2 Tahun Dihantam COVID-19, Umat Muslim di Darwin Bisa Kembali Buka Puasa Bersama

Masyarakat Muslim Darwin tidaklah sebesar di kota-kota lain di Australia.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 18 Apr 2022, 20:00 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2022, 20:00 WIB
Ilustrasi bendera Australia (pixabay)
Ilustrasi bendera Australia (pixabay)

Liputan6.com, Darwin - Ari Wibowo dan Abdullah Ali tak memiliki banyak kesamaan, tapi keduanya sama-sama menyambut Ramadhan di Kota Darwin, Australia, untuk pertama kalinya.

Ari yang berprofesi sebagai nelayan masuk Islam sekitar empat tahun lalu, sedangkan Abdullah adalah imam Masjid Darwin yang baru ditunjuk dan baru datang ke ibu kota Australia Utara ini.

Mereka memiliki satu kesamaan: keduanya baru pertama kali menjalani Ramadhan bersama masyarakat Muslim di Darwin.

Ari yang menghabiskan tiga Ramadhan terakhir di laut mengatakan dia menikmati "suasana yang bersahabat" di masjid itu, demikian dikutip dari laman ABC Indonesia, Senin (18/4/2022).

"Sebagian orang hanya melihat buku dari sampulnya. Tapi tak apa. Darwin menyambut semua orang, masyarakatnya baik," katanya sambil menunjukkan lengannya yang bertato.

Setelah pindah dari Melbourne kurang dari sebulan yang lalu, Imam Abdullah juga merasakan hal yang sama.

"Masyarakat Muslim Darwin tidaklah sebesar di kota-kota lain tapi hal yang menyenangkan adalah kita melihat banyak orang datang ke masjid," katanya.

Setidaknya 400-an jamaah berkumpul setiap malam di Masjid Darwin di daerah Wanguri sejak ibadah Ramadhan 2022 dimulai akhir pekan lalu.

Bukan hanya Menahan Lapar dan Haus

Umat Islam diwajibkan untuk berpuasa dari fajar hingga terbenamnya matahari selama sebulan penuh, menghindari makanan dan minuman sepanjang hari.

Bagi mereka, bulan puasa adalah waktu untuk memperbanyak ibadah, beramal, disiplin dan menahan diri.

"Puasa bukan hanya menahan diri dari lapar dan haus, tapi juga menahan diri dari berhubungan intim di siang hari dan dilarang berbicara kotor," jelas Imam Abdullah.

Dijelaskan, Ramadhan juga merupakan momen untuk berempati terhadap mereka yang kurang beruntung sekaligus merasakan manfaat kesehatan dari puasa.

"Di Australia, kami sangat beruntung kami memiliki makanan, setidaknya masih mampu memenuhi kebutuhan dasar. Di banyak tempat lain, mereka tidak memilikinya," katanya.

Dia mengatakan Ramadhan memberi umat Islam kesempatan untuk "mengatur ulang" dan menyelaraskan diri dengan kehendak Allah karena juga merupakan bulan ketika Al-Qur'an diturunkan.

"Ini bulan spesial yang sangat kami nantikan selama 11 bulan. Ketika saatnya tiba, kami sangat senang menyambutnya," Imam Abdullah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Buka Puasa Bersama dalam Harmoni

Ilustrasi puasa, Ramadan, Islami
Ilustrasi puasa, Ramadan, Islami. (Photo by Ahmed Aqtai: https://www.pexels.com/photo/photo-of-ramadan-light-on-top-of-table-2233416/)

Selain aspek spiritual, ada aspek sosial dari Ramadan, khususnya penekanan pada kegiatan berkumpul saat menunggu berbuka puasa bersama atau Iftar.

Di Masjid Darwin, meskipun jamaahnya terbilang kecil jumlahnya, namun lebih dari 10 negara dari empat benua berkumpul untuk Iftar.

Ketua Islamic Society of Darwin (ISD) Shakil Ahmad menjelaskan pihaknya menyiapkan makanan untuk lebih dari 400 orang untuk setiap kali kegiatan Iftar.

"Banyak kesibukan, kami membutuhkan banyak relawan untuk membantu," katanya.

Sekretaris ISD Sophia Feroz Khan menambahkan kegiatan Iftar merupakan kesempatan besar untuk beramal.

"Kegiatan sukarela ini berkah dari Tuhan," ucapnya.

Sophia menyebut kegiatan Iftar menjadi ajang untuk komunitas dengan latar belakang yang beragam.

"Kami menyatukan semua orang selama kegiatan ini. Setiap harinya kami bisa bertemu teman, keluarga, semuanya," katanya.

"Hal lainnya adalah banyak mahasiswa yang sedang kuliah di sini dan tidak memiliki keluarga. Mereka mungkin merasa sendirian," ucap Sophia.

Shakil menambahkan bahwa Iftar bukan tentang apa makanannya, melainkan dengan siapa makanan itu dimakan.

"Selama bulan Ramadhan, jika kita makan sendirian, tentu saja menjadi hal terburuk yang kita lakukan," katanya.

"Makan bersama adalah harmoni," katanya.

Karena pandemi, umat Islam di seluruh dunia, termasuk Darwin, sulit mencapai harmoni dalam dua tahun terakhir.

"Sulit bagi kami ketika pandemi berlangsung, tapi Alhamdulillah kami bisa melakukan buka puasa 'drive through' saat itu," katanya.

"Kami bahkan tidak bisa salat berjamaah waktu itu," ucapnya.

"Sekarang, melihat semua orang bisa berkumpul kembali, tentunya sangat menyenangkan," kata Shakil.

"Ini Ramadan terbaik untuk kita sekarang," tambahnya.

 

Ramadan adalah Kesempatan Untuk Memahami

Ilustrasi Ramadan. (Pixabay)
Ilustrasi Ramadan. (Pixabay)

Imam Abdullah Ali mengatakan Ramadan merupakan kesempatan yang sangat baik bagi umat Islam di Darwin untuk berinteraksi dengan masyarakat luas.

"Ada kesalahpahaman tentang agama Islam itu sendiri, orang ragu-ragu untuk bertanya," katanya.

Dia mengatakan Ramadan memungkinkan semua orang dari berbagai agama dan latar belakang untuk berkumpul dan makan bersama serta saling memahami dengan lebih baik.

"Saya ingin mengajak semua orang untuk datang ke Masjid Darwin, bahkan jika mereka tidak berpuasa, mari berbuka puasa bersama kami," katanya.

"Ini kesempatan yang bagus untuk saling mengenal," tambahnya.

Infografis Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1442 H/2021. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1442 H/2021. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya