Liputan6.com, Jakarta - Iman biasa diterjemahkan dengan percaya. Percaya itu apa? Dari segi bahasa, percaya berarti pembenaran hati terhadap apa yang didengar oleh telinga. Begitu kata ulama.
Seornag pakar pernah berkata,"Iman menyangkut sesuatu yang tidak terjangkau oleh nalar. Kalau terjangkau maka dia tidak lagi dinamai Iman".
Baca Juga
Meski begitu, iman adalah pembenaran hati. Apakah seorang yang beriman harus baru dinamakan beriman kalau dia telah mengamalkan apa yang diperintahkan agama? Banyak ulama berkata demikian, tetapi ada juga yang berkata tidak.
Advertisement
Iman berdiri sendiri. Kesempurnaannya apabila seseorang telah mengamalkan tuntunan-tuntunan agama. Iman, khususnya pada tahap-tahap awal, selalu disertai oleh tanda tanya.
Demikian juga yang bercinta. Selalu ada tanda tanya dalam hatinya sebelum mereka mengikat ikatan perkawinan. Iman pada tahap awalnya selalu didahului oleh semacam keraguan.
Tidak usah khawatir akan keraguan itu. Para sahabat Nabi pernah berkata, "Wahai Nabi, kami mendapatkan di dalam hati kami pertanyaan-pertanyaan yang kami tidak sanggup untuk mengutarakannya. Kami khawatir mengutarakannya kepadamu".
Nabi pun bertanya, "Apakah kamu mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang menggelisahkan hatimu?" Mereka pun menjawab," benar wahai Nabi."
Dalam riwayat Nabi bersabda bahwa, kita lebih wajar ragu dibanding dengan Nabi Ibrahim. Allah memberikan kita kebebasan kepada nurani kita untuk bertanya-tanya.