Liputan6.com, Gorontalo - Tradisi doa arwah atau Aruwa tetap menjadi bagian penting dalam budaya masyarakat Gorontalo saat menyambut bulan suci Ramadan.
Ritual ini dilakukan untuk mendoakan arwah keluarga yang telah meninggal dan dipercaya membawa keberkahan serta ketenangan bagi mereka yang ditinggalkan.
Advertisement
Baca Juga
Berbeda dengan doa ziarah makam pada umumnya, pelaksanaan doa arwah memiliki rangkaian prosesi yang terstruktur.
Advertisement
Kegiatan ini diawali dengan persiapan sesajian yang disediakan oleh setiap kepala keluarga.
Sesajian tersebut biasanya terdiri atas nasi merah dan kuning, satu sisir pisang, air, aneka kue tradisional, serta berbagai olahan makanan sehari-hari.
Menurut tradisi, sebelum ritual dimulai, seluruh bahan sesajian diletakkan di atas lantai yang telah dialasi tikar.
Seorang pemuka agama, yang dalam bahasa Gorontalo disebut “Pak Imam”, memimpin prosesi doa bersama untuk arwah keluarga.
Setelah selesai, makanan yang telah didoakan tersebut kemudian disantap bersama oleh anggota keluarga yang hadir saat itu.
“Doa arwah atau Aruwa ini telah menjadi tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Kami meyakini bahwa kegiatan ini membawa keberkahan bagi keluarga serta memberikan ketenangan bagi arwah mereka yang telah mendahului,” ujar Saiful Demolawa, salah satu tokoh adat di Gorontalo.
Pelaksanaan tradisi ini berbeda-beda tergantung kemampuan ekonomi keluarga. Keluarga dengan kondisi ekonomi lebih baik biasanya menyelenggarakan acara doa arwah secara besar-besaran dan mengundang tetangga untuk ikut serta.
Sebaliknya, keluarga yang kurang mampu cenderung melaksanakan ritual tersebut dalam lingkup kecil bersama anggota keluarga inti.
Namun demikian, pemuka agama Rostin Tanif mengungkapkan bahwa tradisi doa arwah mulai memudar, terutama di wilayah perkotaan.
“Dulu menjelang Ramadan, banyak yang mengundang saya untuk memimpin ritual doa arwah. Tapi sekarang sudah semakin jarang,” katanya.
Ia menyebut bahwa modernisasi dan perubahan gaya hidup menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan tradisi ini perlahan ditinggalkan.
“Mungkin karena zaman sudah berubah, banyak orang yang tidak lagi melaksanakan tradisi seperti ini,” tambah Rostin.
Kendati demikian, bagi sebagian masyarakat yang masih mempertahankan tradisi ini, doa arwah tetap menjadi momen penting untuk mempererat hubungan keluarga serta menjaga warisan budaya lokal yang sarat makna spiritual.