Liputan6.com, Jakarta Apa itu satir? Banyak orang mungkin bertanya-tanya mengenai istilah tersebut. Sederhananya, satir merupakan salah satu gaya bahasa seperti metafora, personifikasi, simile, dan sinekdoke. Satir kadang juga disebut mirip seperti sarkas dan ironi, yang sama-sama majas yang bertujuan untuk mengolok-olok atau menyindir.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Sementara itu dilansir dari lamar Oregon State University, satir adalah seni membuat seseorang atau sesuatu terlihat konyol, mengundang tawa untuk mempermalukan, merendahkan, atau mendiskreditkan targetnya.
Sedangkan menurut Britannica, satir adalah bentuk artistik dalam sastra atau drama, di mana kejahatan, kebodohan, atau kekurangan manusia diangkat untuk dikecam, diejek, dan diolok-olok. Satir kadang juga digunakan untuk mendorong terjadinya reformasi sosial.
Kata satir berasal dari kata Latin satur dan frasa berikutnya lanx satura. Satur berarti "penuh" tetapi ketika membentuk frasa bersama kata lanx, arti bergeser menjadi "bermacam-macam atau campuran." Ungkapan lanx satura secara harfiah berarti "hidangan lengkap berbagai jenis buah-buahan."
Untuk lebih memahami apa itu satir, penting untuk mengetahui fungsi dan contohnya. Berikut adalah fungsi dan contoh satir yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (6/9/2022).
Fungsi Satir
Sebagai perangkat sastra, satir berfungsi sebagai sarana penyampaian komentar sosial dan/atau kritik dari pihak penulis melalui ironi, humor, dan metode lainnya.
Ini efektif bagi pembaca karena sindiran dapat menciptakan lensa kritis melalui sastra untuk melihat perilaku manusia, struktur politik, institusi sosial, dan bahkan tradisi budaya.
Sangat penting bagi penulis untuk mengingat bahwa audiens mereka harus memiliki pemahaman tentang materi sumber yang disindir. Dengan kata lain, satir hanya bekerja jika penulis/penutur dan pembaca/pendengar memiliki latar belakang pengetahuan yang sama mengenai objek yang diolok. Jika tidak, makna satir akan hilang dan tidak efektif.
Oleh karena itu, yang terbaik adalah menyadari kemampuan pembaca untuk membedakan unsur-unsur alam manusia, sejarah, pengalaman, atau budaya apa yang disindir dalam karya sastra.
Advertisement
Cara agar Satir Bekerja
Seperti yang dibahas sebelumnya, satir hanya bekerja jika penulis atau penutur memiliki latar belakang pengetahuan yang sama dengan pembacanya. Berikut ini adalah cara yang dapat penulis lakukan agar dapat membuat satir dapat diketahui pembaca dan bekerja dengan baik.
Ciptakan Kesadaran dan Ajakan Bertindak pada Pembaca
Tujuan utama satir dalam sastra adalah untuk menyampaikan komentar dan/atau kritik sosial, ini memungkinkan seorang penulis untuk menciptakan kesadaran akan masalah dan kesenjangan di masyarakat. Sastra satir menarik perhatian pada isu-isu sosial dan dapat membuat pembaca sadar akan sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pertimbangkan atau pahami.
Kesadaran ini kemudian dapat menimbulkan panggilan untuk bertindak dalam diri pembaca untuk mengutuk, mencoba untuk memperbaiki atau bahkan berpikir lebih kritis tentang suatu isu sosial.
Membangun Empati dan Refleksi bagi Pembaca
Banyak penulis menganggap satir sebagai perangkat sastra yang memungkinkan mereka mengangkat cermin metaforis kepada pembacanya. Hal ini memungkinkan pembaca untuk mengalami empati terhadap yang kurang beruntung dalam karya satir, serta kesempatan untuk merefleksikan perilaku dan/atau sudut pandang pembaca sendiri.
Dengan kata lain, jika sindiran dalam sastra berlaku untuk perilaku atau pandangan pembaca, maka mereka dapat merefleksikan keterlibatan mereka.
Perbedaan Satir dan Sarkasme
Satir sering disebut mirip dengan sarkasme. Namun dua hal tersebut memiliki perbedaan. Meski ketiganya memiliki tujuan untuk menyindir, namun dampak yang diharapkan berbeda.
Satire adalah genre sastra yang juga hadir dalam seni grafis dan pertunjukan. Ini adalah bentuk kritik konstruktif yang ditujukan untuk mengejek orang-orang yang jadi sasaran.
Tujuannya adalah untuk menggunakan humor untuk menghasut orang menuju perubahan positif. Ini menggunakan hiperbola, aliterasi, ejekan, permainan kata-kata, lelucon, dan ejekan dalam menunjukkan kebodohan, penyalahgunaan, dan kekurangan yang umum bagi orang-orang.
Satir adalah cara lucu untuk mempermalukan orang sehingga mereka didorong untuk melakukan perbaikan dalam hidup mereka.
Sarkasme, di sisi lain, adalah komentar atau ejekan yang lebih menyakitkan dan jahat. Seperti dalam satir, sarkasme juga menggunakan ironi dan ejekan. Bedanya, sarkas diungkapkan lebih kasar dan berani.
Suatu ungkapan dapat dinilai sarkas atau tidak dapat dilihat dari nada suara orang yang mengucapkannya, tetapi bisa juga berupa pernyataan langsung yang mengandung kata-kata kasar.
Jika dirumuskan, perbedaan satir dan sarkas bisa dilihat pada penjelasan berikut:
1.Satir adalah genre sastra yang menggunakan kecerdasan dan humor untuk merangsang orang ke arah tindakan positif sedangkan sarkasme adalah pernyataan atau komentar yang ditujukan secara kasar pada seseorang.
2.Satir adalah cara konstruktif untuk memberi tahu orang tentang kesalahan dan kebodohan mereka, sementara sarkasme dapat merusak karena cara penyajiannya.
3. Keduanya menggunakan humor dan kecerdasan untuk membuat pesan mencapai audiens, tetapi satire dapat memiliki audiens yang lebih besar sementara sarkasme sering dilakukan dalam percakapan orang ke orang.
4.Satir lebih halus dari sarkasme.
5.Dalam bentuk tulisannya, satire dapat langsung dikenali, sedangkan sarkasme tidak, karena terkadang ditampilkan melalui infleksi suara.
Advertisement
Contoh Satir
Memahami tentang gaya bahasa satire tak cukup hanya dengan pengertiannya saja, contoh ungkapan satire yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber:
 (1) Seru sekali filmnya, sampai-sampai aku tertidur.
(2) Habis minum apa kamu? Bijak sekali bicaramu kali ini.
(3) Bagus sekali tulisanmu sampai tak bisa terbaca.
(4) Anda lupa membawa arloji Anda, ya? Bagaimana Anda bisa bermain sampai Anda lupa waktu!
Â
Contoh sarkasme adalah sebagai berikut:
(5) Kamu buta ya! Ada anak kecil di depanmu saja kau tabrak.
(6) Kelakuannya seperti setan! Suka menyebar kebohongan.
(7) Dari dulu mulutmu memang berbisa seperti ular.
(8) Mau muntah aku melihat wajahmu!
(9) Dasar buaya kelas teri, modal dompet sedikit dan wajah biasa saja sudah berani mempermainkan hati wanita.