Liputan6.com, Jakarta - Dunia maya menjadi arena peperangan narasi dan wacana konflik Palestina-Israel. Warganet yang mendukung Palestina dan mendukung Israel mengungkapkan dukungan dan serangannya melalui media sosial.
Sebagian mereka membela Israel dan Palestina, tetapi ada juga yang menyerang negara yang tidak didukungnya, di antaranya merundung para tentara Israel.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf merespons fenomena buzzer di media sosial yang mendukung Israel dan perilaku warganet Indonesia yang menyerang akun Pasukan Pertahanan Israel atau Israel Defense Forces (IDF) di Instagram.
Advertisement
Baca Juga
Gus Yahya menyampaikan bahwa memang hal tersebut menjadi peristiwa yang berlangsung. Namun, itu merupakan imbas dari akar masalah utamanya soal kemanusiaan yang terjadi di Palestina.
Oleh karena itu, semua pihak perlu melakukan hal yang lebih fokus pada inti persoalannya. Gus Yahya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melihat konflik Palestina-Israel secara lebih adil dan komprehensif.
"Memang kita menghadapi itu, tapi pembuat kebijakan di Israel bagaimana? Kita harus keluar dari masalah. Maka yang kita inginkan itu perspektif yang jernih, adil," katanya dalam konferensi pers di hadapan awak media pada agenda Road to R20 International Summit of Religious Authorities (ISORA) yang akan digelar di Hotel Shangri-La Jakarta, Selasa (21/11/2023), dikutip dari laman nu.or.id, Rabu (22/11/2023).
Menurut Gus Yahya, ikhtiar penyelesaian masalah kemanusiaan di Palestina yang menjadi korban agresi Israel bukanlah dengan meningkatkan kebencian terhadap kelompok yang tidak didukung.
"Bukan untuk mempertajam permusuhan, bukan untuk memperparah keadaan, membangkitkan kebencian Israel atau Yahudi, tidak," katanya.
Â
Â
Â
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Fokus pada Upaya Kemanusiaan
Gus Yahya mengajak semua pihak agar fokus pada kemanusiaan dalam melihat konflik Palestina-Israel. Menurutnya, itulah jalan keluar yang bisa ditempuh untuk mengatasi problem yang ada saat ini.
"Dengan mengingatkan kembali semua orang dengan kemanusiaan. Kebencian tidak bisa menjadi jalan keluar. Kemarahan tidak bisa jadi jalan keluar," katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu menegaskan bahwa kesadaran kemanusiaan inilah yang mendorong gerakan bersama dalam menuntaskan persoalan tersebut.
"Jalan keluarnya adalah kesadaran kepentingan bersama bahwa kalau ini tidak segera diselesaikan masalah konflik ini, maka yang celaka bukan hanya orang-orang Palestina dan Yahudi di Israel, tapi semua umat manusia," katanya.
Oleh karena itu, PBNU menggelar R20 ISORA dengan mengangkat tema Peran Agama dalam Mengatasi Kekerasan di Timur Tengah dan Ancaman terhadap Tatanan Internasional Berbasis Aturan.
Kegiatan ini bakal diikuti 150 partisipan dengan 40 di antaranya dari luar negeri. ISORA bakal menghadirkan empat narasumber kunci, yakni (1) Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, (2) Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad al-Thayyeb, (3) Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia (MWL) Syekh Mohammed bin Abdul Karim al-Issa, dan (4) Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gueterres (dalam konfirmasi).
Advertisement