Liputan6.com, Jakarta - Kesombongan dalam beragama adalah perkara yang sangat berbahaya. Menurut Buya Yahya, salah satu tanda cahaya iman di dalam hati adalah ketika seseorang melihat orang lain bermaksiat, bukan merasa lebih baik, tetapi justru ikut menangis dan mendoakan agar mendapatkan hidayah.
Iman yang benar seharusnya membawa seseorang menjadi lebih lembut dan penuh kasih sayang kepada sesama.
"Jika kita melihat orang lain bermaksiat, janganlah merasa lebih baik. Justru, tangislah untuk mereka, dan doakan agar Allah memberikan hidayah kepada mereka," ujarnya dalam ceramahnya yang diunggah di kanal YouTube @buyayahyaofficial.
Advertisement
Dalam ceramahnya, Buya menyoroti bahaya kesombongan dalam beribadah yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang.
"Kesombongan dalam beragama bisa muncul tanpa kita sadari, bahkan dalam ibadah sekalipun. Kita harus hati-hati agar tidak terjebak dalam perasaan lebih baik dari orang lain hanya karena merasa lebih banyak beribadah," tegas Buya Yahya.
Kesombongan tidak hanya muncul dalam urusan dunia seperti harta dan kekuasaan, tetapi juga dalam ibadah. Seseorang bisa terjebak dalam perasaan lebih baik dari orang lain hanya karena merasa lebih banyak beribadah.
"Perasaan lebih baik ini sangat berbahaya, karena bisa menjauhkan kita dari Allah dan menyebabkan kita meremehkan orang lain," ungkap Buya Yahya.
Contoh paling nyata dari kesombongan dalam beragama adalah kisah iblis yang enggan sujud kepada Nabi Adam. Iblis merasa lebih baik karena telah beribadah ribuan tahun, sementara Adam baru saja diciptakan.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Bahayanya Sombong Beragama
Ketika diperintahkan untuk sujud penghormatan kepada Adam, iblis menolak dengan angkuh. Ia merasa dirinya lebih unggul karena diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah.
"Sikap iblis ini menggambarkan betapa bahayanya perasaan lebih baik dalam agama. Kita harus ingat, ibadah sejati adalah yang mendekatkan kita kepada Allah, bukan membuat kita merasa lebih tinggi dari orang lain," jelas Buya Yahya.
Sikap iblis ini mencerminkan betapa bahayanya perasaan lebih baik dalam hal agama. Padahal, ibadah sejati seharusnya mendekatkan seseorang kepada Allah, bukan membuatnya merasa lebih tinggi dari orang lain. "Jika kita merasa lebih tinggi dari orang lain, itu adalah kesombongan yang harus kita hindari," ujar Buya Yahya.
Kesombongan dalam beragama bisa muncul dalam berbagai bentuk. Ada yang merasa lebih suci karena lebih rajin beribadah, lebih banyak hafalan Al-Qur’an, atau lebih mendalami ilmu agama dibandingkan orang lain.
"Kesombongan bisa muncul dalam berbagai bentuk, dan kita harus selalu menjaga hati agar tidak terjerumus dalam perasaan seperti itu," tambah Buya Yahya.
Perasaan seperti ini berbahaya karena dapat menimbulkan sikap merendahkan orang lain. Seseorang bisa saja menjadi mudah menghakimi dan merasa lebih pantas mendapat surga dibandingkan orang lain. "Kesombongan ini bisa membuat kita menghakimi orang lain dengan mudah dan merasa lebih pantas mendapatkan surga. Padahal, hanya Allah yang tahu siapa yang pantas," kata Buya Yahya.
Buya Yahya mengingatkan bahwa semakin seseorang mendekat kepada Allah, seharusnya semakin lembut pula sikapnya kepada sesama manusia. "Iman yang benar akan membuat kita semakin lembut kepada sesama, bukan malah merasa lebih tinggi dari mereka," ungkap Buya Yahya.
Jika seseorang merasa lebih hebat dan mulai meremehkan orang lain, itu tanda ada kesombongan dalam hati. Padahal, ilmu dan ibadah yang benar seharusnya menjadikan seseorang lebih rendah hati. "Semakin kita mendekat kepada Allah, semakin kita harus merendahkan diri kepada sesama. Tidak ada tempat untuk kesombongan dalam hati seorang mukmin," jelas Buya Yahya.
Advertisement
Sombong dalam Beragama Bisa Ditemukan dalam Keseharian
Contoh dari kesombongan beragama dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Ada yang menganggap dirinya lebih baik hanya karena lebih sering ke masjid, sementara yang lain dianggap kurang taat.
"Jangan merasa lebih baik hanya karena kita lebih sering ke masjid atau lebih banyak beribadah. Jangan meremehkan orang lain yang mungkin memiliki cara lain dalam mendekatkan diri kepada Allah," ujar Buya Yahya.
Ada pula yang merasa lebih paham agama, lalu mulai meremehkan pendapat orang lain. Sikap seperti ini justru bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan kelembutan dan kasih sayang. "Keilmuan yang sejati justru membuat kita lebih rendah hati, bukan lebih sombong dan meremehkan orang lain," tegas Buya Yahya.
Islam mengajarkan untuk selalu menjaga hati dari sifat congkak. Bahkan, Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar biji sawi. "Kesombongan dalam hati adalah penghalang terbesar untuk masuk surga. Seperti yang Rasulullah SAW sabdakan, tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya ada kesombongan, meski hanya sebesar biji sawi," ujar Buya Yahya, mengutip sabda Rasulullah.
Kesombongan dalam beragama juga bisa menjadi penghalang bagi seseorang untuk menerima kebenaran. Orang yang merasa dirinya paling benar akan sulit menerima nasihat atau ilmu baru dari orang lain. "Kesombongan bisa membuat kita buta terhadap kebenaran. Jika kita merasa sudah paling benar, maka kita akan sulit menerima nasihat dan ilmu baru dari orang lain," jelas Buya Yahya.
Seseorang yang benar-benar memiliki iman akan selalu berusaha merendahkan hati dan menyadari bahwa segala kebaikan yang dimilikinya adalah anugerah dari Allah, bukan karena kehebatan diri sendiri. "Orang yang benar-benar beriman selalu merasa rendah hati, karena dia menyadari bahwa segala kebaikan yang dimilikinya adalah karunia dari Allah, bukan hasil usahanya sendiri," kata Buya Yahya.
Buya Yahya menekankan bahwa ibadah yang benar seharusnya membentuk akhlak yang baik. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, seharusnya semakin besar pula kasih sayangnya kepada sesama. "Keimanan yang tinggi akan menciptakan akhlak yang baik dan kasih sayang kepada sesama. Ibadah yang benar seharusnya membawa perubahan positif dalam diri kita," ujar Buya Yahya.
Jika seseorang semakin banyak ibadah tetapi justru semakin jauh dari kelembutan, itu tanda ada sesuatu yang salah dalam pemahaman agamanya. "Jika kita semakin banyak beribadah, tetapi hati kita semakin keras dan jauh dari kelembutan, itu tanda ada yang salah dalam pemahaman agama kita," jelas Buya Yahya.
Kesombongan dalam beragama harus segera dihilangkan karena bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kehancuran, sebagaimana yang terjadi pada iblis. "Kesombongan itu bisa menghancurkan kita, seperti yang terjadi pada iblis yang merasa lebih baik dari Nabi Adam," tegas Buya Yahya.
Setiap Muslim perlu terus memperbaiki diri, bukan hanya dalam ibadah lahiriah, tetapi juga dalam sikap dan akhlak kepada sesama. Hanya dengan hati yang bersih dan rendah hati, seseorang bisa meraih ridha Allah SWT.
"Perbaiki diri kita, tidak hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam akhlak dan sikap kita kepada sesama. Hanya dengan hati yang rendah hati, kita bisa meraih ridha Allah," pungkas Buya Yahya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
