Satu per satu bayi kembar lima pasangan suami istri, Bagus Prasnawira (37) dan Enita Fentrikana (31) meninggal dunia karena kegagalan organ yang tidak berkembang dengan baik.
Dalam 5 hari sejak bayi kembar lima dilahirkan pada Selasa pagi 20 Agustus 2013 di Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta, satu per satu gagal bertahan hidup.
Kondisi bayi yang kritis dengan lahir prematur dan berat badan lahir rata-rata hanya 400 gram, membuat para bayi kembar lima itu sulit bertahan hidup karena organ tubuh tidak berkembang dengan baik.
Bayi terakhir yang meninggal dunia adalah, Abdul Akbar Goffar yang merupakan bayi nomor empat dengan berat badan 499 gram. Bayi Abdul Akbar Goffar meninggal pada Sabtu malam (24/8/2013) pukul 21.00 WIB.
"Penyebabnya masih sama dengan bayi yang meninggal sebelumnya, kini bayi yang bertahan masih dalam perawatan intensif," ujar Direktur Mesdik dan Keperawatan RSAB Harapan Kita, dr. Didi Danu Kusumo, saat diwawancarai Liputan6.com, Minggu (25/8/2013).
Bayi kembar lima yang meninggal adalah:
1. Muhammad Al Hafidz, bayi laki-laki nomor 2 dengan berat badan 459 gram, yang meninggal Selasa malam (20/8/2013) atau hanya bertahan sekitar 12 jam sejak dilahirkan.
2. Anisa Fitri Seia, bayi perempuan satu-satunya yang merupakan bayi ke-3 dengan berat 353 gram, meninggal pada Kamis Siang 22 Agustus 2013.
3. Rahman Surya Mulia, bayi laki-laki terakhir atau nomor 5 dengan berat badan 483 gram, meninggal pada Jumat pagi 23 Agustus 2013.
4. Abdul Akbar Goffar , bayi laki-laki nomor 4 dengan berat badan 499 gram, meninggal pada Sabtu malam 24 Agustus 2013.
"Penyebab meninggalnya bayi ke-4 masih sama, masalah pernapasan akibat berat badan bayi yang di bawah normal kurang dari 500 gram," ungkap dr. Gatot Abdurrazak, Sp.OG yang menangani bayi kembar lima di Rumah Sakit.
Kini jenazah bayi ke-4, sudah dibawa pihak keluarga, yang rencananya dikuburkan di Jeruk Purut sama dengan kakak dan adik si bayi kembar.
Tinggal Satu Bayi
Kini satu-satunya bayi yang masih bertahan di ruang NICU dengan perawatan level III masih menggunakan alat bantu napas.
Bayi yang masih bertahan adalah bayi laki-laki nomor satu dengan berat 472 gram. Si bayi masih dalam perawatan intensif di ruang NICU. Sedangkan si ibu bayi sudah diizinkan pulang.
"Walaupun kondisi Ibu sudah membaik dan sudah diizinkan pulang, namun bayi masih berada dalam penanganan," ujar dr. didi. (Mia/Igw)
Dalam 5 hari sejak bayi kembar lima dilahirkan pada Selasa pagi 20 Agustus 2013 di Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta, satu per satu gagal bertahan hidup.
Kondisi bayi yang kritis dengan lahir prematur dan berat badan lahir rata-rata hanya 400 gram, membuat para bayi kembar lima itu sulit bertahan hidup karena organ tubuh tidak berkembang dengan baik.
Bayi terakhir yang meninggal dunia adalah, Abdul Akbar Goffar yang merupakan bayi nomor empat dengan berat badan 499 gram. Bayi Abdul Akbar Goffar meninggal pada Sabtu malam (24/8/2013) pukul 21.00 WIB.
"Penyebabnya masih sama dengan bayi yang meninggal sebelumnya, kini bayi yang bertahan masih dalam perawatan intensif," ujar Direktur Mesdik dan Keperawatan RSAB Harapan Kita, dr. Didi Danu Kusumo, saat diwawancarai Liputan6.com, Minggu (25/8/2013).
Bayi kembar lima yang meninggal adalah:
1. Muhammad Al Hafidz, bayi laki-laki nomor 2 dengan berat badan 459 gram, yang meninggal Selasa malam (20/8/2013) atau hanya bertahan sekitar 12 jam sejak dilahirkan.
2. Anisa Fitri Seia, bayi perempuan satu-satunya yang merupakan bayi ke-3 dengan berat 353 gram, meninggal pada Kamis Siang 22 Agustus 2013.
3. Rahman Surya Mulia, bayi laki-laki terakhir atau nomor 5 dengan berat badan 483 gram, meninggal pada Jumat pagi 23 Agustus 2013.
4. Abdul Akbar Goffar , bayi laki-laki nomor 4 dengan berat badan 499 gram, meninggal pada Sabtu malam 24 Agustus 2013.
"Penyebab meninggalnya bayi ke-4 masih sama, masalah pernapasan akibat berat badan bayi yang di bawah normal kurang dari 500 gram," ungkap dr. Gatot Abdurrazak, Sp.OG yang menangani bayi kembar lima di Rumah Sakit.
Kini jenazah bayi ke-4, sudah dibawa pihak keluarga, yang rencananya dikuburkan di Jeruk Purut sama dengan kakak dan adik si bayi kembar.
Tinggal Satu Bayi
Kini satu-satunya bayi yang masih bertahan di ruang NICU dengan perawatan level III masih menggunakan alat bantu napas.
Bayi yang masih bertahan adalah bayi laki-laki nomor satu dengan berat 472 gram. Si bayi masih dalam perawatan intensif di ruang NICU. Sedangkan si ibu bayi sudah diizinkan pulang.
"Walaupun kondisi Ibu sudah membaik dan sudah diizinkan pulang, namun bayi masih berada dalam penanganan," ujar dr. didi. (Mia/Igw)