Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan dalam pidato kenegaraannya di Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia 2020, bahwa HUT ke-75 RI di tengah pandemi Covid-19 bisa menjadi momentum Kebangkitan Bangsa.
Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Sarman Simanjorang mengatakan, Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan dampak covid-19 dengan memberdayakan produk lokal atau dalam negeri.
Baca Juga
“Momentum peringatan 75 tahun RI di masa pandemi ini harus melakukan langkah-langkah besar untuk bangkit, kita harus meningkatkan rasa kebangsaan dan nasionalisme kita dalam usia 75 tahun ini potensi dalam negeri kita mampu diberdayakan semaksimal mungkin untuk ekonomi kita,” kata Sarman kepada Liputan6.com, Jumat (14/8/2020).
Advertisement
Menurutnya dalam waktu 1-2 tahun ke depan Indonesia belum bisa berharap pada ekspor dan investasi untuk mendorong kebangkitan ekonomi. Karena semua ini dampak ekonomi global pandemi covid-19.
“Kita belum bisa berharap banyak terhadap investasi dan ekspor, karena masih wait and see semuanya, yang kita harapkan adalah pertumbuhan ekonomi dari sisi yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah,” ujarnya.
Oleh karena itu Pemerintah harus bisa memupuk kemandirian ekonomi bangsa ini, diantaranya dengan mengedepankan produk UMKM agar menjadi produk unggulan yang dicintai bangsanya. Begitupun dengan sisi pariwisata, pemerintah harus menggalakkan destinasi wisata lokal sehingga perputaran uang tetap berada di Indonesia.
Sama halnya dengan penggunaan bahan baku pembangunan infrastruktur Indonesia masih mengimpor dari China, misalnya produk Baja China dinilai lebih murah dibanding baja Indonesia.
“Kita punya BUMN Krakatau steel coba dibayangkan kemarin itu kita lagi gencar-gencarnya membangun infrastruktur, seharusnya industri baja kita booming malah industri baja kita anjlok, karena ternyata infrastruktur banyak memakai baja dari China,” ujarnya.
Sarman menilai pola pikir kita sebagai bangsa Indonesia harus diubah, dan pemerintah seharusnya memproteksi dan mengutamakan produk dalam negeri dalam hal apapun, sebisa mungkin kontraktor-kontraktor BUMN dan swasta menggunakan produk lokal dalam memenuhi kebutuhan barang dan jasanya.
“Saya rasa ini momentum yang harus kita bangun kedepan, supaya kita betul-betul mampu mengurangi ketergantungan kita dengan produk asing ini termasuk bahan baku industri impor,” katanya.
Saran Sarman, Pemerintah harus memiliki target untuk mengurangi penggunaan produk asing, misalnya di Kementerian Pertanian, kementerian perindustrian atau Kementerian Perdagangan.
"Walaupun kita belum mampu menyuplai 100 persen kebutuhan dalam negeri, setidaknya kita bisa mengutamakan produk lokal daripada harus impor," pungkasnya.
** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020
Jokowi: Pandemi Covid-19 Jadi Momentum untuk Kemajuan Indonesia
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) coba mengambil sisi positif atas merebaknya wabah virus corona (Covid-19) saat ini. Dia menilai krisis pandemi saat ini bisa dimanfaatkan untuk kemajuan Indonesia.
Jokowi menekankan, fleksibilitas, kecepatan, dan ketepatan sangat dibutuhkan. Selain itu, efisiensi, kolaborasi dan penggunaan teknologi juga disebutnya harus diprioritaskan, serta kedisiplinan dan produktivitas nasional harus ditingkatkan.
Jika semua itu dijalankan, Jokowi percaya pandemi Covid-19 bisa jadi momen kebangkitan ekonomi Indonesia di kala negara-negara maju lain saat ini sedang terpuruk akibat resesi.
"Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan olehkrisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran.Justru momentum krisis ini harus kita bajak untukmelakukan lompatan kemajuan," imbuh Jokowi.
Guna mencapai tujuan tersebut, mantan Gubernur DKI Jakarta ini mendorong masyarakat Indonesia untuk menggeser cara kerjanya. Jokowi ingin agar seluruh pekerja mengeluarkan segala upaya lebih dari sebelumnya.
"Krisis ini telah memaksa kita untuk menggeser channel cara kerja. Dari cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra-normal. Dari cara-cara biasa menjadi cara-cara luar biasa," sebutnya.
Dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart short cut. Dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil.Pola pikir dan etos kerja kita harus berubah," Jokowi menandaskan.
Advertisement