Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tren di dunia usaha saat ini adalah kolaborasi brand kosmetik dengan brand-brand selain kosmetik yang membuat kemasan produk kecantikan jadi lebih unik. Beberapa brand dari luar negeri seperti asal Korea Selatan Tony Moly pernah melakukan inovasi dengan menggandeng mi instan Samyang lewat koleksi make up Tonymoly Hot Edition.
Lalu ada Faceshop berkolaborasi dengan Coca Cola merilis cushion, shadow, lipstick dan lip tint. Tak hanya brand-brand luar negeri, produsen dalam negeri tak kalah kreatif. Brand kecantikan lokal Upmost Beaute mengeluarkan kolaborasi yang cukup unik. Upmost Beaute merilis palet eyeshadow kolaborasi dengan Tolak Angin.
Sebelumnya juga ada sejumlah kolaborasi serupa yang tak kalah unik dan menarik, seperti Dear Me Beauty dengan Nissin, Mizzu dengan Khong Guan dan The Goods Dept dengan Sasa. Lalu, apakah tren ini akan semakin berlanjut dan masih akan terus diminati, atau memang hanya sekadar tren? Bagaimana pula dengan hasil kolaborasi tersebut sejauh ini?
Advertisement
Baca Juga
Salah satu brand yang melakukan kolaborasi tersebut adalah gerai kopi Janji Jiwa. Mereka bahkan pernah beberapa kali berkolaborasi dengan sejumlah brand kosmetik, dan salah satunya adalah Luxcrime, brand kosmetik lokal yang termasuk banyak digemari di sepanjang 2020. Janji Jiwa sendiri berkolaborasi dengan Luxcrime pada Juni 2020, seiring dengan ulang tahun ke-2 mereka. Saat itu mereka mengeluarkan bundling spesial yang berisi Janji Jiwa Push and Go Tumbler dan Mud Mask dari Luxcrime.
Menurut Annisa Maresza selaku Public Relations Jiwa Group pada Liputan6.com, Jumat, 22 Januari 2021, kolaborasi tersebut dinilai sesuai dengan harapan mereka,. Antusias teman sejiwa dan luxbae (sebutan khusus kami untuk pelanggan mereka) cukup tinggi. Menurut Annisa, produk yang ditawarkan keduanya memberikan benefit lebih kepada pelanggan. Selain keunggulan dari Tumbler Janji Jiwa dan Mud Mask Luxcrime sediri, mereka memberikan harga yang spesial pada produk kolaborasi itu.
Annisa menambahkan, salah satu keuntunganya adalah meningkatnya brand awareness satu sama lain. Selain itu kolaborasi juga dapat memperluas pasar masing-masing di kategori lifestyle antara penyuka kopi dan make up, dan kondisi saat itu ketika launching kita diharuskan dirumah jadi untuk konsepnya lebih ke pamper up dan self-love.
"Inilah yang menjadi alasan masker dan tumbler (eco-friendly) + kopi punya banyak benefit baik untuk tubuh dan kulit, sehingga yang kami tawarkan tidak hanya produk tetapi juga ada customer experience didalamnya," terang Annisa.
Dengan melihat peluang, kesempatan, dan kelebihan dengan adanya kolaborasi yang sudah pernah dijalankan, pihak Janji Jiwa membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan produk lain untuk kedepannya.
Bagi Janji Jiwa, potensi kolaborasi dengan industri kecantikan atau produk lain kedepannya akan terus kembangkan, karena mereka menyadari di era digital ini inovasi dan kolaborasi merupakan dua hal yang penting untuk tetap ada di hati pelanggan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menjanjikan dan Menyenangkan
"Kekuatan 2 brand lebih besar dibandingkan hanya seorang diri. Dimana kalau brand awareness tercipta, orang mengetahui produk kita, lalu kemudian orang akan memilih mau membeli produk kita (ada keputusan pembelian)," sambung Annisa.
Potensi kolaborasi lintas produk juga diakui oleh brand kosmeti lokal Dear Me Beauty. Mereka bahkan termasuk brand kosmetik yang cukup aktif berkolaborasi dengan brand makanan atau kuliner, seperti dengan Sasa, Nissin dan Yupi.
"Kami sangat suka berkolaborasi dan mendukung brand-brand lokal, hal itu sejalan denngan kampanye kami ‘Locals Better Together’. Ini adalah kesempatan bagi kami untuk melakukan sesuatu yang luar biasa, inovatif serta mendorong batas kreativitas sampai titik maksimal, sesuatu yang membuat kami berbeda dari para kompetitor kami," jelas Nikita Wiradiputri, CEO Dear Me Beauty dalam keterangan tertulis pada Sabtu, 23 Januari 2021.
Dear Me Beauty merasa terhormat bisa mendapat kesempatan bekerjasama dengan merek-merek legendaris seperti Sasa, Nissin dan Yupi, yang membuat nilai dan posisi brand mereka naik ke level berikutnya, sekaligus membuka kesempatan untuk memasuki pasar yang lebih luas lagi.
Selain itu masih banyak keuntungan yang didapat dari kolaborasi tersebut, seperti bisa bertemu dengan orang-orang luar biasa, bisa mempelajari hal-hal baru dalam cara menjalankan usaha, memperluas usaha dengan cara-cara positif dan jujur, karena masing-masing brand tersebut adalah pemimpin di kelasnya. Mereka juga mendapat informasi baru seputar pelanggan mereka dan bisa memperluas segmen dan wilayah baru untuk pasar produk mereka.
"Tentunya kami akan meneruskan inovasi kolaborasi ini dan sudah dihubungi sejumlah brand dari kategori berbeda, dan bahkan beberapa di antaranya sedang merintis proyek bersama kami," terang Nikita.
"Ini proyek yang sangat menjanjikan, sangat menyenangkan sekaligus eksperimental. Kami selalu bekerja dengan hati dan kebanggaan kami dalam membuat konsep dan mengeksekusi ide untuk proyek-proyek kolaborasi ini," tutupnya.
Advertisement
Mengincar Pasar yang Lebih Luas
Potensi kolaborasi brand kosmetik dengan brand makanan maupun brand lainnya, menurut seorang brand activist, Arto Biantoro, memang cukup menjanjikan. Salah satu faktor pendorongnya adalah menyasar pasar yang sama. "Selain itu, dari segi biaya marketing dan kampanye tentu lebih murah, ini hal yang wajar sekaligus kreatif. Pertimbangan utamanya tentu adalah pertimbangan ekonomi," tuturnya dalam Liputan6.com, Jumat, 22 Januari 2021.
Meski begitu, kolaborasi lintas produk tentu ada yang menjanjikan dan ada yang tidak menjanjikan. Menurut Arto, kerjasama seperti ini biasanya memang bukan untuk rencana jangka panjang, jadi meski sukses luar biasa bukan berarti mereka akan kerjasama lagi, Karena ini sifatnya tactical, mungkin hanya 1-3 bulan untuk satu kolaborasi..
Setelah itu mereka akan kerjasama lagi dengan brand lain. "Ini adalah bagian dari kegiatan marketing yang tujuannya bukan untuk jangka panjang," tambah pria yang juga seorang pemerhati dan penggiat brand lokal ini.
Meski begitu, Arto menambahkan, kolaborasi seperti ini akan semakin berkembang karena di masa pandemi seperti ini banyak biaya dikurangi. Lalu dengan kerjasama pemasaran seperti dilakukan sejumlah brand kosmetik dengan brand makanan bisa untuk mengincar pasar yang lebih luas atau pasar identik dengan market yang sama.
Masing-masing brand akan punya pengalaman sendiri, ada yang berhasil dan ada yang tidak.“Kolaborasi seperti ini sebenarnya sudah ada dari tahun 90-an meski belum sesering sekarang yang secara Digital Marketing juga sudah jauh lebih maju.
"Ini masih terlalu awal untuk menilai, apakah sekadar tren atau bukan. Tapi saya rasa bukan tren karena kerjasama ini akan terus terjadi. Tapi frekusensinya nanti kita lihat seperti apa dalam konteks industri," pungkas Arto Biantoro.
Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19
Advertisement