Liputan6.com, Jakarta Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki dimensi sosial dan spiritual yang sangat kuat. Memahami hukum mengeluarkan zakat menjadi penting bagi setiap muslim untuk memastikan ibadah ini dilaksanakan dengan benar sesuai syariat. Hukum mengeluarkan zakat telah dijelaskan dengan gamblang dalam Al-Qur'an dan hadits, sebagai bentuk perintah langsung dari Allah SWT yang wajib dilaksanakan bagi umat Islam yang telah memenuhi syarat-syaratnya.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Dalam Islam, hukum mengeluarkan zakat bersifat wajib (fardhu 'ain) bagi setiap muslim yang telah memenuhi ketentuan nisab dan haul. Kewajiban ini tidak hanya menjadi simbol ibadah kepada Allah SWT, tetapi juga menjadi bukti kepedulian sosial terhadap sesama. Hukum mengeluarkan zakat dijelaskan dalam banyak ayat Al-Qur'an, salah satunya dalam surah Al-Baqarah ayat 43, yang secara tegas memerintahkan untuk menunaikan zakat bersamaan dengan perintah mendirikan shalat.
Penerapan hukum mengeluarkan zakat memiliki dampak luas dalam kehidupan bermasyarakat, karena menjadi sarana pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Ketika seorang muslim memahami dan melaksanakan hukum mengeluarkan zakat dengan baik, ia tidak hanya memenuhi kewajibannya sebagai hamba Allah SWT, tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan keseimbangan sosial.
Berikut ini telah Liputan6.com rangkum, pemahaman yang benar tentang hukum, syarat, dan jenis zakat akan memastikan ibadah ini dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat, pada Senin (3/3).
Pengertian Zakat dalam Islam
Untuk memahami kewajiban zakat secara mendalam, perlu diketahui terlebih dahulu makna zakat itu sendiri. Menurut Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam bukunya Fiqih Islam Wa Adillatuhu, zakat secara bahasa memiliki arti berkembang dan bertambah. Dalam tradisi bahasa Arab, ungkapan "zakaa az-zar'u" digunakan untuk menggambarkan tanaman yang tumbuh dan berkembang, sementara "zakat an-nafaqa-tu" bermakna ketika biaya hidup diberkahi. Dalam pengertian lain, zakat juga mengandung makna suci atau penyucian.
Secara istilah, zakat merupakan kewajiban mengeluarkan sebagian harta tertentu yang telah mencapai nisab (batas minimum) dengan syarat-syarat tertentu dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiq). Penyucian harta melalui zakat ini telah dijelaskan dalam Al-Qur'an surah At-Taubah ayat 103:
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: "Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Ayat ini menegaskan bahwa zakat tidak hanya berfungsi sebagai bentuk distribusi kekayaan, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam, yaitu menyucikan jiwa dan harta pemiliknya. Dengan mengeluarkan zakat, seorang muslim telah melaksanakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT sekaligus membersihkan hartanya dari hak-hak orang lain yang terdapat di dalamnya.
Zakat juga memiliki fungsi sosial yang sangat penting dalam masyarakat Islam. Melalui zakat, tercipta pemerataan ekonomi dan perlindungan bagi kaum yang kurang mampu. Zakat menjadi instrumen yang efektif dalam menjembatani kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, sehingga terbangun solidaritas sosial yang kuat dalam masyarakat.
Selain itu, zakat memiliki dimensi ekonomi yang tidak kalah penting. Dengan adanya distribusi kekayaan melalui zakat, terjadi perputaran harta yang mendorong aktivitas ekonomi dan mencegah penumpukan kekayaan pada segelintir orang saja. Hal ini sejalan dengan prinsip keadilan sosial dalam Islam yang menghendaki kesejahteraan bersama.
Advertisement
Dalil dan Hukum Kewajiban Mengeluarkan Zakat
Kewajiban zakat dalam Islam didasarkan pada dalil-dalil yang sangat kuat, baik dari Al-Qur'an maupun Hadits. Dalam Al-Qur'an, perintah menunaikan zakat seringkali disebutkan bersamaan dengan perintah mendirikan shalat, menunjukkan betapa pentingnya kedudukan zakat dalam Islam. Salah satu dalil utama tentang kewajiban zakat terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 43:
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ
Artinya: "Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk." (QS Al-Baqarah: 43).
Ayat ini dengan jelas memerintahkan kaum muslimin untuk menunaikan zakat sebagai bagian dari kewajiban agama yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam buku "Zakat Dalam Islam Menelisik Aspek Historis, Sosiologis, dan Yuridis" karya Khairuddin, S.H.I., M.Ag., dijelaskan bahwa zakat adalah rukun Islam ketiga, sehingga wajib dilaksanakan oleh semua umat Islam yang telah mencapai nisab dan haulnya.
Kewajiban zakat juga diperkuat dengan banyak hadits, salah satunya hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang diberi Allah harta tetapi tidak mengeluarkan zakatnya, maka harta itu akan dirupakan pada hari kiamat sebagai seekor ular jantan yang amat berbisa, dengan kedua matanya yang dilindungi mata warna hitam kelam, lalu dikalungkan ke lehernya. Maka ular itu akan memegang rahangnya dan mengatakan kepadanya: 'Saya ini adalah simpananmu, harta kekayaanmu.'" (HR. Bukhari Muslim).
Hadits ini menunjukkan betapa beratnya ancaman bagi orang yang enggan menunaikan zakat padahal ia mampu. Ini menguatkan status zakat sebagai kewajiban yang tidak boleh diabaikan.
Para ulama telah bersepakat (ijma') bahwa zakat merupakan kewajiban dalam Islam. Ibnul Mundzir menyatakan, "Para ulama bersepakat bahwa zakat fitrah hukumnya wajib." Kesepakatan ini berlaku untuk seluruh jenis zakat yang telah ditentukan dalam syariat.
Bagi orang yang mengingkari kewajiban zakat, maka ia telah mengingkari salah satu rukun Islam yang sudah jelas kewajibannya. Jika pengingkaran tersebut karena ketidaktahuan, maka ia perlu diberikan pemahaman. Namun jika pengingkaran tersebut dilakukan dengan sengaja padahal ia mengetahui kewajibannya, maka ia telah keluar dari Islam (murtad).
Jenis-Jenis Zakat dalam Syariat Islam
Dalam syariat Islam, zakat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan objek yang dizakati. Pembagian ini memiliki ketentuan dan perhitungan yang berbeda-beda. Berdasarkan buku "Sinergi Pengelolaan Zakat di Indonesia" karya Ahmad Hudaifah, secara umum zakat dapat dibagi menjadi dua jenis utama: zakat fitrah dan zakat mal (harta).
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada akhir bulan Ramadhan menjelang Idul Fitri. Kewajiban ini dimulai pada tahun kedua Hijriah dan berlaku hingga sekarang. Dalil kewajiban zakat fitrah dijelaskan dalam hadits Ibnu Umar RA:
"Rasulullah mewajibkan zakat fitrah bulan Ramadan sebanyak satu sha' kurma atau gandum atas setiap muslim merdeka atau hamba sahaya laki-laki atau perempuan." (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketentuan-ketentuan zakat fitrah adalah sebagai berikut:
Subjek Zakat Fitrah:
- Seorang laki-laki wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya dan orang-orang dalam tanggung jawabnya
- Seorang wanita/istri wajib mengeluarkan zakat fitrah bagi dirinya dan suaminya
- Bayi yang masih dalam kandungan belum diwajibkan membayar zakat fitrah, tetapi bila bayi tersebut lahir sehari sebelum matahari terbenam di hari terakhir bulan Ramadan, maka bayi tersebut wajib dizakati
- Bila seseorang meninggal setelah tenggelamnya matahari pada hari terakhir bulan Ramadan, wajib dikeluarkan zakat fitrahnya
Waktu Pembayaran:
Waktu ideal untuk membayar zakat fitrah adalah pada hari terakhir bulan Ramadan hingga sebelum pelaksanaan shalat Idul Fitri. Beberapa ulama membagi waktu pembayaran zakat fitrah menjadi:
- Waktu jawaz (diperbolehkan): sejak awal Ramadhan
- Waktu wajib: saat matahari terbenam di akhir Ramadhan
- Waktu afdhal (utama): pagi hari sebelum shalat Idul Fitri
- Waktu makruh: setelah shalat Id hingga terbenamnya matahari pada hari raya
- Waktu haram: menunda pembayaran zakat fitrah hingga setelah hari raya tanpa alasan yang dibenarkan syariat
Kadar Zakat Fitrah:
Besaran zakat fitrah adalah satu sha' (sekitar 2,5 kg atau 3,5 liter) dari makanan pokok yang biasa dikonsumsi di daerah tersebut. Di Indonesia, umumnya berupa beras. Zakat fitrah juga dapat ditunaikan dalam bentuk uang yang senilai dengan harga makanan pokok tersebut.
2. Zakat Mal (Harta)
Zakat mal adalah zakat yang dikeluarkan dari kepemilikan harta tertentu yang telah mencapai nisab dan haul. Mal dalam konteks ini merujuk pada kepemilikan barang yang lazim digunakan atau dimiliki seseorang, seperti emas, perak, uang, hasil pertanian, ternak, properti, dan barang dagangan. Sedangkan barang-barang yang bisa dimiliki tetapi manfaatnya bisa digunakan oleh semua orang seperti udara dan sinar matahari tidak termasuk dalam kategori zakat mal.
Berikut adalah jenis-jenis zakat mal yang dikenal dalam fikih Islam:
Zakat Emas dan Perak
- Nisab emas: 85 gram (20 dinar)
- Nisab perak: 595 gram (200 dirham)
- Kadar zakat: 2,5% dari total harta
- Haul: Satu tahun Hijriah
Zakat Hewan Ternak
- Mencakup unta, sapi, dan kambing
- Nisab dan kadar zakat berbeda-beda tergantung jenis dan jumlah hewan
- Contoh: nisab kambing adalah 40 ekor dengan zakat 1 ekor kambing
Zakat Pertanian
- Nisab: 5 wasaq (sekitar 653 kg)
- Kadar zakat: 10% jika pengairan alami, 5% jika pengairan dengan usaha manusia
- Tidak ada syarat haul, dikeluarkan setiap panen
Zakat Perdagangan
- Nisab: senilai 85 gram emas
- Kadar zakat: 2,5% dari modal dan keuntungan
- Haul: Satu tahun Hijriah
Zakat Rikaz (Harta Temuan)
- Kadar zakat: 20%
- Tidak ada syarat nisab dan haul
Zakat Profesi
- Nisab: senilai 85 gram emas
- Kadar zakat: 2,5% dari penghasilan bersih
- Ada perbedaan pendapat ulama tentang haul
Advertisement
Syarat Wajib Zakat dan Harta yang Dizakati
Tidak semua harta wajib dikeluarkan zakatnya. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, baik dari sisi muzakki (pembayar zakat) maupun dari sisi harta yang akan dizakati. Pemahaman akan syarat-syarat ini penting untuk memastikan ibadah zakat dilaksanakan dengan benar sesuai syariat.
Syarat Wajib Zakat bagi Muzakki:
- Islam: Zakat hanya diwajibkan bagi seorang muslim. Non-muslim tidak diwajibkan mengeluarkan zakat, meskipun mereka memiliki kewajiban sosial lainnya dalam bentuk pajak.
- Merdeka: Menurut mayoritas ulama, hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat karena ia tidak memiliki kepemilikan penuh atas hartanya.
- Baligh dan Berakal: Dalam mazhab Hanafi, anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan zakat. Namun, mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hanbali berpendapat bahwa harta anak kecil dan orang gila tetap wajib dizakati, dengan kewajiban pembayaran dibebankan kepada wali mereka.
- Mampu: Orang yang wajib zakat adalah mereka yang mampu membayarnya. Menurut sebagian ulama Hanafiyyah, orang yang wajib zakat fitrah adalah setiap orang merdeka muslim, baik anak-anak maupun dewasa, laki-laki maupun perempuan, berakal maupun gila, dengan syarat ia memiliki harta satu nisab yang lebih dari kebutuhan pokoknya.
Syarat Harta yang Wajib Dizakati:
- Kepemilikan Sempurna (Al-Milk At-Tamm): Harta tersebut harus dimiliki secara penuh dan diperoleh dengan cara yang halal. Harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal tidak boleh dikeluarkan sebagai zakat.
