Jemaah Naqsabandiyah di Sumbar Mulai Puasa Ramadan 4 Juni

Pada Jumat 3 Juni 2016, jemaah Naqsabandiyah akan memulai salat tarawih yang dipusatkan di 50 musala yang ada di Padang.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Jun 2016, 13:45 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2016, 13:45 WIB
Presiden Jokowi Salat Tarawih Pertama di Masjid Istiqlal
Ribuan orang memadati Masjid Istiqlal untuk melaksanakan Salat Tarawih di malam pertama Ramadan, Jakarta, Rabu (17/6/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat menetapkan awal Ramadan 1437 Hijriah pada Sabtu 4 Juni 2016. Dengan begitu mereka akan memulai salat tarawih sehari sebelumnya atau Jumat malam 3 Juni 2016.

"Kami menetapkan Ramadan berdasarkan hisab dan perhitungan malam," kata Pimpinan Tarekat Naqsabandiyah Syafri Malin Mudo di Padang, Sumbar, seperti dikutip dari Antara, Rabu (1/6/2016).

Dia menyebutkan, pedoman yang diambil dalam menentukan awal Ramadan ini berdasarkan perhitungan hisab yang berlandaskan Alquran surat Al Baqarah ayat 183, 184, 185.

Syafri menjelaskan, dalam ketiga ayat tersebut, perintah puasa untuk tarekatnya sesuai perintah pendahulunya, yakni zaman Khalifah Umar Bin Khattab.

Kemudian perhitungan lain, yakni berdasarkan malam. Bila dihitung dari tahun hijriah sebelumnya, satu Ramadan tepat jatuh pada Sabtu 4 Juni 2016.

"Tarekat lain mengambil siang, namun kami mengambil perhitungan malamnya," kata Syafri.

Dia menambahkan, pada Jumat 3 Juni 2016, jemaahnya akan memulai salat tarawih yang dipusatkan di 50 musala yang ada di Padang.

Dalam salat tarawih tersebut, jemaah wajib melakukan salat 23 rakaat dengan 12 kali salam. "Setiap Ramadan, jemaah dari luar juga melaksanakan salat tarawih di Padang," kata dia.

Beberapa jemaah berasal dari Riau, Jambi, dan daerah lainnya. "Berdasarkan perhitungan hisab tersebut, kami memastikan Idul Fitri pada 4 Juli 2016," tutur Syafri.

Sementara itu, salah satu warga yang tinggal di sekitar Musala Baitul Makmur Tarekat Naqsabandiyah, Evi, menilai perbedaan antara tarekat dalam penentuan awal puasa harus dihormati.

Menurut dia, baik pemerintah, Naqsabandiyah, dan tarekat lainnya memiliki perhitungan yang berbeda. Khusus Naqsabandiyah sejak dulu memang selalu memiliki jadwal dua hari sebelum yang lainnya.

"Baik itu untuk awal puasa, Idul Fitri, Idul Adha, maupun 1 Muharam," ucap Evi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya