2,8 Juta Orang Indonesia Rayakan Belanja Anti-Manja di IKEA

Konsep Do It Yourself (DIY) yang diusung toko perabot rumah tangga asal Swedia IKEA ternyata disukai orang Indonesia. Seperti apa?

oleh Unoviana Kartika Setia diperbarui 15 Okt 2015, 09:16 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2015, 09:16 WIB
IKEA - Jakarta Kids Fair 1015 1
Dok: IKEA Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Konsep swalayan memang sudah lama ada di Indonesia. Namun, bagaimana bila konsumen harus memilih, mengambil, dan merakit sendiri di rumah barang-barang yang merupakan perabotan rumah tangga?

Do it yourself (DIY) merupakan konsep yang diusung toko perabot rumah tangga asal Swedia, IKEA. Konsumen harus melakukan hampir semua proses belanja sendiri dari mulai memilih, mencatat, mengambil, dan merakit barang.

General Manajer IKEA Indonesia Mark Magee mengatakan, pada awalnya terdapat kekhawatiran apakah konsumen dapat menerima konsep tersebut atau tidak. Namun, konsumen ternyata terbuka dan dapat menerima konsep tersebut. Pada satu tahun keberadaannya di Indonesia, IKEA telah disambangi 2,8 pengunjung.

"Konsumen di Indonesia terbiasa dilayani, sehingga awalnya kami khawatir apakah konsep DIY bisa diterima. Nyatanya toko kami selalu dibanjiri pengunjung dan mereka tidak keberatan dengan konsep ini," ujarnya di toko IKEA Alam Sutera, Tangerang Selatan, Kamis (15/10/2015).

Inspirasi menata dapur ala IKEA

Diakui Markerting Manajer IKEA Indonesia Eliza Fazia, saat pembukaannya 15 Oktober 2014 lalu, toko IKEA dikunjungi ribuan orang hingga antreannya mencapai beberapa kilometer sebelum toko. Ini artinya masyarakat tetap tertarik dengan konsep mandiri tersebut. Hal itu juga menjadi keunikan tersendiri bagi IKEA.

Dengan dikunjungi 2,8 juta orang dalam setahun, IKEA juga mampu menjual 12 juta artikel. Meskipun setiap minggu, barang yang paling laris sangatlah beragam, dari mulai sofa, kursi, lampu, dan lain-lain.

Tak memanjakan konsumen juga ditunjukkan IKEA dengan tidak memberikan kantong plastik kresek kepada konsumennya untuk membawa barang-barang belanjaan. Konsumen dipaksa untuk membawa kantong plastik atau tas sendiri. Kalaupun perlu membawa dengan kantong, maka IKEA menawarkan tas dari bahan karung yang harus dibeli.

Namun, sebagai konsekunsinya IKEA tetap menawarkan desain dan kualitas yang baik. Lima poin yang selalu menjadi prioritas IKEA adalah form yakni bentuk atau desain yang baik, function yakni barang bisa berfungsi dengan baik, quality yakni mengedepankan bahan-bahan terbaik, sustainability yakni kemampuan barang untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan, dan low price yakni harga ditekan seminimal mungkin. (Uno/Nad)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya