Liputan6.com, Jakarta - Hitung mundur perayaan Imlek 2021 makin mendekati akhir, namun angin segar sepertinya tak akan menghampiri sederet rumah mode mewah. Pasalnya, Tiongkok sebagai kiblat selebrasi tengah mengantisipasi lonjakan kasus dalam jumlah mengkhawatirkan.
Melansir laman Jing Daily, Selasa (19/1/2021), Negeri Tirai Bambu telah melaporkan kematian akibat COVID-19 pertama sejak Mei 2020. Kasus itu memaksa penutupan secara masif berlangsung tepat sebelum Imlek.
Di Provinsi Hebei, di mana kasus melonjak jadi lebih dari 550, para pejabat memberlakukan "mode masa perang." Termasuk di dalam kebijakannya adalah pengujian massal, penutupan transportasi, dan pembatasan perjalanan.
Advertisement
Baca Juga
Shijiazhuang dan Xingtai, dua kota dengan lebih dari 17 juta orang, diisolasi. Secara keseluruhan, lebih dari 22 juta orang telah diperintahkan untuk tinggal di dalam rumah, dua kali lipat jumlah orang yang terdampak Januari lalu di Wuhan.
Karenanya, rumah mode mewah yang ingin memanfaatkan Imlek sebagai momentum menaikkan angka penjualan kembali harus mengecilkan ekspektasi mereka. Menjelang migrasi manusia terbesar di dunia yang pulang untuk merayakan Imlek bersama keluarga, larangan perjalanan justru diterbitkan.
Dalam langkah awal ini, industri perjalanan dan belanja turis domestik lah yang, menurut laporan Campaign Asia, pasti terdampak. Namun, jika tak ditanggapi dengan serius, meroketnya kasus dapat menyebabkan penutupan toko dan pusat perbelanjaan, serta penguncian besar-besaran di benteng belanja barang mewah lain, seperti Shenzhen dan Chengdu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Optimisme yang Hati-Hati
Banyak merek mewah yang beroperasi di Tiongkok memang telah meningkatkan strategi e-niaga mereka sebagai respons atas wabah tahun lalu. Tapi, bahkan kehadiran daring yang kuat tak dapat sepenuhnya menutup target penjualan.
Ketika toko-toko tutup pada paruh pertama 2020, laba bersih di Louis Vuitton dan Kering turun masing-masing 84 dan 63,4 persen. Setelah aturan penguncian wilayah diangkat, mereka melihat pembelanjaan "balas dendam" yang membuat omzet meningkat, setidaknya dalam kurun waktu sementara.
Prada, misalnya, mengatakan, penjualan mereka di China melonjak 60 persen pada Juni, sementara Louis Vuitton dan Dior melihat peningkatan lebih dari dua kali lipat. Hermes bahkan meraup 2,7 juta dolar Amerika dalam satu hari ketika toko utamanya dibuka kembali di Guangzhou, seolah menegaskan daya tarik belanja langsung yang terus berlanjut.
Dengan catatan-catatan itu, merek branded dinilai harus merayakan Imlek dengan optimisme yang hati-hati. Juga, berharap pemulihan yang cepat sambil mempersiapkan front digital untuk masa depan yang serba tak pasti.
Advertisement