- Produktif (An-Nama): Harta tersebut harus berpotensi untuk berkembang atau menambah nilai di masa mendatang, seperti emas, perak, tanah, atau lahan pertanian.
- Mencapai Nisab: Harta harus mencapai jumlah minimum yang ditentukan syariat (nisab). Nisab berbeda-beda tergantung jenis hartanya.
- Melebihi Kebutuhan Pokok (Al-Hajatul Asliyah): Harta yang wajib dizakati adalah harta yang melebihi kebutuhan pokok pemiliknya, seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan alat kerja.
- Terbebas dari Utang: Harta yang masih terkena utang tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Baru setelah utang tersebut lunas, harta tersebut menjadi wajib zakat.
- Kepemilikan Satu Tahun Penuh (Haul): Untuk jenis harta tertentu seperti emas, perak, uang, properti, dan barang dagangan, disyaratkan telah dimiliki selama satu tahun Hijriah penuh. Sementara untuk hasil pertanian, zakat dikeluarkan setiap kali panen tanpa syarat haul.
Hukum Bagi yang Tidak Mampu Membayar Zakat
Pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana hukumnya bagi orang yang tidak mampu menunaikan zakat? Pada dasarnya, zakat hanya diwajibkan bagi mereka yang mampu dan telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Kewajiban ini sejalan dengan prinsip keadilan dalam Islam bahwa beban kewajiban disesuaikan dengan kemampuan seseorang.
Menurut mazhab Hanafi, orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah adalah setiap muslim merdeka, baik anak-anak maupun dewasa, laki-laki maupun perempuan, berakal maupun gila, dengan syarat ia memiliki harta satu nisab yang melebihi kebutuhan pokoknya, seperti tempat tinggal, pakaian, peralatan rumah, kendaraan, serta kebutuhan keluarganya terpenuhi.
Dalam buku "Fiqih Islam Wa Adillatuhu" karya Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili disebutkan bahwa zakat wajib atas setiap orang yang memiliki kelebihan harta dari apa yang dibutuhkan untuk dirinya dan orang-orang yang wajib ia nafkahi. Ini berarti, jika seseorang tidak memiliki kelebihan harta setelah memenuhi kebutuhan pokoknya, maka ia tidak diwajibkan mengeluarkan zakat.
Bagi orang yang tidak mampu membayar zakat karena tidak memenuhi syarat nisab atau hartanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, maka ia termasuk dalam kategori mustahiq (penerima zakat), bukan muzakki (pembayar zakat). Allah SWT tidak membebankan kewajiban kepada hamba-Nya melebihi kemampuannya, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 286:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Namun, penting untuk diingat bahwa ketidakmampuan membayar zakat bukan berarti seseorang bebas dari kewajiban membantu sesama. Islam mengajarkan banyak bentuk sedekah lain yang bisa dilakukan tanpa harus mencapai nisab, bahkan sedekah dalam bentuk non-material seperti senyum, kata-kata baik, atau membantu orang lain dengan tenaga juga dihitung sebagai sedekah.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai kewajiban zakat fitrah bagi orang yang tidak mampu. Menurut ulama Syafi'iyah dan Malikiyah, orang kafir juga wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk budak dan kerabatnya yang muslim, meskipun budak sendiri tidak wajib mengeluarkan zakat karena tidak memiliki kepemilikan sempurna atas harta.
Zakat merupakan kewajiban finansial dalam Islam yang memiliki dimensi spiritual, sosial, dan ekonomi yang sangat penting. Hukum mengeluarkan zakat adalah wajib (fardhu 'ain) bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Kewajiban ini didasarkan pada dalil-dalil yang kuat dari Al-Qur'an, hadits, dan ijma' ulama.
Dalam pelaksanaannya, zakat dibagi menjadi dua jenis utama: zakat fitrah yang ditunaikan di akhir Ramadhan dan zakat mal yang dikeluarkan dari berbagai jenis harta ketika telah mencapai nisab dan haulnya. Setiap jenis zakat memiliki ketentuan dan perhitungan yang berbeda-beda, namun semuanya bertujuan untuk menyucikan harta dan jiwa pemberinya, serta membantu mereka yang membutuhkan.
Advertisement
