Pakar Arsitektur dan Desain Berkumpul di Design Convention 2017

Design Convention merupakan bagian dari rangkaian acara pameran ICAD 2017 yang digelar di Grandkemang Hotel, 4 Oktober - 15 November.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 03 Nov 2017, 11:05 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2017, 11:05 WIB
Design Convention
Design Convention merupakan bagian dari rangkaian acara pameran ICAD 2017 yang digelar di Grandkemang Hotel, 4 Oktober - 15 November. Foto: Ahmad Ibo/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Seiring perkembangan zaman, dunia desain dan arsitektur makin diminati banyak orang. Dunia desain dan arsitektur sangat sejalan dengan fokus pemerintahan Presiden Jokowi yang ingin mengembangan ekonomi kreatif Indonesia. Dari angkatan kerja yang ada saat ini, di Indonesia ada sekitar 16,9 juta orang yang bekerja dalam lingkup ekonomi kreatif.

Hal tersebut setidaknya  diungkapkan Wawan, perwakilan dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dalam acara Design Convention, yang digelar dalam rangkaian pameran ICAD ke-8 di Grandkemang Hotel, Jakarta, Kamis (2/11/2017).

“Ada tiga fokus kami dalam pengembangan industri kreatif di bidang desain arsitektur, yaitu desain interior, produk, dan desain komunikasi visual. Di akhir pemerintahan Presiden Jokowi, orang yang bekerja di industri kreatif di Indonesia akan bertambah menjadi 17 juta orang,” ungkap Wawan.

Dalam sesi talkshow sendiri, Design Convention menghadirkan banyak pakar dalam bidang industri kreatif desain dan arsitektur tanah air, antara lain Ary Indra, Dani Hermawan, Johan Yang, Miranti Gumaya, Rubi Roesli, hingga desainer produk asal Prancis Amaury Poudray dan arsitek Italia Antonio Pio Saracino.

Dalam sesi perbindangan, Ary Indra mengatakan, Indonesia sebenarnya punya banyak potensi lokal dalam dunia arsitektur yang justru banyak dilupakan, salah satunya adalah anyaman.

“Anyaman itu sangat lokal, panas tapi banyak angin, ini material yang paling tepat buat negara tropis, solid, transparan, tapi juga mampu melindungi dari hujan. Sayangnya material ini banyak dilupakan,” ungkap Ary.

Jika melintas di depan Grandkemang Hotel, Anda  akan melihat “monster” karya arsitek Ary Indra. Monster yang diberi nama Buto Beeru itu dibuat dengan perhitungan arsitektur yang mengagumkan, termasuk mempertimbangkan makna filosofi “buto” sebagai sumber kekuatan.

“Filosofi buto itu sendiri berasal dari budaya saya sebagai orang Jawa. Konsepsi ruang. Buat orang Jawa, ruang kosong itu kekuatan. Buto ini mengonsepsi budaya saya dengan ruang. Hasilnya orang bisa masuk dan merasakan apa yang saya tampilkan,” ungkap Ary.

 

Perkembangan Desain Arsitektur Indonesia

Perkembangan dunia desain dan arsitektur di Indonesia sendiri makin maju dalam beberapa tahun belakangan. Salah satunya ditandai dengan respon positif banyak orang dan pemerhati arsitek dari berbagai belahan dunia pada desain paviliun Indonesia, yang tampail dalam Milan Expo pada 2015.

Virobuild merupakan perusahaan yang bermitra dalam pembangunan paviliun Indonesia di Milan Expo. Perusahaan ini telah malang mmelintang mengerjakan proyek desain arsitektur berskala internasional.

Johan Yang, VP of Marketing Viro dalam perbincangan mengatakan, Virobuild lahir dari krisis ekonomi pada 1998, saat pasar makin menciut pindah aplikasi ke building material. Perusahaan desain ini kerap membuat produk-produk yang bertanggung jawab pada lingkungan.

“Plastik kalau didesain dengan tepat bisa menjadi sesuatu yang bisa dipertanggungjawabkan. Kami selalu mengkombinasikan tradisi lokal dengan material yang berstandar internasional,” ungkap Johan Yang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya