Pesan Simbolis, Sarung Gus Iqdam untuk Ganjar Pranowo yang Dititipkan ke Siti Atiqoh

Siti Atiqoh Ganjar istri Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo mendapat titipan khusus dari Pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam Blitar untuk sang Capres

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Des 2023, 00:30 WIB
Diterbitkan 21 Des 2023, 00:30 WIB
Atiqoh dan ganjar iqdam
Siti Atiqoh dan Ganjar Pranowo

Liputan6.com, Jakarta - Siti Atiqoh Ganjar istri Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo mendapat titipan khusus dari Pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam II, Blitar Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam.

Sepulang menghadiri pengajian rutin di Markas ST Pusat Blitar Siti Atiqoh mendapatkan oleh-oleh dari yang punya majelis, berupa sarung. 

Seusai pengajian, Gus Iqdam mengajak Atiqoh untuk mampir di kediaman. Tampak Nyai Lam'atul Walidah, ibunda Gus Iqdam mendampingi.

Selain itu juga ada Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin dan istrinya, Novita Hardini.

Sayangnya, istri Gus Iqdam Ning Nila sedang mudik ke Lirboyo. Tak terbayangkan keseruan jika mereka berdua bertemu.

Mereka berbincang banyak hal, Gus Iqdam menceritakan perjalanan Majelis Taklimnya hingga kini memiliki ribuan jemaah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Sarung Penuh Makna Simbolis dan Filosofis

Momen Gus Iqdam dan Ning Nila berfoto di Tanah Suci, di sela pelaksanaan ibadah umrah. (Foto: Istimewa)
Momen Gus Iqdam dan Ning Nila berfoto di Tanah Suci, di sela pelaksanaan ibadah umrah. (Foto: Istimewa)

Saat berpamitan, Gus Iqdam menitipkan sarung kepada Siti Atiqoh untuk diberikan kepada istri Atiqoh, Ganjar Pranowo.

Tak mungkin jika tak ada pesan melalui pemberian tersebut. Bisa saja ada pesan dan doa khusus dari Gus Iqdam untuk Ganjar Pranowo terkait pemberiannya tersebut, semuanya penuh makna simbolis dan filosofis.

Mengutip Liputan6.com, sarung ini identik dengan budaya pesantren. Dalam budaya pesantren atau lebih spesifik bagi kaum santri, sarung memiliki makna filosofi yang tinggi.

Bahkan sarung bukan hanya dipakai santri putra saja, akan tetapi juga dipakai santri putri.


Sarung Akronim 'Sarune Dikurung', Manusia Mengedepankan Rasa Malu dan Tidak Arogan

Imbas Pandemi Covid-19, Penjualan Sarung Lokal Turun Drastis
Ilustrasi sarung (dok. Instagram @sabdabatik/ https://www.instagram.com/p/CGaBcBtpEDw/?igshid=sui11kgqunls / Melia Setiawati)

Sarung bagi para kaum santri merupakan akronim dari istilah 'sarune dikurung'. Dalam bahasa Jawa saru adalah sesuatu yang tidak layak dan patut untuk diperlihatkan. Jadi harus dikurung dan ditutupi.

Ini merupakan simbolisasi, agar manusia memiliki dan mengedepankan rasa malu, tidak sombong, tidak arogan, apa lagi sembrono.

Kemudian, makna filosofi sarungan sebagaimana dilansir dari duniasantri.co diantaranya adalah sebagai berikut.

Pertama, bahwa sarung merupakan pakaian yang sangat longgar. Itu artinya, kita harus selalu berusaha memberi ruang kebaikan kepada orang lain demi terjadinya sifat dan sikap takwa kepada Allah SWT.

Kedua, sarung tidak terikat dengan ikat pinggang, resleting, dan buah kancing. Ini menjadi filosofi bagi kita bahwa kita harus melepas ikatan-ikatan rasa tamak, takabur, dan sifat negatif lainnya.


Sarung juga Simbolis Seseorang Harus Mampu Memberi Manfaat

Motif Bunga Lotus
Ilustrasi sarung motif (dok. https://lokabatiksemarang.wordpress.com/2010/07/26/batik-motif-jawa-kuno-sarung-dlorong-buketan-pekalongan/Esther Novita Inochi)

Ketiga, sarung dapat dijadikan berbagai kemanfaatan. Seperti untuk menutup aurat, mengusir rasa dingin (selimut), sebagai alas duduk, bahkan dapat dijadikan sebagai penutup kepala di kala panas matahari.

Itu artinya, kita harus menjadi seseorang yang siap ditempatkan di mana saja. Mampu memberikan manfaat kepada siapa saja, serta dapat berperan sebagai apa pun (yang bernilai positif) di tengah kehidupan bermasyarakat.

Demikian beberapa makna filosofi sarungan yang merupakan salah satu pakaian khas yang dipakai oleh para santri.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya