Liputan6.com, Jakarta - Pada 17 Agustus 2020, kita akan memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia. Di usia 75, sudahkah produk-produk lokal kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri? Sudahkah kita merdeka dengan produk-produk lokal lebih diminati dibandingkan produk luar negeri?
Dengan lebih memilih produk lokal, kita tidak lagi dijajah produk-produk asing. Di masa pandemi corona ini, bisa dibilang produk lokal jadi pilihan utama. Meski kita harus merayakan HUT Kemerdekaan di tengah-tengah pandemi yang belum berlalu, keadaan kita termasuk di bidang ekonomi sudah mulai membaik.
Terutama karena naiknya permintaan terhadap produk-produk maupun brand lokal, termasuk yang dikelola oleh UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM selalu menjadi garda terdepan dan pahlawan ekonomi, baik dalam kondisi normal maupun saat terjadinya krisis.
Advertisement
Baca Juga
Krisis ekonomi 1998 dan subprime mortgage 2008 menjadi contoh betapa UMKM bisa menjadi bumper ekonomi dan katalis pertumbuhan ekonomi Indonesia yang memang didominasi konsumsi rumah tangga domestik.
Dalam pesan elektronik pada Liputan6.com, Kamis, 13 Agustus 2020, program Pemulihan Ekonomi Nasional UMKM mengalokasikan dana sejumlah Rp123,46 T untuk penyehatan kegiatan usaha.
Bantuan modal usaha mikro yang akan dirilis untuk menggerakkan aktivitas usaha di kalangan pelaku usaha mikro dan ultra mikro, hingga gerakan dan stimulasi Bangga Buatan Indonesia untuk mengajak lebih banyak pelaku usaha hadir dalam ekosistem digital dijalankan pemerintah sebagai bentuk nyata keberpihakan negara terhadap para pelaku usaha dan krusialnya UMKM bagi perekonomian Indonesia.
Di awal pandemi, Menkop dan UKM, Teten Masduki melihat tantangan besar ini sekaligus merupakan peluang bagi produk-produk lokal terutama UMKM Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Bara mimpi ini terus kita gelorakan dan jaga, salah satunya selain melakukan onboarding dan transformasi digital bagi pelaku usaha agar bisa hadir dan bertransaksi dalam ekosistem digital, juga melakukan pendampingan dan pelatihan agar pelaku usaha tidak hanya bertahan, namun juga terus adaptif dan kompetitif," terang Teten Masduki dalam keterangan tertulis.
"Dalam kesempatan ini juga saya mengajak seluruh pegiat UMKM agar terus melakukan inovasi, adaptasi. Tinjau ulang model bisnis, tren barang yang diminati, tekan sumber-sumber pengeluaran yang belum mendesak, optimalkan lingkaran terdekat (keluarga, teman, sesama pelaku UMKM) untuk menjadi perpanjangan tangan pemasaran. Berjejaring, berkolaborasi, berkonsolidasi agar UMKM Indonesia dapat naik kelas dan bersaing secara global," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Keunggulan dan Kekurangan Produk Lokal
Hal senada juga diakui oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf Josua Simanjuntak, produk atau brand lokal dalam beberapa hal sudah semakin diminati terutama untuk produk tertentu.
"Tergantung dari produk apa. Kalau produk misalnya, sudah bisa dibilang jadi tuan rumah di negeri sendiri, karena kopi produksi Indonesia semakin diminati," ujarnya dalam pesan elektronik pada Jumat, 14 Agustus 2020.
"Keunggulan utama produk lokal yang bisa berjaya adalah punya keunikan produk Indonesia yang berbasis budaya lokal. Tapi kalau ingin mendunia, harus bisa melihat selera pasar global. Kalau di masa pandemi ini, produk lokal lebih mudah didapat dan produk impor selama masa pandemi ada yang sulit didapat, itu jadi keunggulan utama produk lokal," sambung Josua.
Pendapat lain dikemukakan pakar pemasaran, Hermawan Kartajaya dari MarkPlus, Inc. Ia meyakini produk lokal semakin banyak diminati, terutama di masa pandemi. Alasannya, karena produk lokal jelas lebih mudah didapat dan lebih terjamin dari segi keberishan maupun kesehatan dan tentunya harganya lebih terjangkau.
"Produk lokal kalau untuk di dalam negeri bisa dibilang sudah jadi tuan rumah di negeri sendiri, contoh jelasnya, naik sepeda sekarang kan lagi tren itu kan banyak pakai produk lokal juga," ucapnya saat dihubungi Liputan6.com, Kamis, 13 Agustus 2020.
Sayangnya, Hermawan menambahkan, produk UMKM sekarang ini cenderung lebih diminati kelas menengah ke bawah, padahal sekarang ini penghasilan kelas menengah ke bawah sedang menurun drastis karena pandemi.
"UMKM sekarang ini banyak yang berkembang tapi banyak juga yang terpuruk. Mereka memang punya supply, produksi mereka sudah lebih banyak dan membaik dibanding beberapa bulan lalu, tapi masalahnya demand-nya kurang, permintaannya kurang karena kelas menengah ke bawah yang jadi pasar utama mereka penghasilannya sedang menurun," terang Hermawan.
Di sisi lain, usaha kelas atas sedang berjaya karena pasar utama mereka yaitu masyarakat kelas atas justru banyak melakukan pembelian. "Yang kelas atas, yang orang-orang kaya justru banyak membeli barang, karena mereka kan belum bisa traveling atau beli barang ke luar negeri, jadi mereka punya banyak uang untuk belanja apa saja yang bisa memuaskan keinginan mereka," tuturnya.
Advertisement
Kemajuan Teknologi dan Pendekatan Kreatif
Pendapat lain dikemukakan Arto Biantoro, seoramg Brand Activist. Menurut Arto, produk atau brand lokal sekarag ini sudah banyak diminati dan mulai menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Kemajuan teknologi telah memberi ruang bagi wirausaha muda untuk membangun brandnya secara maksimal.
"Hal ini diikuti dengan kesempatan untuk bisa belajar dari brand-brand luar lewat platform media sosial, sehingga memberi ruang untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya. Kini semakin banyak brand lokal yang semakin dinikmati khususnya juga para artisan brand yang membangun brand mereka dengan berbagai pendekatan yang sangat kreatif dan berdampak," jelasnya pada Liputan6.com, Jumat, 14 Agustus 2020.
Ia menambahkan, kelebihan utama produk lokal adalah orisinalitas. Kemampuan untuk menemukan sisi sisi menarik yang banyak ditemukan di seluruh kepulauan Nusantara. Budaya, bahan baku dan akulturasi teknologi membuat brand-brand lokal kita punya karakter yang khas.
Edukasi dan sosialiasi lewat berbagai platform menjadi penting dan strategis dan harus dilakukan oleh semua stakeholder baik pemerintah maupun swasta. Saat ini, produk lokal dan impor sama-sama terkena dampak pandemi. Kemampuan untuk melihat kebutuhan pasar saat pandemi menjadi penting untuk semua brand.
"Dalam hal ini beberapa brand lokal mampu memahami kondisi tersebut dan dapat membuat keputusan yang cepat dan tepat dimana banyak brand brand impor punya banyak kendala terkait logistik dan channel distribusi," lanjut Arto Biantoro. Lalu, bagaimana dengan para penjual produk lokal?
Menurut pihak Tokopedia, saat ini, terutama selama masa pandemi, mereka melihat antusiasme masyarakat dalam mendukung produk buatan pegiat usaha lokal semakin meningkat signifikan. Pada kategori Makanan dan Minuman, misalnya, kopi literan merek lokal merupakan salah satu produk terpopuler.
Produk Paling Diminati
Ekhel Chandra Wijaya selaku External Communications Senior Lead Tokopedia menjelaskan, Klinik Kopi, pegiat usaha kopi lokal dari Yogyakarta, mencatatkan bahwa lebih dari 90 persen penjualannya berasal dari Tokopedia. Bahkan produk Klinik Kopi sudah dapat dinikmati masyarakat luas, bahkan dari Palu, Kalimantan hingga Papua.
"Lalu ada Dewa Collection Bali, pegiat usaha lokal di kategori Rumah Tangga yang menjual produk anyaman benang ‘makrame’, mengalami lonjakan pesanan online di tengah pandemi hingga lebih dari lima kali lipat," terangnya dalam pesan tertulis, Jumat, 14 Agustus 2020.
Di kategori Olahraga, peluncuran sepeda merek lokal Element Indonesia disambut dengan antusiasme sangat tinggi dari masyarakat. Sebanyak 200 unit sepeda lipat terjual habis hanya dalam 40 detik lewat Tokopedia sehingga berhasil memecahkan rekor MURI untuk penjualan sepeda lipat terbanyak dalam waktu satu menit.
"Untuk kategori Fashion, acara Jakarta Sneaker Day (JSD) kedua yang digelar secara online di Tokopedia pada 27-30 Juli 2020 lalu, mencatatkan peningkatan nilai transaksi menjadi lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan penyelenggaraan pertama kalinya. Produk hasil kreator lokal, seperti sepatu, tas ransel dan masker kain bermotif, ternyata menjadi yang paling dicari masyarakat," ungkapnya.
"Saat ini, Tokopedia telah menjadi rumah bagi lebih bagi lebih dari 8,6 juta penjual yang 94 pesen di antaranya berskala ultra mikro. Artinya ada kenaikan sebesar 1,4 juta dari 7,2 juta penjual sejak Januari lalu," tambahnya.
Ekhel menambahkan, selama ini, UMKM telah menyumbang lebih dari 60 persen pendapatan negara. Mereka pun percaya bahwa UMKM sebagai tulang punggung perekonomian negara dapat mendorong pemulihan ekonomi yang saat ini terdampak pandemi.
Sedangkan pihak Blibli melihat bahwa produk lokal punya potensi yang besar untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Masyarakat Indonesia bangga menggunakan produk dalam negeri karena produk lokal dari segi kualitas produk tidak kalah dengan produk-produk lainnya.
Advertisement
Peluang Produk Lokal dan UMKM
Dalam keterangan tertulis pada Jumat, 14 Agustus 2020, Blibli turut berperan aktif dalam pembentukan berbagai macam inisiatif bersama pemerintah. Salah satunya dengan menjalankan kampanye Karena Lokal No. 1 sebagai bentuk dukungan penuh terhadap Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia.
Bertepatan dengan semangat kemerdekaan dan HUT RI di Agustus tahun ini, melalui kampanye #KarenaLokalNo1, Blibli mengajak para konsumen dan pelaku UMKM untuk bergabung dalam gerakan untuk menjadi Pejuang Lokal, gerakan untuk mendukung UMKM dengan membeli produk-produk lokal buatan para UMKM Indonesia.
Inisiatif ini adalah sebagai bentuk dukungan terhadap Pemerintah Indonesia dalam mendorong pertumbuhan inklusif ekonomi dengan mendukung industri UMKM. Sejak terjadinya pandemi, terjadi perubahan perilaku masyarakat Indonesia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan mulai beralih untuk berbelanja secara online.
Hal itu bisa menjadi peluang produk lokal untuk bertumbuh sangat luar biasa, khususnya bagi UMKM yang sudah berjualan online. Sebagai contoh produk lokal yang tersedia di platform Blibli mengalami peningkatan hingga enam kali lipat selama pandemi ini bila dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Hal ini tidak terlepas dari dukungan yang luar biasa dari pemerintah, termasuk kolaborasi yang dilakukan pemerintah dengan berbagai platform online, termasuk Blibli, melalui Gerakan Nasional #BanggaBuatanIndonesia.