8.337 Calon Haji Tiba di Madinah

Di antara para jemaah tersebut, lima kloter dari dua embarkasi, mendapatkan fasilitas fast track atau jalur cepat keimigrasian.

oleh Nurmayanti diperbarui 08 Jul 2019, 09:24 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2019, 09:24 WIB
Jemaah Haji Indonesia melalui Jalur Fast Track. Darmawan/MCH
Jemaah Haji Indonesia melalui Jalur Fast Track. Darmawan/MCH

Liputan6.com, Madinah - Sebanyak 8.337 jemaah haji Indonesia telah tiba di Bandara Prince Mohammed bin Abdul Aziz, di Madinah, hingga 8 Juli 2019, pukul 05.50 Waktu Arab Saudi (SAW). Jumlah jemaah yang tiba berasal dari 20 kloter.

Data ini seperti mengutip Data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Siskohat. Senin (8/7/2019). Jemaah yang telah tiba antara lain berasal dari Embarkasi Jakarta Pondok Gede, Jakarta Bekasi, Surabaya, Solo, Batam, Ujung Pandang, Padang, Palembang.

Di antara para jemaah tersebut, lima kloter dari dua embarkasi, mendapatkan fasilitas fast track atau jalur cepat keimigrasian pada saat kedatangan di Bandara Madinah. 

Dengan layanan fast track ini, jemaah dapat menghemat waktu setibanya di bandara tujuan sekitar setengah jam sampai 1,5 jam. Sebab, proses pre departure clearence atau pemeriksaan dokumen keimigrasian, seperti visa dan paspor, sudah dilakukan sejak di bandara asal jemaah.

"Jumlah jemaahnya (yang menerima layanan fast track) 70 ribuan. Kalau dari total jemaah yang kita punya ya cukup banyak ya, 30 sampai 33 persen jemaah kita berangkat dengan fasilitas fast track," kata Kepala Daker Bandara, Arsyad Hidayat saat ditemui Tim MCH di Bandara Madinah.

Tahun ini, hanya ada dua embarkasi yang menerima layanan fast track. Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) dan embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS), yang jemaahnya berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta. Jemaah dari embarkasi ini berasal tiga provinsi, yakni Lampung, Jakarta dan Jawa Barat.

Fasilitas fast track baru terlayani di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta. Pihak imigrasi Arab Saudi membuka konter di Bandara Soetta, dan melakukan pengecekan visa sebelum jemaah haji naik pesawat. Dengan demikian, semua proses keimigrasian sudah selesai sejak masih di Bandara Soetta.

Setibanya di Bandara Madinah, lanjut Arsyad, pergerakan jemaah juga relatif lebih cepat. Sejak turun pesawat, jemaah sudah diarahkan ke terminal khusus, Mekah Route, terminal yang didedikasikan untuk jemaah fast track.

"Sangat membantu jemaah, jemaah tidak ngantri-ngantri, dan yang penting juga jemaah sudah dipastikan clear semenjak dri Tanah Air," ungkapnya.

 

 

Satu Calon Haji Meninggal Dunia di Pesawat

Petugas Kesehatan Haji Indonesia saat memberikan keterangan jemaah haji yang meninnggal. Syahrudin/MCH
Petugas Kesehatan Haji Indonesia saat memberikan keterangan jemaah haji yang meninnggal. Syahrudin/MCH

Kabar duka datang dari Tanah Suci. Seorang calon jemaah haji Indonesia asal Embarkasi Solo (SOC) 2 meninggal dunia di dalam pesawat saat menuju ke Tanah Suci, pada Minggu (7/7/2019) sore. Sumiyatun Sawi Krama (56), calon haji tersebut, wafat karena serangan jantung.

Sumiyatun berasal dari Desa Godog, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. Dia tergabung rombongan 5 kloter 2 Embarkasi Solo. "Ibu Sumiyatun Sawi Krama meninggal dunia saat masih di atas pesawat," kata dokter Sri Mulyani, Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), Senin (8/7) dini hari di Madinah.

Selain jantung, dia menuturkan, tim kesehatan menemukan jika Sumiatun memiliki penyakit gula dan kolesterol. "Saat di atas pesawat ketika tim kami melakukan pemeriksaan, Beliau juga mengalami gula darah atau kolesterol yang sangat tinggi dan tidak terkontrol," ungkapnya.

Sumiyatun diketahui berangkat seorang diri, tanpa ada pendamping dan juga tidak memiliki anggota keluarga. "Saat ini jenazah almarhumah berada di Bandara Madinah," ujarnya.

Ketua Kloter 2 Embarkasi Solo (SOC), Lasimin menceritakan, Sumiyatun masuk asrama haji dalam keadaan sehat. Namun setelah diperiksa dokter, baru ketahuan bahwa Sumiyatun mengidap penyakit diabetes. "Saat diperiksa juga biasa, cuma dokter menemukan adanya penyakit gula," kata dia.

Demikian pula saat masuk pesawat, Sumiyatun juga tampak sehat. Waktu diberikan makan pertama di pesawat juga masih terlihat memakannya. Namun saat pemberian makan kedua dia sudah tidak mau.

Setelah itu, kira-kira 50 menit sebelum mendarat, tiba-tiba Sumiyatun muntah. Dia kemudian diperiksa dokter di pesawat. Namun, kondisinya langsung drop.

"Lemes, setelah itu meninggal dunia. Prosesnya cepet banget enggak sampai 10 menit," kata Lasimin.

Setelah dinyatakan meninggal dunia, jenazah Sumiyatun kemudian ditangani oleh kru Garuda. Jenazah kemudian dibawa ke rumah sakit.

Lasimin mengatakan, kejadian ini telah disampaikan kepada keluarga Sumiyatun di Sukoharjo. Rencananya, jenazah Sumiyatun akan dikuburkan di Madinah hari ini setelah Subuh.

Tonton Video Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya