Pertanyaan Sahabat Ini Bikin Rasulullah Marah dan Tersinggung, Kata Gus Baha

Ulama kondang asal Rembang yang diakui kealimannya dalam bidang Tafsir Al-Qur’an ini mengatakan bahwa mendengar pertanyaan sahabatnya ini, Rasulullah SAW pernah sangat marah dan tersinggung.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Apr 2024, 13:24 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2024, 04:30 WIB
Gus Baha (Tangkap Layar Youtube Kumparan Dakwah)
Gus Baha (Tangkap Layar Youtube Kumparan Dakwah)

Liputan6.com, Cilacap - Nabi Muhammad SAW diriwayatkan rutin menggelar halaqah alias forum diskusi dan pengajian bersama para sahabatnya. Dalam forum ini, nabi menyampaikan ilmu-ilmu baru dan para sahabat Nabi bebas bertanya.

Namun, Nabi ternyata pernah dibuat marah oleh pertanyaan sahabatnya. Ulama kondang asal Rembang yang diakui kealimannya dalam bidang Tafsir Al-Qur’an KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, mengatakan bahwa mendengar pertanyaan sahabatnya ini, Rasulullah SAW pernah sangat marah dan tersinggung.

Awalnya, para sahabat menanggapi statemen atau perkataan Rasulullah SAW yang menurut Gus Baha boleh dibilang kontroversial.

“Nabi punya statemen, yang kalau boleh kita bahasakan sekarang ini mohon maaf kontroversi,” kata Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @MasadeYoutuber, Sabtu (13/04/2024).

Perkataan yang dianggap kontroversial atau janggal oleh sahabat Rasulullah SAW ialah perihal keharusan mencari ilmu sebelum ilmu itu dihilangkan oleh Allah SWT.

“Kamu harus mencari ilmu sebelum ilmu itu dihilangkan sama Allah. Kan janggal sahabat, hilang gimana ada Quran yang sudah terdokumen dan Quran itu kita ajarkan ke anak kita, istri kita kok kata nabi ilmu itu jadi hilang,” terang santri Mbah Moen ini.

Simak Video Pilihan Ini:

Pertanyaan Sahabat yang Membuat Rasulullah Sangat Marah

Gus Baha (SS: YT Progesif TV)
Gus Baha (SS: YT Progesif TV)

Menanggapi statemen Rasulullah tersebut, maka para sahabat yang merasa janggal menanyakan perihal hilangnya ilmu yang menurutnya hal ini tidak mungkin. Pasalnya mustahil ilmu akan hilang karena telah ada Al-Qur’an yang tertulis dan diajarkan kepada anak-anak, istri dan keturunannya.

“Nabi, yang benar saja, masa ilmu bisa hilang, wong masih ada Quran dan Quran itu kita ajarkan anak-anak kita, istri kita, anak turun kita kok bisa hilang?” tanya sahabat sebagaimana dituturkan oleh Gus Baha.

Menanggapi pertanyaan sahabatnya itu, maka Nabi SAW sangat marah. Hal tersebut terlihat jelas dari wajahnya yang seketika memerah.

“Tapi ternyata Nabi langsung tersinggung, marah itu disebutkan hingga wajah Nabi memerah,” kata Gus Baha.

Kemarahan Nabi akan pertanyaan seperti itu sangat beralasan. Pasalnya sudah ada contoh umat terdahulu yang memiliki kitab suci dan terdokumentasikan, namun rupanya isi kitab suci tersebut tidak tercermin dalam perilaku keseharian para penganutnya.

“Nabi marah besar, ada pertanyaan ini, lalu Nabi bersabda, Yahudi dan Nasrani itu punya kitab suci, tapi tidak menjadi perilaku sosial. Oleh karena itu Al-Qur’an itu jangan sampai keadaannya seperti itu,” terang Gus Baha

“Maksudnya apa artinya punya Al-Qur’an, tapi tiap kamu berteman dengan orang, kecewa ngamuk, kecewa mbacok, itu kan berarti ada Al-Qur’annya tetap kita baca, tapi tidak menjadi perilaku sosial,” tandasnya.

 

Pentingnya Mencari Ilmu

Rasulullah SAW Ilustrasi
Rasulullah SAW Ilustrasi

Menukil NU Online, dalam agama Islam mencari atau menuntut ilmu hukumnya wajib, tanpa terkecuali baik kecil maupun besar, muda maupun tua, kaya maupun miskin. Wahyu pertama yang diturunkan merupakan perintah membaca (iqra) yang berarti bacalah!. Membaca merupakan jembatan pertama untuk mendapatkan ilmu, baik sedikit apalagi banyak. Sebagian besar ulama menafsirkannya kalimat iqra’ sebagai tuntutan atau seruan kepada kita dalam menuntut ilmu.

Ilmu merupakan warisan para nabi yang tentunya sangat penting untuk digali dan dikembangkan dalam rangkat kemanfaat diri dan umat sehingga lebih maju dan lebih dekat denga Sang Pencipta Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Ilmu tidak akan membuat lelah pemiliknya, selalu menjaganya, karena tempat ilmu adalah di dalam hati, sehingga hal itu tidak membutuhkan lemari khusus ataupun kunci spesial untuk menjaganya. 

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya