Ribuan Obor Meriahkan Lebaran Ketupat di Kediri

Ribuan obor meriahkan lebaran ketupat di lingkungan Wangkalan, Kelurahan Tempur Rejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 14 Jun 2019, 12:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2019, 12:00 WIB
Lebaran Ketupat di Kediri
Ribuan obor meriahkan lebaran ketupat di lingkungan Wangkalan, Kelurahan Tempur Rejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur. (Liputan6.com/ Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Kediri - Warga di lingkungan Wangkalan, Kelurahan Tempur Rejo, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur, merayakan lebaran ketupat dengan tradisi saling tukar makanan untuk dikonsumsi bersama. Tak hanya itu, acara ini juga dimeriahkan dengan ribuan obor yang dinyalakan bersama.

"Seribu obor ini, dinyalakan di sepanjang jalan lingkungan Wangkalan di depan rumah warga hingga radius kurang lebih 1,5 Kilo meter," tutur Ketua RW V Wangkalan, Mohammad Isa, Rabu (12/06/2019) Malam.

Isa menjelaskan, lampu penerangan yang ada disepanjang jalan lingkungan Wangkalan sementara waktu sengaja dipadamkan. Hal ini memilki makna jika nyala api obor diharapkan bisa menjadi penerang bagi hati dan jiwa masyarakat, khususnya mereka yang berdomisili di lingkungan Wangkalan Kelurahan Tempur Rejo Kecamatan Pesantren.

"Kegiatan ini melibatkan ribuan warga, yang tinggal di 8 RT dan 2 RW. Diantaranya RT 14 sampai 21 serta RW 5 dan RW 6. Ribuan obor tersebut mulai dinyalakan setelah ibadah sholat Maghrib," katanya.

Isa mengatakan, tradisi ini sebelumnya belum pernah ada dan baru tahun ini dilaksanakan. Gagasan tersebut muncul setelah diprakarsai oleh pihak perangkat kelurahan dan kecamatan. Sebelumnya perayaan lebaran ketupat hanya dilakukan di musala dengan tradisi saling tukar makanan lalu dikonsumsi secara bersama, di tempat.

"Tujuh hari setelah lebaran, kupatan biasanya dilakukan di masjid. Lalu ada acara ini, kita jadikan satu dalam acara halal bihalal. Masing - masing keluarga dihimbau untuk membawa makanan sendiri dari rumah," ucapnya.

Mereka kemudian duduk saling berhadap-hadapan bertukar makanan. Tradisi ini juga diisi dengan tausiyah dan pengajian. Setelah pengajian selesai mereka diperkenankan untuk mengkonsumi makanan secara bersama-sama langsung di tempat.

Semua warga dari kategori berbagai usia baik anak - anak, remaja maupun pria dan wanita dewas menjadi satu, mengikuti kegiatan tersebut. Mereka terlihat guyub dan rukun satu sama lain.

Ribuan obor ini, dibuat sendiri oleh masyarakat dan dibutuhkan waktu persiapan selama tiga hari. Diharapkan, tradisi tukar makanan dan menyalakan 1.000 obor ini bisa dijaga dan dipertahankan hingga generasi penerus nantinya.

"Kalau begini kan kelihatan guyub dan rukun. Setiap RT, membuat 100 oncor (obor). Bahanya dari bambu, botol minuman dan isinya minyak gas," ujarnya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya