"Â tambahnya.
Meskipun ARP telah mengizinkan ibunya untuk menjual ponselnya, ARP kerap terlihat sedih dan melamun setelah hp dijual. Ponsel tersebut biasanya digunakan oleh bocah di Cirebon untuk bermain game dan belajar, terutama saat masa pembelajaran jarak jauh akibat pandemi COVID-19.
Bikin Pendidikan Bocah Cirebon ARP Terhambat
Siti tak menyangka bahwa dijualnya ponsel ARP menimbulkan masalah besar. Kondisi ARP yang mulanya sering melamun kini menjadi kerap mengamuk. Bocah yang baru menginjak kelas 6 SD itu bahkan sementara harus berhenti sekolah karena sempat mengamuk di kelas.
"Kelas enam baru dua bulan udah berhenti, sampai sekarang enggak berangkat lagi karena dia di sekolah pernah ngamuk, pernah gebrak meja jadi kan temen-temennya tuh takut," katanya.
"Semenjak itu, saya putuskan udah jangan sekolah dulu, kalau kayak gini nanti teman-temannya takutnya pada ketakutan atau ada yang bully,"Â Siti menambahkan.
Advertisement
Kronologi Bocah Cirebon Depresi Hp Dijual, Menurut Disdik Kota Cirebon
Kasus viral ini pun menarik perhatian berbagai pihak, salah satunya Dinas Pendidikan Kota Cirebon.
Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Ade Cahyaningsih, telah menyambangi kediaman ARP. Ia melihat ARP menangis meraung-raung dan berusaha menenangkannya.
"Ananda ini menurut cerita dari Pak RT, Pak RW yang sudah kami dapat, anak ini mengumpulkan uang untuk mendapatkan handphone ini. Jadi beli handphone ini dari uang sendiri, menabung sendiri," kata Ade.
Dia menambahkan bahwa ARP adalah anak yang baik dan cerdas jika dilihat dari kelas satu hingga kelas enam.
"Anaknya baik dan kecerdasannya juga bagus, tidak ada masalah dari mulai kelas satu sampai kelas enam. Jadi memang permasalahan bermula dari penjualan handphone oleh ibunya yang kami juga tidak bisa menyalahkan pada akhirnya," ujar Ade.
Bocah Cirebon HP Dijual Alami Depresi Akibat Memendam Kesedihan
Ade menilai, ARP tak dapat mengungkapkan kesedihannya karena ia termasuk anak pendiam.
"Mungkin kesedihan anak ini tidak bisa keluar karena dia termasuk anak pendiam, jadi pulang ke rumah handphone sudah tidak ada karena dijual. Dimintain izin atau tidak, anak ke orangtua pasti tetap sayang tapi mungkin hatinya tidak nerima," katanya.
Ade pun menggali informasi terkait status ARP. Menurutnya, ARP memiliki kartu Indonesia pintar, Program Indonesia Pintar (PIP) diberikan, Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), dari swadaya juga ada pemberian bantuan.
"Artinya, sebetulnya penanganannya ini sudah aman, hanya karena ini harus terkait terapi maka bantuan tidak hanya perlu yang dadakan tapi juga perlu berkelanjutan, konsisten, kontinyu, berkesinambungan," ujarnya.
Terapi berkelanjutan perlu diberikan karena Ade menilai ARP masih memiliki kemungkinan besar untuk kembali seperti sedia kala.
Sementara, untuk urusan pendidikan, Ade telah berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk tidak mengeluarkan ARP. Pasalnya, ARP adalah anak dengan situasi khusus. Â Â
Advertisement