Gempa Cianjur dan Pandangan Bencana Sebagai Azab, Gus Baha: Jangan Sok Suci!

Ada sebagian orang yang meyakini bahwa bencana alam adalah azab. Lantas, benarkah bencana alam merupakan Azab Allah untuk pendosa dan pelaku maksiat?

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Des 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 03 Des 2022, 08:30 WIB
Tim Gabungan Terus Lakukan Pencarian Korban Gempa Cianjur
Tim gabungan melakukan pencarian korban gempa Cianjur di kawasan Cugenang yang longsor, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Hingga siang ini, menurut Menko PMK Muhadjir Effendy korban meninggal akibat gempa Cianjur mencapai 162 orang. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Cianjur - Bencana alam kerap terjadi di Indonesia. Beberapa di antaranya menimbulkan korban jiwa dengan jumlah massif.

Salah satunya, gempa Cianjur, Jawa Barat, yang baru saja terjadi dan menyebabkan ratusan korban jiwa.

Sebelumnya, gempa bumi dan gempa disertai tsunami juga pernah menerjang Indonesia, tepatnya Yogyakarta pada 2006 dan Aceh, pada 2004. Ribuan korban jiwa jatuh. 

Dalam khazanah Islam, bencana alam disebut dengan musibah. Akan tetapi, ada sebagian orang yang meyakini bahwa bencana alam adalah azab.

Bagi golongan ini, azab dijatuhkan Allah karena mereka adalah manusia pendosa. Dalam perspektif kelompok tersebut, bencana alam adalah hukuman karena dosa-dosa orang yang berada di wilayah terkait.

Lantas, benarkah bencana alam merupakan Azab Allah untuk pendosa dan pelaku maksiat?

Jauh hari sebelum terjadi gempa Cianjur, ulama KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) justru melarang umat Islam untuk menghakami korban bencana alam dengan menyebut sebagai Azab dari Allah.

"Ya, kita harus menghindari merasa paling suci. Jangan merasa sok suci," ucap dia, di tayangan video, dikutip dari situs ngopibareng.id, Jumat (2/12/2022).

Gus Baha tak memungkiri, bila bencana menerjang sebuah daerah, ada yang menyatakan sebagai azab dari Allah karena penghuni daerah itu banyak melakukan maksiat. Bencana alam dinilai sebagai azab bagi warga di daerah tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Azab Kewenangan Allah, Bukan Kapasitas Manusia

Gus Baha (Tangkap Layar Youtube Kumparan Dakwah)
Gus Baha (Tangkap Layar Youtube Kumparan Dakwah)

Karena itu, secara tegas Gus Baha melarang setiap Muslim menghakimi bencana alam dengan sebutan azab dari Allah SWT karena hal ini sama halnya sok suci.

"Kita ngomong potensinya saja, kamu tidak usah sok suci dengan kata bima kafartum," kata Gus Baha, dalam ceramah di YouTube Santri RJ. "Itu urusan Tuhan," ujarnya.

Gus Baha mencontohkan bencana tsunami yang terjadi di Aceh beberapa tahun lalu. Ternyata Al-Qur'an sudah menjelaskan bahwa Allah akan membuat orang tenggelam di darat.

"Kamu menuduh orang Aceh kafir, justru kamu sendiri yang kafir," kata Gus Baha.

"Maka ini perlu ada kesadaran ahli sunnah, kalau Allah berfirman ya kita diam saja," lanjutnya.

Gus Baha menyebut soal Azab adalah kewenangan Allah SWT. "Tidak perlu begitu. Azab itu pokoknya Allah kuasa mengazab siapa saja," jelasnya.

Gus Baha mencontohkan ada daerah yang lebih dosa dan banyak maksiatnya, sehingga menentukan bencana alam sebagai azab bukanlah kapasitas seseorang.

"Misalnya Aceh ada tsunami, ya sudah tsunaminya saja, kamu tidak perlu meneruskan bima kafartum, itu wilayahnya Allah," kata Gus Baha. "Makanya Rasulullah kalau ditanya ada azab itu nggak pernah meneruskan," kata dia.

"Ya sudah ada azab, tapi kalau mansus ya mansus. Mansus misalnya kaummnya Luth itu mansus karena azab," terang Gus Baha.

"Tapi kalau orang Islam kan nggak mesti azab, bisa saja hukuman yang menjadikan malah masuk surga," tandas Gus Baha.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya