Hukum Puasa Rajab, Penjelasan Buya Yahya dan UAH

Meski sudah hal umum, pertanyaan tentang hukum puasa Rajab selalu muncul setiap memasuki bulan tersebut. Sebenarnya, bolehkah menjalankan puasa Rajab? Apakah termasuk bid’ah?

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 13 Jan 2024, 07:30 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2024, 07:30 WIB
Buya Yahya dan Ustadz Adi Hidayat
Buya Yahya dan Ustadz Adi Hidayat. (YouTube Al Bahjah TV dan Adi Hidayat Official)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam terdapat empat bulan yang dimuliakan Allah. Bulan ini dikenal al-asyhur al-hurum atau bulan haram.

Setiap bulan haram umat Islam dianjurkan memperbanyak ibadah. Sebab, mengerjakan amal saleh pada bulan tersebut akan diganjar pahala lebih banyak dari biasanya.

Salah satu bulan yang termasuk dimuliakan Allah adalah Rajab. Di bulan ini terdapat amalan yang biasa dilakukan muslim, yakni puasa Rajab.

Meski sudah hal umum, pertanyaan tentang hukum puasa Rajab selalu muncul setiap memasuki bulan tersebut. Sebenarnya, bolehkah menjalankan puasa Rajab? Apakah termasuk bid’ah?

Untuk menjawab pertanyaan ini mari simak penjelasan KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya dan Ustadz Adi Hidayat (UAH).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Penjelasan Buya Yahya soal Puasa Rajab

Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Pengasuh LPD Al Bahjah, Buya Yahya mengatakan, terdapat riwayat dalam hadis shahih dari Sayydina Utsman bin Hakim Al Anshari yang menjadi dasar melaksanakan puasa Rajab

“Sayyidina Utsman bin Hakim Al Anshari beliau bertanya ke Sayyidina Sa’id bin Jubair tentang puasa bulan rajab. Beliau berkata, apa yang hendaknya kita lakukan di bulan Rajab?” ucap Buya Yahya mengutip hadis tersebut, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Kamis (11/1/2024).

Kemudian Sayyidina Sa’id bin Jubair cerita bahwasanya pernah bertanya ke Sayyidina Anas bin Malik. Lalu Sayyidina Anas bercerita bahwasanya amalan nabi di bulan Rajab adalah berpuasa. 

“Nabi pernah di suatu ketika di bulan Rajab puasa banyak sekali. Sampai para sahabat nabi mengatakan ini full puasanya kaya tidak ada bukanya. Tapi pernah juga di tahun lain di bulan Rajab itu nabi tidak berpuasa. Sampai kami itu mengatakan nabi sama sekali tidak puasa di bulan Rajab,” tutur Buya Yahya menyampaikan isi hadis.

Berdasarkan riwayat tersebut, Nabi Muhammad SAW pernah puasa penuh di bulan Rajab dan pernah juga tidak puasa di bulan Rajab. 

“Apa kesimpulannya dari kejadian seperti itu? Jadi, semua amalan yang pernah dilakukan nabi kemudian setelah itu kadang ditinggalkan, itu adalah amal sunnah. Kalau diamalkan oleh nabi terus kita disuruh mengikuti jadilah wajib. Makanya yang namanya amalan sunnah itu nabi pernah melakukan lalu nabi pernah meninggalkannya,” jelas Buya Yahya.


Penjelasan UAH soal Puasa Rajab

Ustaz Adi Hidayat
Ustaz Adi Hidayat (Instagram: @ustadzadihidayat)

Sementara itu, Ustadz Adi Hidayat atau UAH mengutip hadis Muslim nomor 1.960 dari riwayat Sayyidah Aisyah yang dikuatkan oleh keterangan Ibnu Abbas RA. Disebutkan bahwa nabi sering meningkatkan puasa di bulan-bulan haram, termasuk di bulan Rajab.

“Kata Sayyidah Aisyah termasuk juga kemudian Ibnu Abbas radhiallahu ta'ala anhuma, saya kadang melihat Nabi SAW sering puasa seakan-akan gak buka, tapi juga sering melihat beliau buka seakan-akan enggak puasa ya,” ucap UAH dikutip dari YouTube Media Dakwah Hikmah TV.

Berdasarkan hadis tersebut, UAH mengatakan, meningkatkan ibadah puasa di bulan haram seperti Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram boleh saja dilakukan. Walaupun tidak ada kekhususan mengkhususkan puasa di satu bulan saja.

“Kalau ada yang tanya boleh nggak saya puasa bulan Rajab? Silakan. Anda mau Senin puasa silakan, Kamis puasa silakan. Gak ada batas seperti hari-hari biasa. Cuma pahalanya ketika Anda kerjakan untuk menghindari maksiat maka bisa berlipat dari hari sebelumnya,” kata UAH.

UAH mengatakan, pelaksanaan puasa di bulan Rajab dapat dilakukan saat momentum yang biasa dilakukan puasa. Seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, dan puasa Dawud. Boleh juga puasa yang beruntun, misalnya Senin-Rabu puasa lalu Kamis tidak.

“Apa dalilnya? Tadi karena puasa di bulan-bulan hurum dianjurkan oleh Nabi SAW,” tegas UAH.

Adapun terkait keutamaan puasa di bulan Rajab, menurut UAH, tidak ada keutamaan khusus seperti jika puasa di bulan Rajab akan mendapatkan sungai Rajab di surga. Kemudian, jika puasa sehari di bulan Rajab maka akan diampuni semua dosa dan dibebaskan dari neraka. 

“Kalau sudah bebas dari neraka ngapain puasa Ramadhan?” imbuh UAH kepada jemaah.

UAH menyimpulkan, keutamaan puasa di bulan Rajab sebetulnya keutamaan umum yang disebutkan dalam dalil-dalil masuk dalam kategori puasa dan ibadah di bulan bulan haram seperti keutamaan di tiga bulan yang lainnya. 

“Tidak ada amalan-amalan khusus misalnya yang hadits-hadis yang menunjukkan keistimewaannya, tapi kalau Anda kerjakan silakan saja kerjakan dengan niat mengerjakan amalan-amalan rutinitas seperti yang lainnya dan pahala Allah berikan kepada Anda,” tandas UAH. Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya