Pembeli Kerajinan Sampah Malaka Sari Ada yang dari Arab, Lho!

Selain dijadikan kompos organik, sampah-sampah yang disetor oleh para nasabah disulap menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai jual

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 22 Feb 2014, 13:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2014, 13:00 WIB
sampah-bank-140222b.jpg
Selama ini sampah dianggap sesuatu yang tidak berguna sehingga harus dibuang. Padahal sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna dan menghasilkan pundi-pundi bila si pemilik sampah bila mahir dalam memilahnya.

Seperti tumpukan sampah yang ada Bank Sampah Malaka Sari Jakarta Timur. Selain dijadikan pupuk kompos organik, sampah-sampah yang disetor oleh para nasabah disulap menjadi barang kerajinan tangan yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

"Di sini kita ada tas untuk komputer jinjing, payung, tas belanja, dan lain-lain. Semuanya dibuat dari sampah-sampah yang disetorkan para nasabah," kata Pencetus Bank Sampah Malaka Sari sekaligus Ketua Jakarta Aksi Lingkungan Indah, Prakoso, kepada Health Liputan6.com ditulis Sabtu (22/2/2014)

Proses pembuatan, menurut Prakoso, hanya butuh waktu dua hari. Dengan catatan, bila itu dilakukan oleh pengrajinnya langsung. Tapi, berhubung ibu PKK turut serta membuatnya, maka waktu pengerjaannya lebih dari itu.

"Ya, kalau ibu PKK, kan tidak fokus hanya ke situ saja. Dia kadang masak dulu, atau ngurus rumah dulu. Kalau tukang, dia kan fokus dari pagi sampai sore," kata Prakoso menerangkan.

Barang-barang yang sudah jadi itu, nantinya akan dijual atau dipamerkan di bazzar-bazzar. Bahkan beberapa waktu lalu, ada pembeli yang berasal dari luar negeri, yang membeli langsung di Bank Sampah Malaka.

"Kemarin ada pembeli dari Arab dan Pakistan. Mereka belinya payung dan tas laptop. Bayarnya pun pakai dollar. Lumayan banget," kata Prakoso menceritakan.

Untuk harganya sendiri, ditentukan dari motif dan proses pengerjaannya, serta bahan tambahan yang digunakan. Paling murah dibanderol dengan harga Rp 25 ribu, payung dihargai Rp 250 ribu, sedangkan yang paling maha, yaitu tas komputer jinjing, dihargai Rp 350 ribu.

Mindset yang ada pada masyarakat selama ini, membuat timbunan sampah yang ada di Indonesia sangatlah besar. Bayangkan saja, secara nasional, berat timbunan sampah yang menumpuk mencapai 200 ribu ton per hari atau setara dengan 73 juta ton per tahun.

Menurut Prakoso, rata-rata setiap orang menghasilkan sampah 1 kilogram per hari, yang terdiri dari 17 persen sampah plastik. Dengan pembagian rata-rata sampah organik sebagai barang terbanyak dibuang sebesar 67 persen, sedangkan sampah anorganik sebesar 32,8 persen. Data ini diambil dari komposisi sampah hasil pengukuran di TPST Bantar Gebang pada tahun 2010.

Maka itu, masyarakat harus lebih pintar dalam membedakan mana sampah organik dan mana pula sampah anorganik. Sebab, bila masyarakat itu pintar dalam memilahnya, sampah-sampah itu dapat menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.


Baca juga:

Menengok Bank Sampah Malaka Sari
Bank Sampah Malaka Sari Berstandar `Gold`, Nasabah Lebih dari 300
Bank Sampah Malaka Sari, Percontohan di Dalam dan Luar Negeri
Sampah Tak Selalu Harus Dibuang, Tapi Bisa Menghasilkan
Sampah di Indonesia Paling Banyak Berasal dari Rumah Tangga
Jumlah Sampah di Jakarta Sama dengan Berat 2.000 Ekor Gajah
21 Februari Hari Sampah, Mengenang Tragedi Sampah di Leuwigajah

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya