Kisah Abdullah bin Hudzafah: Tawanan Perang yang Konsisten dalam Memegang Kebenaran

Hikmah di balik kisah tawanan perang Abdullah bin Hudzafah.

oleh Putry Damayanty diperbarui 18 Mar 2023, 18:30 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2023, 18:30 WIB
Ilustrasi - Kafilah pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)
Ilustrasi - Kafilah pada masa Arab zaman Jahiliyah. (Foto: Tangkapan layar film The Message)

Liputan6.com, Jakarta - Dikisahkan ada seorang jawara Romawi yang menawan sekelompok orang Islam pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Panglima Romawi mendapat informasi bahwa di antara tawanan itu ada yang terkenal kuat dan pemberani, tawanan itu bernama Abdullah bin Hudzafah. 

Mengetahui hal tersebut, panglima Romawi memerintahkan agar Abdullah bin Hudzafah dibawa menghadap kepadanya. Sementara itu di hadapan panglima tersebut terdapat rantai yang dipasang memanjang, sehingga tidak seorang pun bisa menghadapnya, kecuali dalam posisi jongkok. 

Ketika mujahid itu melihatnya, ia tidak mau masuk menghadap panglima dengan posisi jongkok. Mengetahui itu, maka panglima memerintahkan untuk melepas rantai agar ia mau menghadap kepadanya. 

Ketika laki-laki tersebut telah berada di hadapannya, panglima kemudian berbicara panjang lebar dan pada akhirnya ia berkata kepadanya dengan nada membujuk.

"Masuklah ke agama kami, akan aku berikan kamu stempel kerajaan dan akan aku berikan kekuasaan Romawi kepadamu sehingga kamu bisa melakukan apa saja yang kamu kehendaki."

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Dibujuk dengan Kekuasaan dan Kekayaan

Mujahid tersebut kemudian berkata, "Berapa luas Romawi?"

"Daerah kekuasaan Romawi adalah sepertiga atau seperempat dunia," jawabnya.

"Kalaupun dunia semuanya adalah kekuasaan Romawi dan dipenuhi oleh emas dan permata dan mereka memberikannya kepadaku untuk menggantikan mendengarkan azan satu hari saja, saya tidak akan menerimanya," lanjutnya.

Mendengar itu, panglima Romawi bertanya, "Adzan itu apa?"

"Adzan adalah, "Ucapan Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah)," jawabnya.

Setelah itu, panglima berkata kepada pengawalnya, 

"Kecintaan terhadap Muhammad telah demikian tertancap teguh dalam hatinya dan saat ini tidak mungkin akan melepaskannya."

Lalu ia memerintahkan untuk meletakkan wajan yang berisi air di atas api seraya berkata, "Jika air ini telah mendidih, lemparkan ia ke dalamnya!"

Para pengawalnya kemudian mengerjakan apa yang diperintahkan oleh si panglima. Dan ketika mujahid tersebut melemparnya ke dalam wajan, ia mengucapkan, "Bismillahirrahmanirrahim." Setelah itu, ia masuk dari satu sisi dan keluar dari sisi yang lain dengan kekuasaan Allah SWT.

Melihat peristiwa yang dialami oleh mujahid, mereka pun terpana. Lalu panglima memerintahkan lagi agar ia disekap pada sebuah kamar yang gelap dan tidak memberinya makan dan minum. 

Mereka lantas melemparkan daging babi dan khamar selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari mereka membuka kamar penyekapan. Setelah dibuka, mereka melihat semua yang mereka lemparkan kepada sang mujahid tersebut masih tetap utuh. Makanan tersebut ternyata tidak disentuh, apalagi sampai dimakan

"Mengapa kamu tidak makan. Bukankah dalam agama Muhammad diperbolehkan memakan makanan yang haram dalam kondisi darurat (terdesak)"

"Jika aku memakan makanan ini, tentu kalian akan senang. Padahal, aku ingin kalian marah," jawabnya.

Dibebaskan dan Dibekali Harta

Setelah berpikir sejenak, panglima kemudian berkata kepadanya, 

"Jika kamu tidak mau memakan makanan ini, tidak apa-apa. Tapi saya berharap agar kamu mau sujud kepadaku dan setelah itu aku akan membebaskan kamu, juga teman-temanmu." 

"Dalam agama Muhammad tidak diperbolehkan untuk sujud, kecuali kepada Allah SWT," tegasnya.

"Kalau begitu, cium tanganku. Jika itu kamu lakukan, maka aku akan membebaskanmu, juga teman-temanmu," katanya dengan nada merayu.

"Itu juga tidak diperbolehkan dalam ajaran agama Muhammad, kecuali kepada guru, orang tua, atau kepada penguasa yang adil," jawabnya lagi.

"Kalau begitu, cium keningku!" 

"Aku akan melakukannya dengan satu syarat."

"Lakukanlah sesuai dengan keinginanmu!"

la kemudian meletakkan lengan bajunya di kening panglima Romawi tersebut kemudian menciumnya dengan niat untuk mencium lengan bajunya sendiri.

Setelah itu, ia dan kawan-kawannya dibebaskan. Mereka diberi harta kekayaan yang banyak.

Panglima Romawi berkirim surat kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah, "Jika orang ini ada di negara kami dan beragama dengan agama kami, maka kami akan meyakini ibadahnya."

Ketika orang tersebut kembali dan menemui Khalifah Umar bin Khattab, beliau berkata kepadanya, 

"Harta tersebut jangan kamu ambil sendiri, akan tetapi bagikanlah kepada penduduk Madinah!"

la kemudian melaksanakan semua yang diperintahkan oleh Khalifah Umar bin Khattab.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya