Jika Tahu Anak Pacaran Jangan Langsung Marah Kata Gus Baha, Baiknya Begini

Menurut Gus Baha, agama tidak serta-merta melarang sesuatu tanpa adanya proses edukasi. Seorang ulama atau orang tua yang baik tidak boleh hanya berpatokan pada dalil tertentu tanpa memahami konteksnya.

oleh Liputan6.com Diperbarui 18 Mar 2025, 12:30 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2025, 12:30 WIB
Gus Baha (TikTok)
Gus Baha (TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua sering dihadapkan pada kenyataan bahwa anak-anak mereka melakukan hal-hal yang di luar harapan. Salah satunya adalah ketika mengetahui anak pacaran. Banyak orangtua yang langsung marah dan mengambil tindakan tegas tanpa mempertimbangkan cara yang lebih bijak.

Ulama alim alamah asal Rembang KH AHmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha dalam salah satu pengajiannya menekankan pentingnya berpikir jernih dalam menghadapi situasi seperti ini. Menurutnya, langkah pertama yang harus dilakukan bukanlah marah atau menghukum, melainkan memberikan nasihat dengan cara yang baik.

Dalam perspektif agama, segala sesuatu perlu diproses dengan bertahap. Tidak mungkin seseorang langsung mencapai kebaikan tanpa melalui tahapan tertentu. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar dalam ilmu ushul fiqih yang disebut at-tabādur ʿalāmatul ḥaqīqah, yakni bahwa sesuatu yang pertama kali terlintas dalam pikiran biasanya adalah kebenaran.

Gus Baha menjelaskan bahwa jika seorang anak diketahui pacaran, orang tua sebaiknya tidak langsung menghakimi atau mengusir. Ada pendekatan yang lebih efektif, yaitu dengan membangun komunikasi dan memberikan pemahaman secara perlahan.

"Misalnya anakmu pacaran, pikiran pertama itu harusnya ngajak ngomong baik-baik dulu. Sama seperti orang yang mau beli mobil, pikirannya pertama-tama pasti nabung dulu, bukan langsung beli," kata Gus Baha, dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @MuhammadNurBinYusuf.

Menurut Gus Baha, agama tidak serta-merta melarang sesuatu tanpa adanya proses edukasi. Seorang ulama atau orang tua yang baik tidak boleh hanya berpatokan pada dalil tertentu tanpa memahami konteksnya.

Dalam masyarakat, sering kali ada dua pendekatan ekstrem. Ada yang keras dan langsung menghakimi, serta ada yang lunak dan mencari-cari alasan pembenaran. Keduanya kurang tepat jika tidak diiringi dengan pemahaman yang mendalam.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Menghukum dengan Keras Justru Memperburuk Keadaan

kata kata ucapan buka puasa buat pacar
ilustrasi hubungan antar sesama ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

"Ciri utama kebenaran itu ada di awal, yang dalam ushul fiqih disebut sebagai al-badīhiyah. Makanya, kalau ada anak nakal atau pacaran, pertama kali harus dikasih nasihat dulu, bukan malah diusir atau dimarahi," jelas Gus Baha.

Ia menekankan bahwa dalam setiap urusan, selalu ada tahapan yang harus ditempuh. Jika sesuatu dilakukan secara bertahap, maka hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan tindakan yang serba spontan dan emosional.

Contoh lain yang diberikan adalah dalam kebijakan sosial. Ketika pemerintah atau tokoh agama ingin mengubah sesuatu, hal pertama yang mereka lakukan adalah melakukan sosialisasi, bukan langsung menerapkan kebijakan tanpa persiapan.

Demikian pula dalam mendidik anak. Jika orang tua langsung mengambil tindakan ekstrem, seperti mengusir atau menghukum dengan keras, hal itu justru bisa memperburuk keadaan.

"Ada anak yang kalau dinasihati malah tambah parah, ada juga yang justru sadar. Jadi, orang tua harus bisa melihat mana yang lebih tepat," tutur Gus Baha.

Menurutnya, para ulama terdahulu sangat adil dalam menyikapi persoalan seperti ini. Mereka tidak gegabah dalam mengambil keputusan, melainkan selalu mempertimbangkan situasi dan kondisi.

Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang bisa langsung menerima nasihat, ada yang butuh pendekatan khusus, dan ada pula yang baru sadar setelah mengalami kejadian tertentu.

 

Pendekatannya Seperti Ini

kata kata terima kasih untuk pacar
ilustrasi muda-mudi ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Maka, dalam menghadapi anak yang pacaran atau melakukan sesuatu yang dianggap kurang baik, pendekatan yang bijak adalah dengan memberikan pemahaman secara perlahan.

Orang tua juga harus menyadari bahwa dalam agama, tidak semua hukum bersifat mutlak tanpa adanya proses bertahap. Jika sesuatu dilakukan dengan terburu-buru, bisa jadi hasilnya tidak sesuai harapan.

"Kalau dalil hanya dicari untuk membenarkan sikap tertentu, itu justru kurang baik. Kebenaran itu seharusnya muncul secara alami dari pemahaman yang benar," tambah Gus Baha.

Dalam banyak kasus, anak-anak yang pacaran bukan semata-mata karena niat buruk, tetapi lebih kepada kurangnya bimbingan dan perhatian dari orang tua.

Sebagai penutup, Gus Baha mengajak para orang tua untuk lebih memahami anak-anak mereka dan memberikan nasihat dengan cara yang lebih efektif. "Jangan langsung mengusir atau marah. Ingat, kebenaran itu butuh proses, dan pendekatan yang baik lebih utama daripada hukuman yang keras," pungkasnya.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya