Masjid Sepi Apakah Buruk dan Tak Diridhai Allah? Penjelasan Gus Baha Mengejutkan

Menurut Gus Baha, masjid yang ramai tentu baik. Banyaknya jemaah menunjukkan semangat umat Islam dalam beribadah. Namun, ia mengingatkan bahwa masjid yang sepi juga bisa memiliki nilai tersendiri

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jan 2025, 14:30 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2025, 14:30 WIB
Gus Baha (TikTok)
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Masjid kerap dianggap sebagai tolok ukur keberhasilan dakwah di suatu tempat. Semakin ramai masjid, semakin besar pula nilai positif yang diasosiasikan. Namun, apakah masjid yang sepi lantas dianggap buruk? Gus Baha punya pandangan yang berbeda mengenai hal ini.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA Rembang, Jawa Tengah, memberikan penjelasan menarik. Menurutnya, masjid sepi tidak selalu buruk di mata Allah SWT.

Menurut Gus Baha, masjid yang ramai tentu baik. Banyaknya jemaah menunjukkan semangat umat Islam dalam beribadah. Namun, ia mengingatkan bahwa masjid yang sepi juga bisa memiliki nilai tersendiri.

"Kadang-kadang ada masjid yang terlihat sepi, jemaahnya sedikit, tapi diridhai Allah," kata Gus Baha dalam sebuah ceramah yang dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @takmiralmukmin.

Alasan diridhai Allah bisa saja karena tidak menjadi problem sosial bagi komunitas di sekitarnya.

Ia memberikan contoh bagaimana Nabi Muhammad SAW mengajarkan keseimbangan dalam beribadah. Nabi tidak hanya menekankan pentingnya sholat berjamaah di masjid, tetapi juga memberikan ruang untuk sholat di rumah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jangan Jadikan Rumahmu seperti Kuburan

Ilustrasi sholat di rumah
Ilustrasi sholat di rumah. Photo by Michael Burrows:... Selengkapnya

Gus Baha mengutip hadis Nabi yang mengatakan, “Jangan jadikan rumah seperti kuburan.” Maksudnya, rumah juga harus menjadi tempat ibadah, sehingga tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal semata.

Menurutnya, masjid yang terlalu mendominasi waktu seseorang hingga melupakan tanggung jawab keluarga bisa menjadi masalah. Ia mengingatkan pentingnya menjaga harmoni antara kehidupan beribadah dan kehidupan sosial.

“Bayangkan jika seseorang pulang dari masjid, lalu langsung bertanya, ‘Makanan ada atau tidak?’ dan marah kalau belum tersedia. Anak-anak akan mengenang ayahnya sebagai orang yang marah-marah setelah sholat,” jelas Gus Baha.

Sebaliknya, jika seseorang pulang dari masjid dengan membawa ketenangan, sujud di rumah, dan melibatkan keluarga dalam ibadah, maka rumah akan menjadi tempat penuh keberkahan. Anak-anak pun akan memiliki kenangan positif tentang orang tua mereka.

Ia menekankan pentingnya menciptakan keseimbangan antara masjid dan rumah. Masjid tetap menjadi pusat ibadah berjemaah, terutama untuk sholat fardhu. Namun, sholat sunnah sebaiknya dilakukan di rumah agar rumah tidak seperti kuburan.

Gus Baha juga menyebut bahwa Nabi menginginkan rumah menjadi tempat ibadah yang hidup. Dengan begitu, anak-anak akan tumbuh melihat orang tua mereka beribadah di rumah.

Sholat Sunnahnya di Rumah

Ilustrasi masjid, Islam
Ilustrasi masjid, Islam. (Foto oleh David McEachan: https://www.pexels.com/id-id/foto/siluet-masjid-di-bawah-langit-berawan-pada-siang-hari-87500/)... Selengkapnya

“Ulama sepakat, sholat berjemaah di masjid untuk sholat fardhu adalah yang terbaik. Tapi untuk sholat sunnah, beberapa ulama malah menganjurkan agar dilakukan di rumah,” tambahnya.

Penjelasan ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana memaknai fungsi masjid dan rumah. Masjid tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga harus mendukung keharmonisan sosial.

Menurut Gus Baha, lembaga agama tidak boleh mengganggu sistem sosial di sekitarnya. Ia mencontohkan masjid yang terlalu sibuk dengan kegiatan hingga melupakan konteks sosial dapat menimbulkan ketidakharmonisan.

Masjid seharusnya menjadi tempat yang mendamaikan, baik bagi individu maupun komunitas. Kehadiran masjid yang sepi sekalipun bisa menjadi berkah jika tidak menimbulkan masalah sosial.

Pandangan ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan sebuah masjid tidak hanya diukur dari jumlah jemaahnya, tetapi juga dari dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.

Gus Baha menegaskan bahwa nilai-nilai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW tetap relevan hingga saat ini. Ia mengajak umat Islam untuk mempraktikkan ajaran tersebut dengan penuh kesadaran.

Ceramah ini memberikan wawasan baru bagi umat Islam tentang bagaimana memaknai masjid dan rumah dalam kehidupan sehari-hari. Masjid yang ramai adalah berkah, namun masjid yang sepi juga bisa memiliki nilai tersendiri di mata Allah.

Dengan penjelasan yang mendalam namun mudah dipahami, Gus Baha berhasil menggugah pemahaman banyak orang. Ia mengingatkan bahwa ibadah adalah tentang keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia.

Pemahaman ini mengajarkan kita untuk tidak buru-buru menilai sesuatu hanya dari apa yang terlihat. Masjid sepi bukan berarti buruk, justru bisa jadi diridhai Allah karena perannya yang harmonis dalam masyarakat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya