Liputan6.com, Jakarta - Situasi pandemi membuat posisi anak makin rentan. Setidaknya itulah temuan Rumah Faye yang bergerak dalam isu anti-perdagangan, kekerasan, dan eksploitasi anak. Menurut pendirinya, Faye Simanjuntak, jumlah kasus yang ditangani di safe house mereka di Batam naik signifikan di masa pandemi.
"Di tahun 2016, 2017, 2018, sampai 2019, paling sekitar 22-25 anak tiap tahun yang kita tangani. Di tahun 2020, kita dampingi 41 korban perdagangan dan kekerasan anak di Batam," ujar Faye dalam jumpa pers virtual Dedikasi Yayasan Del bersama Rumah Faye dalam Memberdayakan Anak dan Perempuan, Senin (21/6/2021).
Advertisement
Baca Juga
Banyak faktor yang melatari anak rentan menjadi korban perdagangan manusia, kekerasan, dan eksploitasi. Salah satunya karena rendahnya pengetahuan terkait hal itu. "Yang pasti korban tidak salah, tapi ada yang lebih rentan diperdagangkan. Bapak ibunya bahkan jadi pelaku," ujar Faye.
Maka, anak-anak setidaknya harus diberikan dua keterampilan agar tidak terjebak dalam lingkaran tersebut. Pertama, cara mengidentifikasi kasus. Menurut Faye, banyak korban tidak melapor lantaran tidak tahu kalau ia sudah menjadi korban.
"Soalnya, enggak ada pendidikan tentang hak-hak anak di sekolah dan komunitas. Lalu, banyak yang beranggapan anak-anak adalah objek yang dimiliki orangtua. Jadi, dia 'mesti' bantu layani orangtuanya," jelas dia.
Pengetahuan kedua adalah terkait cara melaporkan bila mengalami kasus tersebut atau mengetahui adanya korban. Banyak organisasi atau komunitas yang bergerak dalam perlindungan anak dan menangani kasus kekerasan dan eksploitasi, tapi informasi tersebut belum tersebar luas.
"Mungkin bisa kerja sama dengan LBH, Polda, atau lembaga lain yang bisa dikontak. Anak-anak harus tahu cara mengontak organisasi-organisasi dan pihak tersebut," sambung dia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Masalah Kompleks
Sementara itu, pegiat perlindungan dan pemberdayaan anak dan perempuan, RD Chrisanctus Paschalis Saturnus menerangkan akar masalah kasus perdagangan, kekerasan, dan eksploitasi anak sangat kompleks.
"Menurut saya, kita masih harus mencari strategi untuk selesaikan masalah," sahutnya.
Salah satu titik lemah utama adalah soal pendidikan. Ia menilai pemerintah tidak memberi pendidikan yang cukup baik kepada anak-anak hingga 'lingkaran setan' terus berlanjut. Padahal, pendidikan bisa menjadi jalan keluar untuk kemiskinan yang dialami.
Begitu pula dengan sistem hukum yang dipandangnya sangat lemah dan tidak membuat jera. Para mafia kemudian memanfaatkan kelemahan hukum tersebut.
"Contohnya berbicara tentang perdagangan orang, pelaku itu dipersepsikan tentang dilakukan hanya oleh satu orang, dan itu banyak terjadi di Batam. Kasus 2018, seorang pekerja lapangan dapat hukuman lima tahun penjara, tapi pelaku utamanya hanya 1 tahun 6 bulan, itu terjadi di Batam," ia menjelaskan.
Kelemahan lain soal hukum yang dimanfaatkan mafia adalah situasi korup. Dari celah itu bisa keluar dokumen legal yang ujung-ujungnya menjerat anak sebagai korban.
"Kita punya UU, tapi garis penegakannya lemah, justru berkolaborasi dengan mafia. Itu yang bikin kami apa bisa masih setia atau tidak," sambung pria yang akrab disapa Romo.
Advertisement
Solusi Adaptif
Dengan kompleksnya masalah, solusi yang berusaha dihadirkan Rumah Faye juga disesuaikan dengan kondisi lapangan. Secara garis besar, ada tiga hal yang dijangkaunya, yakni pencegahan, pembebasan, dan pemulihan korban
Faye mengatakan, untuk setiap masalah, pihaknya tak segang mengajak anak-anak berdiskusi mencari jalan keluar bersama. Karena itu, hasilnya beragam. Ada layanan kesehatan, pendampingan hukum, hingga kelas kreatif seperti merajut dan menjahit.
"Kami percaya dengan keterlibatan anak. Saya pribadi waktu umur 11-12 tahun, isu apapun, orang yang paling rentan mesti dilibatkan dalam diskusi. Jadi, dalam kasus eksploitasi anak itu penting anak-anak sebagai korban harus dilibatkan juga," sambung dia.
Berkat diskusi itu pula, anak-anak difasilitasi untuk melindungi lingkungannya tinggal. Bersama Forum Anak, Rumah Faye berencana menanam 1.000 bakau di pesisir Pulang Ngenang, Nongsa, Batam, yang terkena abrasi. Program penanaman itu sekaligus kontribusi Rumah Faye dalam perayaan HUT ke-20 Yayasan Del.
Acara penanaman pohon bakau ini mengusung tema “Hijau Bumiku, Aman Masa Depanku”. "Menurutku simpel, ini buat nunjukin penghargaan Rumah Faye kepada lingkungan, terutama anak-anak yang menjaga lingkungan sekitar... Kita fasilitasi kesemangatan anak-anak untuk melakukan aksi nyata dengan dampak berjangka panjang," Faye menjelaskan.
Bentuk Eksploitasi Seksual Anak Online
Advertisement