Liputan6.com, Jakarta - Niat gelar acara pernikahan, apa daya polisi membubarkan. Peristiwa tersebut terjadi pada acara pernikahan di London.
Acara pernikahan yang dihadiri sebanyak 150 orang itu dibubarkan oleh kepolisian London. Pembubaran tersebut dilaksanakan karena dinilai melanggar peraturan lockdown yang diberlakukan di Inggris, seperti diberitakan Fox News, 22 Januari 2021.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan aturan lockdown di Inggris, saat ini maksimal hanya enam tamu yang diizinkan untuk menghadiri pernikahan dan upacara kemitraan sipil. Namun, upacara tersebut seharusnya hanya terjadi "dalam keadaan luar biasa", seperti jika salah satu pasangan menderita penyakit yang mematikan.
Kepolisian mengatakan, mereka diminta datang ke lingkungan Stamford Hill di London. Dalam laporannya disebutkan tentang adanya pertemuan besar di sebuah sekolah.
"Kelompok itu berkumpul untuk pernikahan dan kami telah mengambil sejumlah langkah untuk menutupi aktivitas mereka, menutupi jendela dan menutup gerbang sekolah," kata pihak kepolisian.
Atas kejadian itu, pihak penyelenggara pernikahan dikenakan denda senilai 10 ribu pound sterling atau setara Rp191 juta. Sementara lima peserta lainnya dikenakan penalti senilai 200 pound sterling atau Rp3,8 juta.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Aula Sekolah
Acara pernikahan itu sengaja digelar di sebuah sekolah menengah Yahudi Ortodoks yang didanai negara. Pada April 2020 lalu kepala sekolahnya meninggal dunia akibat Covid-19.
Dalam sebuah pernyataan, pihak sekolah mengatakan "benar-benar ngeri tentang acara itu dan mengutuk keras. Sekolah tersebut mengatakan bahwa aula itu telah disewakan kepada organisasi luar. Namun, mereka tak mengetahui jika tempat itu akan digunakan untuk acara pernikahan.
Kepala Rabi Inggris, Ephraim Mirvis juga mengutuk acara yang melanggar aturan itu. "Pada saat kita semua melakukan pengorbanan yang begitu besar, itu sama dengan pencabutan tanggung jawab untuk melindungi kehidupan dan perilaku ilegal semacam itu dibenci oleh mayoritas komunitas Yahudi," cuitnya pada Jumat, 22 Januari 2021.
Pub, restoran, dan tempat hiburan di Inggris ditutup, dan sebagian besar orang diharuskan untuk tinggal di rumah, sebagai bagian dari pembatasan untuk mengekang lonjakan baru dalam virus. Inggris telah mencatat lebih dari 95.000 kematian akibat Covid-19, jumlah korban tertinggi di Eropa.
Advertisement