Cerita Akhir Pekan: Bangga Konsumsi Sederet Teh Legendaris Indonesia

Di Indonesia ada beberapa merek teh lokal yang sanggup berjuang dan bertahan hingga saat ini.

oleh Henry diperbarui 30 Mei 2021, 19:33 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2021, 10:00 WIB
minum teh
ilustrasi teh/Photo by Joanna Kosinska on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Memulai pagi dengan menyeduh dan minum teh sudah menjadi kebiasaan banyak orang, termasuk di Indonesia. Bersama dengan kopi, teh adalah minuman yang bisa dibilang paling banyak dikonsumsi dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Seperti halnya kopi, teh juga bisa diseduh dengan lebih cepat dan praktis, seperti dengan teh celup.

Di Indonesia sendiri ada beberapa merek teh lokal yang sanggup berjuang dan bertahan hingga saat ini. Ditambah lagi, minum kopi belakangan ini menjadi tren terutama karena makin banyaknya kedai kopi bermunculan mulai dari kelas kafe sampai pinggir jalan.

Salah satu brand atau merek teh legendaris yang mampu bertahan sampai saat ini adalah Teh Prendjak. Teh yang berasal dari Sumatra sejak awal 1980-an ini terdiri dari dua kategori produk yaitu Teh Celup dan Teh Seduh, Tapi kini mereka sudah punya satu kategori lagi yaitu instant teh tarik yang terdiri dari matcha latte dan instant chrysanthemum.

"Ciri khas Teh Prendjak adalah aromanya saat jadi seduhan teh yang sangat khas dengan roma mawar dan vanila. Maka slogan dari Teh Prendjak adalah khas aroma teh nya," terang Mustardi, Regional Sales Promotion Manager PT Panca Rasa Pratama, produsen Teh Prendjak pada Liputan6.com, Jumat, 28 Mei 2021.

Mustardi menambahkan, ada tiga hal utama yang membuat The Prendjak bisa bertahan sampau sampat ini. Yang pertama, memjaga komunikasi dengan rekan distributor maupun outlet-outlet atau toko-toko yang menjual atau bahkan menggunakan Teh Prendjak dan memberikan dukungan promosi secara periodik sesuai situasi pasar. Yang kedua, menjaga mutu serta kualitas produk dan pelayanan. Dan ketiga, tetap menjaga ketersediaan stok di pasaran

Tentang semakin banyaknya kedai kopi, menurut Mustardi, justru bisa meningkatkan peluang pertumbuhan tingkat konsumsi teh, karena di setiap kedai kopi pasti tetap akan menyediakan teh.

"Minum teh saat ini sudah mulai tumbuh lebih baik meski masih lebih kecil dari konsumsi kopi. Sekitar 10 tahun lalu, tingkat konsumsi teh di Indonesia dibanding kopi masih 2:10. Saat ini jika dilihat berdasar data outlet dan penggunaan teh sebagai minuman yang disediakan di kedai kopi sudah menjadi 6:10, " jelas Mustardi.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Minuman Eksklusif dan Mahal

teh prendjak
Secangkir teh hangat, sanggup memecahkan kebuntuan ide karena ada aroma therapy yang ditawarkan. (foto: Liputan6.com / ajang nurdin)

"Semakin banyak konsumen terutama anak muda atau kaum milenial memahami betapa banyak manfaat konsumsi teh, dengan catatan konsumsi teh dengan baik dan benar. Konsumsi teh yang baik adalah dengan memilih pilihan produk teh berkualitas, diseduh dengan cara yang benar menggunakan air panas di suhu yang tidak kurang dari 98 derajat celcius," sambungnya.

Ia menambahkan, untuk jenis teh hitam wajib diseduh panas sekali sampai 100 derajat celcius. Hindari pemcampuran gula, pemanis atau susu kecuali untuk selera dan memenuhi kebutuhan kalori boleh-boleh saja.

Teh sebenarnya merupakan minuman eksklusif dan mahal. Misalnya di Inggris, ada tradisi dengan nama tea time. Setiap hari mereka selalu ada tea time termasuk di keluarga kerajaan. Selain itu, untuk menarik minat anak muda, Teh Prendjak mengeluarkan produk-produk dengan kategori instan dan praktis dengan berbagai varian rasa.

"Salah satunya dengan pencampuran rasa buah dan membuat packaging yang lebih modern serta masuk ke dalam media promosi digital," ucap Mustardi.

Sementara merek teh lokal lainnya, Tong Tj juga punya beragam strategi untuk bisa bertahan sejak 1938 sampai dengan sekarang. Saat mengalami krisis, seperti krisis ekonomi pada 1998, mereka tetap mempertahankan kualitas dan bahkan menaikkan harga.

Gerai Es Teh di Mal

Gerai Tea House Tong Tji
Gerai Tea House Tong Tji. foto: dok. Tong Tji

"Waktu itu produsen lain banyak yang menurunkan harga, kita justru sebaliknya. Kita tetap pertahankan kualitas dan harga naik. Hasilnya, justru kita bisa tetap bertahan. Ini mungkin juga karena teh sudah jadi minuman wajib bagi masyarakat dan dianggap tidak menganggu penghasilan mereka kalau mereka membeli teh," ungkap Josia Soeharto, Marketing Director PT Tong Tji Tea Indonesia, lewat pesan suara pada Liputan6.com, Sabtu, 29 Mei 2021.

Produk Tong Tji sendiri punya tiga grade yaitu super, premium dan speciality dengan berbagai varian dan kemasan, termasuk tabur dan celup.  Josja mengaku, pihaknya sudah lama menyiapkan berbagai inovasi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

"Sejak krisis ekonomi di tahun 1998 kita sudah menyiapkan terobosan, seperti membuat gerai es teh di mal-mal, lalu di rest area jalan tol dan tempat-tempat umum lainnya. Awalnya kita mau menembus dominasi minuman-minuman soda dan kemudian boba. Hasilnya ternyata cukup bagus dan bahkan semakin berkembang," ucap Josja.

"Kita berusaha menanamkan persepsi kalau teh itu minuman sehat. Awalnya dari orang-orang tua dan kemudian banyak anak-anak yang suka teh. Tiap masuk mal, anak-anak banyak yang minta beli teh dan kita hadir di situ, makanya es teh di mal jadi identik dengan Tong Tji," sambungnya.

Saling Melengkapi

Gerai Tea House Tong Tji
Gerai Tea House Tong Tji. foto: dok. Tong Tji

Selain itu , mereka juga membuat Tea House, Tea Bar dan membuat konsep kafe dengan menyajikan teh sebagai minuman utama.

"Banyak juga anak muda yang menjadikan tempat-tempat minum teh itu sebagai tempat meeting dan nongkrong. Keluarga juga banyak yang datang. Kalau mereka mau menikmati teh di rumah kita juga sudah siapkan produk-produknya. Salah satunya adalah produk Tematik, singkatan dari teh lima detik dengan slogan ‘berasa ngafe’ dengan berbagai varian seperti teh tarik dan macha latte," jelasnya lagi.

Menurut Josja, situasi pandemi saat ini juga sangat berpengaruh tapi pihaknya tetap bisa bertahan. Pendapatan mereka tetap bagus meski tentunya tidak sebagus seperti saat sebelum pandemi. Josja menambahkan, pihaknya tidak melihat banyaknya gerai kopi sebagai saingan atau kompetitor, tapi justru bisa saling melengkapi.

"Kita kan tidak mungkin minum teh terus atau kopi terus, kadang ingin minum kopi dan kadang mau minum teh. Makanan juga begitu, tidak mungkin kita makan satu jenis makanan saja, jadi hidup ini lebih bervariasi," pungkas Josja.

Teh Artisan Lokal Gaet Pasar Kekinian

Infografis Teh Artisan Lokal Gaet Pasar Kekinian
Infografis teh artisan lokal gaet pasar kekinian. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya