Strategi Pemilik Label Apron Risum Bisa Tetap Tersenyum di Tengah Pandemi

Apron Risum dari Yogyakarta awalnya membidik pemilik bisnis kedai kopi sebagai target market utama. Tetapi, pandemi menyurutkan permintaan produknya.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 11 Agu 2020, 04:03 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2020, 04:03 WIB
Strategi Pemilik Label Apron Risum Bisa Tetap Tersenyum di Tengah Pandemi
Apron dari label Risum asal Yogyakarta. (dok. Instagram @risum.id/https://www.instagram.com/p/B9nwdUqgZab/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Hampir semua lini bisnis merasakan kesulitan di tengah pandemi Covid-19. Pemilik label apron asal Yogyakarta bernama Risum, Alita F. Harsaningtyas pun tak jadi pengecualian. Ia harus cari akal agar bisnisnya tak tenggelam di tengah kelesuan ekonomi.

Sama seperti pemilik bisnis lain, produksi apron Alita menurun di masa pandemi. Utamanya karena target pasar Risum yang kebanyakan adalah restoran dan kedai kopi mengalami kesulitan dan tidak bisa menjalankan bisnis.

Meski produksi menurun, Alita tidak ingin begitu saja merumahkan karyawannya. Ia sadar bahwa kebanyakan karyawan adalah ibu rumah tangga yang dapurnya harus tetap mengepul. Ia pun melihat peluang mendapatkan pendapatan lewat produksi masker.

"Saat pandemi mulai terjadi di Indonesia, kami melihat ada banyak sekali oknum menimbun dan membuat harga masker melambung tinggi. Di sisi lain, terjadi penipisan stok masker medis yang sangat dibutuhkan tenaga kesehatan dan orang-orang yang memang sangat memerlukan. Melihat keadaan ini, kami tidak bisa tinggal diam, kami harus melakukan sesuatu," kata Alita, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Ia pun mencari tahu bahan alternatif untuk membuat masker dan mulai memproduksi masker kain tiga lapis pada April lalu. Lewat produk baru itu, ia tak hanya mencari untung, tapi juga mengajak pelanggan untuk berdonasi. Setiap masker yang dibeli, sama dengan menyumbangkan masker untuk dibagikan secara gratis.

Strateginya bukan tanpa dasar. Ia menyadari masih banyak masyarakat di sekitar yang kurang mampu membeli masker. Kegiatan yang ia lakukan selama tiga minggu ini berhasil menyalurkan seribu buah masker pada masyarakat membutuhkan.

Tak disangka, dari kegiatan donasi ini, makin banyak orang mengetahui Risum. Bisnisnya tetap dapat bertahan dan semakin dikenal. Bahkan, Risum mendapat pelanggan baru, yakni para ibu yang harus di rumah saja selama pandemi dan menginginkan apron untuk digunakan saat menyajikan masakan bagi keluarga.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Berdayakan Ibu-Ibu

Strategi Pemilik Label Apron Risum Bisa Tetap Tersenyum di Tengah Pandemi
Produsen apron berlabel Risum, Alita F. Harsaningtyas. (dok. Google Indonesia/Dinny Mutiah)

Risum berdiri sejak 2018. Bisnis itu dimulai setelah Alita berhenti bekerja karena memiliki balita. Ia melihat kesempatan menguntungkan dari bisnis apron, lantaran semakin banyaknya restoran dan kedai kopi yang baru dibuka.

"Melihat keluarga besar yang memiliki bisnis di bidang kuliner, saya manfaatkan keahlian menjahit untuk memproduksi apron dan menjadikan mereka sebagai konsumen pertama. Dari sanalah awal bisnis apron ini dimulai," ujarnya.

Nama Risum diambil dari Bahasa Latin yang berarti tersenyum. "Saya ingin membuat keluarga dan orang yang menggunakan apron saya tersenyum," ujar Alita.

Alita membangun Risum seorang diri, mulai dari membeli bahan baku, menjahit apron, melayani konsumen, hingga promosi. Lambat laun, ia memutuskan merekrut karyawan dengan memberdayakan ibu-ibu di sekitar rumah untuk membantu menjahit apron.

Tekad Alita membesarkan bisnis Risum membuatnya terus belajar. Salah satu cara yang dilakukan adalah mengikuti kelas Gapura Digital, program Grow with Google yang mendukung UKM Indonesia untuk memajukan bisnis secara digital melalui pelatihan. 

Berbekal ilmu yang didapat, Alita mulai memanfaatkan platform digital untuk mempromosikan apron buatannya. Berbagai alat promosi ia gunakan, termasuk Google Bisnisku dan Google Ads. Dengan fitur Maps di Google Bisnisku, banyak calon pelanggan yang memutuskan datang langsung ke lokasi workshop.

Penjualan pun terus meningkat dan semakin banyak ibu-ibu di sekitar tempat tinggal yang diberdayakan dengan membentuk kelompok-kelompok untuk memenuhi target pesanan dalam jumlah banyak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya