Lizzo Ingin Ubah Pemahaman Gerakan Body-Positivity, Mengapa Banyak Orang Salah Kaprah?

Lizzo menganggap gerakan body-positivity telah sampai di titik di mana tak ada ruang untuk bertransformasi.

oleh Asnida Riani diperbarui 26 Sep 2020, 17:30 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2020, 17:30 WIB
Lizzo (Foto: Instagram/@lizzobeeating)
Lizzo (Foto: Instagram/@lizzobeeating)

Liputan6.com, Jakarta - Ketika berbicara pergeseran persepsi secara kolektif, perubahan bahasa seringkali jadi titik awal yang kuat. Bagi sampul majalah Vogue Amerika edisi Oktober, Lizzo, body-positivity adalah frasa yang telah menemani di sepanjang jalur kariernya

Mengutip laman Vogue, Jumat, 25 September 2020, komitmen sang bintang pop untuk tak semata menerima, namun merayakan bentuk fisiknya telah menawarkan revolusi dalam kepercayaan diri. Tapi, setelah bertahun-tahun mengidentifikasi gagasan tersebut, Lizzo siap melangkah lebih jauh.

“Terkesan jadi tindakan malas bila saat ini saya semata mengatakan body-positivity," ucapnya. "Mudah saja. Saya ingin jadi body-normative. Saya ingin menormalkan bentuk tubuh saya."

Pelantun lagu Juice ini berpendapat bahwa body-positivity telah dikomersilkan dan disesuaikan ke titik di mana itu cukup keren, bahkan berpuas diri. Posisinya, menurut Lizzo, tak lagi memberi ruang untuk bertransformasi.

“Sekarang, Anda melihat tagar bodypositivity, dan melihat gadis bertubuh lebih mungil atau perempuan tambun. Saya senang percakapan ini dimasukkan ke arus narasi utama," kata Lizzo. “Yang tak saya suka adalah bagaimana orang di balik pembuatan istilah ini tak mendapat manfaat semestinya."

Alhasil, ungkapan itu tak lagi sejujur ​​atau seinklusif awalnya. "Saya pikir sekarang, saya berhutang budi pada orang-orang yang memulai ini untuk tak berhenti sampai di sini saja," ucapnya.

"Kita harus membuat orang tidak nyaman lagi, agar bisa terus berubah. Perubahan selalu tak nyaman, bukan?” imbuh Lizzo.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bikin Salah Kaprah

Lizzo
Lizzo in Grammy 2020 (Foto: Instagram/theshelbyswain)

Berdasarkan laporan Flare, merek dan influencer kesehatan telah menggunakan istilah body-positivity untuk memasarkan program penurunan berat badan. Juga, menutupi aspek berbahaya lain dari budaya diet.

Penggunaan tagar untuk menjual produk diet adalah bukti sejauh mana gerakan body-positivity telah menyimpang dari tujuan aslinya. Alhasil, banyak orang salah kaprah mengartikan gerakan ini.

Influencer dan penyintas gangguan makan, Lexie Manion, menyimpulkan dalam sebuah wawancara dengan Livestrong, “Ini tidak seperti (wanita kulit putih kurus) tidak diizinkan mengambil bagian dalam gerakan."

"Namun, bakal jadi masalah jika 50 foto berturut-turut memerlihatkan tubuh 'berhak istimewa'. Kemudian, terdapat satu atau dua foto dari tubuh-tubuh yang terpinggirkan di bawah tagar,” ucapnya.

Semua ini berarti suara-suara di balik gerakan body-positivity asli yang berakar pada penerimaan terancam terus menerus dikesampingkan.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker
Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya