Kritik Pedas Gus Baha soal Pejabat yang Naik Pangkat Baru Syukuran

Gus Baha mengisahkan pandangannya mengenai syukuran dalam sebuah ceramah yang mengupas makna ketulusan dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2024, 08:30 WIB
Gus Baha 1
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan pangkat dan jabatan biasanya diikuti dengan syukuran dan perayaan. Namun, Gus Baha, seorang ulama dan pendakwah terkemuka, memberikan pandangan yang berbeda tentang tradisi tersebut.

Dalam pengajiannya yang salah satunya tayang di kanal YouTube @vranara, Gus Baha menjelaskan pentingnya kesyukuran yang lebih mendalam dan berkelanjutan, bukan hanya terkait dengan pencapaian material.

Gus Baha mengisahkan pandangannya mengenai syukuran dalam sebuah ceramah yang mengupas makna ketulusan dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari.

"Kenapa kamu menyembah saya? Karena saya ingin masuk surga, Ya Allah," kata Gus Baha mengutip percakapan hipotetis antara seorang hamba dan Allah.

"Kalau begitu, kalau saya tidak menciptakan surga atau neraka, kamu tidak menyembah saya ya?" lanjutnya, menekankan bahwa ibadah seharusnya dilakukan dengan tulus, tanpa pamrih atau harapan imbalan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Begini Kritik Gus Baha

Ilustrasi bersyukur, Islami
Ilustrasi bersyukur, Islami. (Photo by Junior REIS on Unsplash)

Lebih lanjut, Gus Baha menyoroti kebiasaan masyarakat yang sering kali bersyukur hanya ketika mendapatkan sesuatu yang bersifat material, seperti pekerjaan atau uang.

"Saya itu tidak pernah bilang ke anak saya, 'Kamu harus syukur karena bapak dapat pekerjaan' atau 'Kamu harus syukur bapak punya uang'," jelasnya.

Ia mengingatkan bahwa syukur seharusnya tidak bergantung pada kondisi material yang mungkin berubah-ubah.

Gus Baha juga menyarankan agar pejabat yang naik pangkat tidak perlu mengadakan syukuran besar-besaran.

"Naik pangkat atau jadi bos BUMN syukuran. Kalau sudah pensiun, syukurnya hilang. Ini karena syukur yang mereka rasakan selama ini terlalu terikat pada jabatan atau status," tambahnya.

Menurut Gus Baha, syukur yang sejati adalah syukur yang konstan, tidak tergantung pada kondisi eksternal yang berubah-ubah.

Dalam ceramahnya, Gus Baha menekankan pentingnya melatih diri untuk bersyukur dan beribadah dengan ikhlas.


Kenapa Berbicara Allah Harus Minta Surga?

Ilustrasi bersyukur, Islami
Ilustrasi bersyukur, Islami. (Photo by ekrem osmanoglu on Unsplash)

"Kita harus bisa mengatakan putih itu putih dengan ikhlas, tanpa tekanan dan tanpa imbalan," ujarnya.

"Kenapa pas mengatakan Allah Tuhan, harus minta surga? Padahal Allah itu tetap Tuhan meskipun tidak menciptakan surga dan neraka."

Gus Baha juga mengingatkan pentingnya ketulusan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam menerima dan menjalani jabatan atau status.

"Kalau kita bisa melatih diri untuk ikhlas dalam segala hal, kita tidak akan tergantung pada pujian atau penghargaan dari orang lain," katanya.

Menurutnya, kebesaran nama atau status seharusnya tidak menjadi tujuan utama seseorang dalam menjalani kehidupan.

Dalam kesempatan tersebut, Gus Baha juga berbagi pengalaman pribadinya.

"Saya sampai sekarang ya tidak menikmati kebesaran nama saya atau apa," ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa dirinya selalu berusaha untuk melatih ketulusan dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambil.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya