Gus Baha Menyebutkan, Nabi Saja Tetap Kena Aturan Tata Krama

Pesan Gus Baha ini menjadi pengingat bahwa tata krama bukan hanya soal sopan santun, tetapi juga bagian dari iman dan akhlak mulia yang harus dijaga dalam setiap aspek kehidupan.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jan 2025, 12:30 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2025, 12:30 WIB
Gus Baha (TikTok)
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sosial, tata krama menjadi aturan yang tidak bisa diabaikan, bahkan oleh sosok yang memiliki kedudukan tinggi. Gus Baha, ulama asal Rembang yang dikenal luas dengan pemikiran mendalamnya, mengungkapkan bahwa tata krama sosial berlaku untuk semua, termasuk nabi sekalipun.

Dalam salah satu ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bagaimana nabi, meski memiliki mukjizat, tetap terikat pada aturan tata krama sosial. “Jadi di bab-bab sosial itu, Allah SWT membiarkan hukum sosial berjalan sebagaimana mestinya,” ujar Gus Baha, membuka pembahasannya.

Penjelasan Gus Baha ini dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @RTXMULTYMEDYA. Dalam ceramah tersebut, ia memberikan contoh nyata bagaimana nabi tetap harus menunjukkan kesantunan dalam setiap interaksi sosial.

“Misalnya, nabi bertemu dengan anak kecil harus sayang, bertemu orang tua harus menghormati. Andaikan nabi bisa terbang ke langit sekalipun mi'raj, tapi ketemu anak kecil nampar atau ketemu orang tua marah-marah, pasti tidak diterima,” jelasnya.

Menurut Gus Baha, tata krama sosial adalah nilai universal yang harus dipegang teguh oleh siapa pun. Bahkan, seorang nabi yang di-backup oleh kekuatan langit dan bumi pun tidak boleh melanggarnya.

Ia melanjutkan dengan analogi sederhana tentang bagaimana pelanggaran tata krama dapat menghancurkan reputasi seseorang, tidak peduli seberapa tinggi kedudukan yang dimilikinya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kutipan Ibnu Khaldun

Ilustrasi tata krama, sopan, cium tangan
Ilustrasi tata krama, sopan, cium tangan. (Image by rawpixel.com on Freepik)... Selengkapnya

“Begitu juga saya, orang-orang memanggil saya Gus. Tapi kalau ketemu orang saya marah-marah atau meludahi, habis saya,” katanya dengan nada tegas namun tetap santai.

Gus Baha memberikan contoh tentang dirinya sendiri. “Misalnya, mohon maaf, saya meludahi Pak Rektor. Wah, langsung dipecat saya,” tambahnya, disambut tawa ringan dari para pendengar yang hadir.

Ceramah ini menunjukkan bagaimana Gus Baha mampu menyampaikan pesan penting dengan gaya yang ringan namun penuh makna. Ia mengingatkan bahwa kedudukan seseorang, baik sebagai pemimpin, ulama, atau figur yang dihormati, tetap membutuhkan tata krama dalam interaksi sosial.

Gus Baha juga mengutip pendapat dari seorang pemikir besar, Ibnu Khaldun, yang menegaskan bahwa hukum sosial adalah sesuatu yang tidak dapat diabaikan oleh siapa pun. “Ibnu Khaldun mengatakan bahwa hukum sosial itu tetap berlaku, meskipun untuk nabi sekalipun,” ujarnya.

Menurutnya, tata krama adalah bagian dari adab yang tidak hanya mencerminkan kepribadian seseorang, tetapi juga menjadi dasar penerimaan masyarakat terhadap dirinya.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, Gus Baha menjelaskan bahwa tata krama adalah bentuk penghormatan terhadap orang lain. Ketika seseorang melanggarnya, meskipun memiliki kedudukan tinggi, ia tetap akan kehilangan rasa hormat dari masyarakat.

Ia menambahkan bahwa tata krama tidak hanya berlaku dalam hubungan antarmanusia, tetapi juga dalam cara seseorang berhubungan dengan Allah. “Kalau sholat tidak dilakukan dengan adab, ya seperti tidak ada nilainya. Begitu juga dengan urusan sosial, tanpa tata krama, semuanya sia-sia,” ungkapnya.

Adab dan Tata Krama, Bagian dari Akhlak Mulia

Tata krama yang baik
Memiliki sifat dan budi pekerti yang baik. (Foto: Freepik/EyeEm)... Selengkapnya

Gus Baha menekankan bahwa adab dan tata krama adalah bagian dari akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam. “Agama ini sangat menekankan adab. Kalau tidak punya adab, apa pun yang kita lakukan jadi tidak ada artinya,” tuturnya.

Ia juga mengingatkan bahwa tata krama adalah cerminan iman seseorang. Ketika seseorang menunjukkan kesantunan, itu berarti ia telah memahami esensi dari ajaran Islam yang mengedepankan kasih sayang dan penghormatan.

Ceramah ini menjadi pengingat bagi setiap orang, terutama mereka yang memiliki kedudukan tinggi, untuk selalu menjaga tata krama dalam setiap tindakan. Gus Baha mengingatkan bahwa tata krama adalah kunci untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pesan ini relevan dalam berbagai situasi, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja. Gus Baha menegaskan bahwa tata krama adalah fondasi yang harus dibangun untuk menciptakan hubungan yang baik antarindividu.

Sebagai penutup, Gus Baha mengajak umat Islam untuk tidak hanya memperhatikan ibadah secara vertikal kepada Allah, tetapi juga memperhatikan hubungan horizontal dengan sesama manusia.

“Kalau ingin dihormati, ya hormati orang lain dulu. Kalau ingin dihargai, ya hargai orang lain. Semua itu dimulai dari tata krama,” pungkasnya.

Ceramah ini menunjukkan bagaimana Islam tidak hanya mengajarkan tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga memberikan pedoman untuk membangun hubungan yang harmonis dengan sesama manusia.

Pesan Gus Baha ini menjadi pengingat bahwa tata krama bukan hanya soal sopan santun, tetapi juga bagian dari iman dan akhlak mulia yang harus dijaga dalam setiap aspek kehidupan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya