Cerita Cinta Vera Anggraini pada Kebaya Indonesia dalam Sebuah Buku

Vera Anggraini merangkum koleksi kebaya karyanya dalam sebuah buku bertajuk Kebaya - Merajut Daur Hidup.

oleh Putu Elmira diperbarui 28 Agu 2019, 17:01 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2019, 17:01 WIB
Peluncuran Buku Kebaya - Merajut Daur Hidup
Peluncuran buku Kebaya - Merajut Daur Hidup oleh Vera Anggraini. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Desainer ternama Vera Anggraini atau yang lebih dikenal dengan Vera Kebaya kembali mempersembahkan suguhan terbaru. Kali ini, koleksi kebaya buatannya terangkum apik dalam jepretan fotografer Darwis Triadi di buku bertajuk Kebaya - Merajut Daur Hidup.

"Dasarnya karena kecintaan saya sama budaya Indonesia, salah satunya kebaya," ungkap Vera dalam peluncuran buku Kebaya - Merajut Daur Hidup di Hotel Raffles, Jakarta, Selasa, 27 Agustus 2019.

Bukan tanpa alasan, desainer langganan tokoh dan selebritas Indonesia ini mengusung Merajut Daur Hidup sebagai tajuk dari bukunya. Mengingat kebaya dapat dikenakan dalam berbagai kesempatan.

"Asal muasalnya karena kebaya bisa dibilang dikenakan mulai acara pernikahan sampai tua. Banyak acara yang bisa mengenakan kebaya seperti pernikahan, syukuran, pelantikan itu diwakilin memakai busana kebaya atau kebaya nasional," tambahnya.

Buku ini menampilkan 74 model yang tidak lain adalah klien Vera. Proses pembuatan buku pun dilakukan pada pertengahan 2016 lalu, namun sempat terhenti pada 2017-2018 karena menyesuaikan jadwal banyak pihak.

"Kendala hanya menyesuaikan waktu dengan fotografer, makeup artist, dan ibu-ibu adat yang terlibat. Vera dibantu tim foto dan penerbit untuk angle-angle pengambilan foto," tutur desainer berusia 44 tahun tersebut.

Selama berkarya, Vera ingin menyajikan kebaya dapat dipakai oleh semua kalangan, dari yang masih muda hingga tua. Ia pun tak lupa menonjolkan ciri khas koleksi karyanya yang simpel.

"Karakter cutting saya simpel dan berusaha tidak menghilangkan pakem-pakem kebaya misalnya ada kebaya kurung, kutu baru, baju bodo nah itu benar-benar tidak hilangkan. Saya lebih memilih warna-warna satu tone," lanjutnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kebaya Modern ala Vera Anggraini

Buku Kebaya - Merajut Daur Hidup
Buku Kebaya - Merajut Daur Hidup oleh Vera Anggraini. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Salah satu pesan yang ingin disampaikan Vera dalam perilisan buku Kebaya - Merajut Daur Hidup adalah kebaya yang dapat dipakai oleh siapa saja. Ia pun mengedepankan konsep kebaya modern dalam koleksi-koleksinya.

"Kebaya sekarang itu buat detail pemilihan material bisa disesuaikan dengan kondisi yang ada sekarang," ungkap Vera.

Pengembangan demi pengembangan dilakukan Vera lewat detail-detail manis. Sebut saja pemakaian kristal dan cutting dengan drapery yang dahulu tak lazim digunakan.

"Saya memodifikasi dengan baju kurung, kutu baru, sehingga kebaya lebih diterima oleh anak-anak muda dengan pemilihan warna dan motif yang benar," tambahnya.

Buku diterbitkan oleh Red & White Publishing ini turut berkolaborasi dengan wedding planner Weddingku serta organizer pernikahan Emil Eriyanto dan Dhanny Iskandar. Buku dengan 251 halaman ini dijual seharga Rp1 juta.

"Karena hard cover, materialnya lumayan pilihan karena saya ingin buku ini bisa disimpan dalam jangka waktu yang panjang sehingga pemilihan material dan kertasnya yang terbaik," kata Vera.

Tanggapan Triawan Munaf

Vera Anggraini dan Triawan Munaf
Vera Anggraini dan Triawan Munaf di peluncuran buku Kebaya - Merajut Daur Hidup. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Peluncuran buku Kebaya - Merajut Daur Hidup oleh Vera Anggraini disambut hangat oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf. Ia pun memberi dukungan dengan turut hadir dalam perilisan buku.

"Saya sudah pernah lihat bukunya waktu masih draft bagus sekali. Apa lagi tadi saya dikasih bukunya. Buku ini mengabadikan pencapaian Mba Vera di kebaya," kata Triawan Munaf.

Ia pun mengagumi sosok Vera yang tak hanya berbakat, tetapi juga rendah hati. Apa lagi melihat pencapaian luar biasa sang desainer yang telah berkarya dan berkecimpung di dunia kebaya selama 15 tahun.

"Ini contoh baik untuk karya-karyanya luar biasa. Sesuatu warisan budaya tidak akan lestari jika tidak dikelola dan dikembangkan. Sesuai sekali dengan apa yang kami jalankan di ekonomi kreatif bahwa keekonomian itu sangat penting dan perlu ada inovasi-inovasi, kreativitas baru sesuai dengan market yang ada. Ini di luar negeri juga bisa diterima." tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya