Mbah Moen Ungkap Kalender Masehi Bisa Jadi Pedoman untuk Datangkan Rezeki, Begini Caranya

Mbah Moen mengungkapkan, hampir semua bulan memiliki keistimewaan sehingga bisa menjadi acuan atau pedoman saat akan melakukan aktivitas. Misalnya ikhitar meraih rezeki

oleh Nanik Ratnawati diperbarui 22 Feb 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2024, 08:30 WIB
Amalan Pembuka Rezeki Mbah Moen
Amalan pembuka rezeki dari Mbah Moen yang diijazahkan ke salah satu santri pertamanya, KH Izzuddin. (Foto: Istimewa; Grafis: Liputan6.com/MHT)

Liputan6.com, Jakarta - Kalender resmi Islam adalah Hijriyah. Dengan pedoman penanggalan yang lahir pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ini umat Islam melakukan berbagai ibadah. Contoh gampang, puasa Ramadhan dan haji.

Di luar itu, umat Islam juga sering menggunakan kalender hijriyah sebagai pedoman untuk aktivitas non-peribadatan. Misalnya, hajatan, tasyakuran, dan lain sebagainya, hingga pedoman aktivitas mencari rezeki.

Namun begitu, ternyata kalender Masehi juga bisa menjadi pedoman aktivitas. Sebab, masing-masing bulan juga memiliki keistimewaan tersendiri.

Hal ini diungkapkan oleh Syaikhona KH Maimoen Zubair. Mbah Moen mengungkapkan, hampir semua bulan memiliki keistimewaan sehingga bisa menjadi acuan atau pedoman saat akan melakukan aktivitas. Misalnya ikhitar meraih rezeki. 

Menurut Mbah Moen kalau seseorang mengetahui hitungan bulan Masehi, ia dapat menafsirkannya.

"Januari artinya ijo-ijone pari (hijau-hijaunya padi), Pebruari artinya mep-mepi pari (waktu memupuk padi), Maret artinya meh meret (hampir panen)," kata Mbah Moen dalam pengajian tafsir di Rembang, Ahad (8/5/2016), dikutip dari laman NU, Rabu (21/2/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:

Perhitungan Mangsa

Memanfaatkan Lahan Pertanian dengan Berinovasi di Masa Pandemi
Petani menyiapkan lahan persawahan sebelum ditanami bibit padi di Tangerang Selatan, Jumat (15/10/2020). Lahan pertanian yang terbatas bisa dimanfaatkan dengan menanam tanaman pangan yang berusia pendek dan memiliki nilai ekonomis. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Dalam pengajian mingguan yang diikuti ratusan orang dari beberapa daerah itu Mbah Moen juga mengungkapkan, ini sebuah pengalaman yang bisa membuat orang kaya atau miskin. Bukan bulan Syuro, Safar, atau Mulud.

"Makanya orang Jawa miskin. Karena, mereka menggunakan bulan Syuro, Safar, Mulud," canda kiai kharismatik tersebut, kala itu.

Putra pertama dari KH Zubair ini menambahkan bahwa begitu indahnya Al-Quran sebagai pedoman kehidupan manusia.

"Di dalam Al-Quran itu ada semua. Kalau sudah tahu, maka akan mudah dalam bekerja. Tahu hitungan, tahu itu, tahu ini. Itu di tahun Masehi," Mbah Moen menerangkan.

Penjelasan Mbah Moen ini sepertinya terkait erat pemahaman mengenai pranata mangsa dalam budaya Jawa. Pranata mangsa berarti ketentuan musim.

Melansir laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, pranata mangsa merupakan sistem penanggalan atau kalender yang dikaitkan dengan aktivitas pertanian, khususnya untuk kepentingan bercocok tanam atau penangkapan ikan.

Kalender Pranata Mangsa disusun berdasarkan pada peredaran matahari. Kalender ini memiliki 1 siklus (setahun) dengan periode 365 hari atau 366 hari.

Kalender ini memuat berbagai aspek fenologi dan gejala alam lainnya yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam kegiatan usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana (kekeringan, wabah penyakit, serangan pengganggu tanaman, atau banjir) yang mungkin timbul pada waktu-waktu tertentu.

Berikut ini adalah rincian 12 pranata mangsa dalam kebudayaan Jawa.

Pranata Mangsa

Petani padi yang menerapkan SRI Organik memilih benih sendiri dengan teknik kuno, “nglonggori”, yakni memilih bulir padi terbaik. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Petani padi yang menerapkan SRI Organik memilih benih sendiri dengan teknik kuno, “nglonggori”, yakni memilih bulir padi terbaik. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Dalam pembagian yang lebih rinci, setahun dibagi menjadi 12 musim (mangsa) yang rentang waktunya lebih singkat namun dengan jangka waktu bervariasi. Uraian berikut ini menunjukkan pembagian formal menurut versi Kasunanan.

Perlu diingat bahwa tuntunan ini berlaku di saat penanaman padi sawah hanya dimungkinkan sekali dalam setahun, diikuti oleh palawija atau padi gogo, dan kemudian lahan bera (tidak ditanam).

1.     Kasa (Kartika) Ketiga - Terang 22 Juni – 1 Ags (41 hari)

Sesotya murca ing embanan ("Intan jatuh dari wadahnya"; daun-daun berjatuhan) Daun-daun berguguran, kayu mengering; belalang masuk ke dalam tanah Saatnya membakar jerami; mulai menanam palawija.

2.     Karo (Pusa) Ketiga - Paceklik 2 Ags – 24 Ags (23 hari)

Bantala rengka ("bumi merekah") Tanah mengering dan retak-retak, pohon randu dan mangga mulai berbunga.

3.     Katelu (Manggasri) Ketiga - Semplah 25 Ags – 18 Sept (24 hari)

Suta manut ing bapa ("anak menurut bapaknya") Tanaman merambat menaiki lanjaran, rebung bambu bermunculan, palawija mulai dipanen.

4.     Kapat (Sitra) Labuh - Semplah 19 Sept – 13 Okt (25 hari)

Waspa kumembeng jroning kalbu ("Air mata menggenang dalam kalbu"; mata air mulai menggenang) Mata air mulai terisi; kapuk randu mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bersarang dan bertelur; panen palawija; saat menggarap lahan untuk padi gogo.

5.     Kalima (Manggakala) Labuh - Semplah 14 Okt – 9 Nov (27 hari)

Pancuran mas sumawur ing jagad ("Pancuran emas menyirami dunia") Mulai ada hujan besar, pohon asam jawa mulai menumbuhkan daun muda, ulat mulai bermunculan, laron keluar dari liang, lempuyang dan temu kunci mulai bertunas; Selokan sawah diperbaiki dan membuat tempat mengalir air di pinggir sawah, mulai menyebar padi gogo.

 

Mangsa Kanem hingga Sada

Panen Padi jenis Ciherang di Leuweung Kolot, Bogor, Jawa Barat
Dengan kenaikan harga beli gabah kering panen, sejumlah petani di Bogor menuai berkah. (merdeka.com/Arie Basuki)

6.     Kanem (Naya) Labuh - Udan 10 Nov – 22 Des (43 hari)

Rasa mulya kasuciyan; Buah-buahan (durian, rambutan, manggis, dan lain-lainnya) mulai bermunculan, belibis mulai kelihatan di tempat-tempat berair; Para petani menyebar benih padi di pembenihan.

7.     Kapitu (Palguna) Rendheng - Udan 23 Des – 3 Feb (43 hari)

Wisa kentir ing maruta ("Racun hanyut bersama angin"; banyak penyakit) Banyak hujan, banyak sungai yang banjir; Saat memindahkan bibit padi ke sawah.

8.     Kawolu (Wisaka) Rendheng - Pangarep-arep 4 Feb – 28/29 Feb (26/27 hari)

Anjrah jroning kayun ("Keluarnya isi hati"; musim kucing kawin) Musim kucing kawin; padi menghijau; uret mulai bermunculan di permukaan.

9.     Kasanga (Jita) Rendheng - Pangarep-arep 1 Mar – 25 Mar (25 hari)

Wedharing wacana mulya ("Munculnya suara-suara mulia"; Beberapa hewan mulai bersuara untuk memikat lawan jenis) Padi berbunga; jangkrik mulai muncul; tonggeret dan gangsir mulai bersuara, banjir sisa masih mungkin muncul, bunga glagah berguguran.

10.  Kasepuluh (Srawana) Mareng - Pangarep-arep 26 Mar – 18 Apr (24 hari)

Gedhong mineb jroning kalbu ("Gedung terperangkap dalam kalbu"; Masanya banyak hewan bunting) Padi mulai menguning, banyak hewan bunting, burung-burung kecil mulai menetas telurnya.

11.  Desta (Padrawana) Mareng - Panen 19 Apr – 11 Mei (23 hari)

Sesotya sinarawedi ("Intan yang bersinar mulia") Burung-burung memberi makan anaknya, buah kapuk randu merekah; Saat panen raya genjah (panen untuk tanaman berumur pendek).

12.  Sada (Asuji) Mareng - Terang 12 Mei – 21 Juni (41 hari)

Tirta sah saking sasana ("Air meninggalkan rumahnya"; jarang berkeringat karena udara dingin dan kering) Suhu menurun dan terasa dingin (bediding); Saatnya menanam palawija : kedelai, nila, kapas, dan saatnya menggarap tegalan untuk menanam jagung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya