Liputan6.com, Jakarta Indonesia, negeri tropis yang subur, kerap diidentikkan dengan kehadiran musim hujan yang melimpah di bulan Desember. Namun, ironisnya, ketika kita seharusnya mempersiapkan diri menyambut rintik hujan yang begitu dinantikan untuk menyegarkan bumi, cuaca panas yang menyengat justru menghampiri dengan misteri yang membingungkan.
Pertanyaan pun muncul, yaitu mengapa bulan yang seharusnya menjadi puncak musim hujan ini malah dihiasi oleh suhu panas yang tak terduga? Kenapa sinar matahari terus bersemangat menghiasi langit, padahal kita sudah berada di penghujung tahun? Mari kita menjelajahi lebih dalam dan mencari jawaban atas fenomena alam yang menarik perhatian ini.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir dari BMKG, berikut ini telah Liputan6.com rangkum alasan di balik cuaca panas yang kembali terjadi di tengah bulan Desember yang seharusnya merupakan musim hujan, pada Rabu (20/12/2023).
Advertisement
Penjelasan Alasan di Balik Cuaca Panas di Bulan Desember
Bulan Desember, yang seharusnya didominasi oleh hujan, menyajikan pemandangan yang tak lazim. Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto, memberikan gambaran bahwa cuaca panas ini dipicu oleh dominasi cuaca cerah pada siang hari, terutama di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara.
"Berdasarkan citra satelit cuaca BMKG, dalam beberapa hari terakhir wilayah Jawa atau Indonesia bagian selatan tidak terdapat tutupan awan, sehingga sinar matahari intens/optimum langsung ke permukaan Bumi," ungkap Guswanto, Deputi Bidang Meteorolgi BMKG.
Fenomena ini disertai dengan minimnya tutupan awan di sekitar selatan ekuator, yang menyebabkan sinar matahari secara intensif menembus atmosfer dan mencapai permukaan bumi. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah anomali cuaca ini merupakan akibat dari perubahan iklim ataukah hanya gejala alam yang sesaat?
Guswanto menambahkan bahwa kurangnya pertumbuhan awan hujan di wilayah Jawa-Nusa Tenggara disebabkan oleh aktivitas pola tekanan rendah di sekitar Laut Cina Selatan. Pola tekanan rendah ini menghambat aliran massa udara basah ke arah selatan ekuator, meningkatkan kandungan uap air yang sangat sedikit di wilayah tersebut.
Sehingga, terjadilah suhu panas yang cukup terik di sebagian besar wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara. Meskipun begitu, potensi hujan masih tetap ada, dan masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca yang mungkin terjadi dari hari ke hari.
Advertisement
Potensi Cuaca hingga 23 Desember 2023
Melalui penelitian mendalam dan analisis dinamika atmosfer terkini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menyusun prediksi potensi cuaca yang akan berlangsung hingga 23 Desember 2023. Meskipun cuaca panas yang mendominasi saat ini menjadi perhatian utama, BMKG memberikan gambaran bahwa harapan akan kembalinya hujan tidak sepenuhnya hilang.
Berdasarkan proyeksi tersebut, terlihat bahwa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih akan memberikan hamparan rintik hujan yang dinanti-nanti di beberapa wilayah strategis Indonesia. Daerah-daerah yang dapat mengalami curah hujan signifikan meliputi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Tengah, Papua, Sulawesi, dan Maluku.
Salah satu faktor yang turut berperan dalam perubahan ini adalah aktivitas pola tekanan rendah di sekitar Laut Cina Selatan. Meskipun masih diprediksi akan berlangsung hingga 23 Desember, adanya kecenderungan melemah memberikan secercah harapan bagi wilayah Jawa-Nusa Tenggara untuk menyambut kembalinya hujan yang dapat menggantikan panas yang menyiksa.
Potensi Gelombang Laut Hingga 24 Desember 2023
Sambil kita merinci potensi cuaca yang akan memengaruhi daratan, perlu diperhatikan pula kondisi laut di sekitar Indonesia, yang tidak kalah pentingnya. Data terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan gambaran mendetail mengenai potensi gelombang laut yang dapat mempengaruhi perairan Indonesia hingga tanggal 24 Desember 2023.
Menurut BMKG, diperkirakan bahwa gelombang laut setinggi 2,5 - 4 meter akan terjadi di beberapa daerah tertentu. Perairan utara Sabang, perairan Kepulauan Anambas - Kepulauan Natuna, serta Samudra Hindia selatan Jawa Barat - Bali menjadi daerah yang mungkin akan menghadapi gelombang laut dengan ketinggian tersebut.
Fenomena ini perlu menjadi perhatian serius, terutama bagi para pelayar, nelayan, dan komunitas kelautan, karena dapat mempengaruhi keselamatan dan keamanan aktivitas maritim di perairan tersebut.
Penting untuk mencatat bahwa beberapa wilayah, terutama di Laut Natuna Utara, berpotensi menghadapi gelombang laut yang lebih tinggi, mencapai 4 - 6 meter. Kondisi ini dapat dianggap sebagai tantangan ekstra bagi pelayar dan nelayan yang beroperasi di wilayah tersebut.
Meskipun cuaca panas di bulan Desember mungkin menjadi fenomena yang tidak biasa, penjelasan dari BMKG memberikan gambaran bahwa alam masih menyimpan kejutan-kejutan yang memerlukan pemahaman dan kewaspadaan. Potensi cuaca dan gelombang laut diharapkan dapat memberikan panduan bagi masyarakat untuk tetap waspada dan beradaptasi dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah di bulan yang seharusnya penuh dengan hujan berkat musim penghujan.
Advertisement