Liputan6.com, Jakarta - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) belum memutuskan akan berkoalisi dengan partai poros mana pun. Sejauh ini, partai berlambang Kabah itu terpecah menjadi 2 suara, antara pendukung Joko Widodo atau Jokowi (PDIP) dan pendukung Prabowo Subianto (Gerindra).
Penentuan dukungan PPP akan ditentukan dalam Rapimnas yang digelar besok. "Suara di PPP ada yang ke Jokowi dan Prabowo. Besok kita rumuskan bersama dalam Rapimnas," ujar Wasekjen PPP Ahmad Yani di Gedung KPU, Jakarta, Jumat (9/5/2014).
Penentuan arah koalisi PPP yang mulai dilakukan besok dinilai belum terlambat. Sebab, selain PDIP dan Nasdem, semua partai politik lain masih saling menjajaki.
"Semua partai masih sama semuanya, semua masih saling intip. Belum ada yang confirmed seperti PDIP dan Nasdem. Kita besok tentukan di Rapimnas, di Jakarta. Tempat pastinya saya belum tahu," jelas Yani.
Gejolak di tubuh PPP sempat memanas hingga terjadi peperpecahan 2 kubu sejak Pileg 2014. Kubu Ketua Umum PPP Suryadharma Ali mendukung koalisi bersama Gerindra dan bersama-sama mengusung Prabowo sebagai capres.
Sementara, kubu Sekjen PPP Romahurmuziy lebih memilih berkoalisi dengan PDIP dengan mendukung Jokowi sebagai capresnya.
Dukungan Suryadharma kepada Prabowo ditunjukkan langsung dengan menghadiri kampanye Gerindra di Gelora Bung Karno Senayan pada masa kampanye Pileg 2014. Kehadiran ini menjadi pemicu perpecahan internal PPP.
Sang ketua umum dianggap melanggar aturan AD/ART PPP. Kubu Romahurmuziy menuntut Suryadharma dinonaktifkan sebagai ketua umum. Namun pria yang akrab disapa SDA itu malah membalas dengan memecat beberapa Ketua DPP dari kubu Romahurmuziy.
Advertisement
Konflik akhirnya berakhir dengan islah atau perjanjian damai antara kedua kubu dalam Mukernas PPP di Bogor, Jawa Barat. Namun, SDA menyatakan tetap mendukung Prabowo secara pribadi. (Sss)