Liputan6.com, Jakarta - Rumah dalam perkembangannya tidak sekadar jadi tempat berteduh dari panas dan hujan. Kehadirannya sekarang merupakan perpanjangan tangan dari gaya hidup penghuninya, tidak terkecuali praktik ramah lingkungan.
Soal rumah ramah lingkungan, founder perusahaan desain dan arsitektur Atelier Riri, Novriansyah Yakub, mengatakan bahwa itu sebenarnya bukan gagasan baru. "Tapi, sekarang makin banyak diimplementasi, dan itu biasanya dimulai dari gaya hidup," kata pria yang akrab disapa Riri itu melalui sambungan telepon pada Liputan6.com, Jumat, 25 Juni 2021.
Perubahaan kebiasaan ini, imbuh arsitek Budi Pradono, disebabkan orang lebih lama menghabiskan waktu di rumah. "Mereka jadi menyadari kekurangan-kekurangan hunian dan mencoba memperbaiki itu. Kompensasi kekurangan ini biasanya diselaraskan dengan hobi," ungkapnya lewat panggilan suara, Kamis, 24 Juni 2021.
Advertisement
Baca Juga
Berkebun misalnya, kata Budi. Sekecil apa pun lahan di rumah, tidak sedikit orang mengubahnya jadi tempat menaruh berbagai macam tanaman. "Beli pot, beli tanaman, ini juga terpengaruh tren media sosial," imbuhnya.
Unsur rumah lingkungan, Riri menjelaskan, punya benang merah dengan green living dan green architecture, sehingga itu memerhatikan dampak lingkungan. Yang paling dasar adalah bagaimana hunian tidak boros energi.
Itu bisa dicapai salah satunya dengan prinsip arsitektur yang baik. "Posisi bukaannya harus benar supaya sinar matahari dan udara luar bisa masuk ke dalam rumah," ucap Riri.
Budi menambahkan sederet treatment lanjutan untuk menambah unsur ramah lingkungan pada hunian. Itu termasuk menginstal bio septic tank dan pemasangan solar panel untuk memiliki sumber energi terbarukan secara mandiri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perhitungan Bujet
Riri mengatakan, bila perhitungan rumah ramah lingkungan seputar prinsip dasar, seperti pencahaayaan dan pertukaran udara, tidak ada bujet lebih yang harus dikeluarkan. Tapi, untuk fitur lebih canggih, ada investasi yang diperhitungkan.
"Sebetulnya kalau dihitung jangka panjang, investasinya bisa lebih menguntungkan karena punya sumber daya terbarukan (dari pemasangan solar panel)," tuturnya. Namun, hitungan ini juga tentang tenggat waktu.
"Kalau baru 10 tahun memang belum kelihatan," imbuhnya. Ia menyambung bahwa proyek rumah tinggal dalam skala besar sudah mulai sadar dan berani berinvestasi pada fitur ramah lingkungan.
"Beberapa developer sudah menjadikan itu (fitur hunian ramah lingkungan) sebagai opsi," katanya, menyambung bahwa perhitungan fitur ramah lingkungan setidaknya akan menghabiskan 30--50 persen dari total dana.
Advertisement
Tren Rumah Ramah Lingkungan
Riri menjelaskan bahwa variabel keberlanjutan sebenarnya sangat banyak. Dalam mendesain, pihaknya juga mempertimbangkan segi ekonomi dan sosial. "Kami sebisa mungkin akan menerapkan aspek ramah lingkungan," katanya.
"Tapi, lihat juga batasannya sampai mana (terlebih untuk proyek rumah tinggal). Setidaknya secara pasif, bangunan itu adaptif pada lingkungan. Sisanya apakah punya anggaran lebih (untuk menambah fitur ramah lingkungan)," imbuh Riri.
Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam setiap proyek, mereka umumnya menerapkan variabel keberlanjutan yang berbeda. "Ada satu proyek yang materialnya ramah lingkungan, menggunakan bahan-bahan yang green certificate. Ada juga satu proyek yang idenya lebih mengutamakan bukaan dan pencahayaan. Tapi, setidaknya 90 persen (proyek hunian) mengacu ke sana," ungkapnya.
Tidak Hanya tentang Bangunan
Head of Public Relations and Marketing Zero Waste Indonesia, Amanda Zahra Marsono, mengatakan, rumah ramah lingkungan adalah hunian dengan konsep berkelanjutan di segala aspeknya. Selain secara bangunan, perilaku penghuni rumah juga mestinya selaras dengan konsep itu.
"Membiasakan perilaku gaya hidup ramah lingkungan, seperti memilah sampah, memanfaatkan air hasil tadah air hujan, mengganti lampu jadi lampu LED yang hemat energi, pilih membuka jendela demi udara segar atau penggunaan kipas angin dibanding AC, serta mengompos," ungkapnya melalui pesan, Kamis, 24 Juni 2021.
Amira selaku PR and Communications Sustaination, menambahkan bahwa memilih produk-produk rumah tangga yang ramah lingkungan juga tidak kalah penting. "Butuh pemahaman lebih dulu tentang impact besar dari rumah tangga terhadap lingkungan," paparnya lewat pesan, Jumat, 25 Juni 2021.
"Setelah dipahami, mulai disiapkan alat pendukung di rumah itu sendiri. Bisa lewat pemilahan sampah organik dan non-organik secara rutin. Limbah organik dapat dikomposkan dan jadi bahan berguna untul kebun dan penyuburan tanah di sekeliling rumah, sementara limbah anorganik dapat disetor ke bank sampah untuk didaur ulang," urainya.
Juga, memerhatikan bagaimana bahan-bahan makanan disimpan dan dipergunakan sebaik-baiknya sehingga tidak terbuang. "Pola pikir ini membuat perilaku baru yang lebih berkelanjutan atau sustainable lifestyle," sambungnya.
Advertisement
Lebih Hemat?
Soal biaya yang dikeluarkan dalam praktiknya, Amanda mengatakan, itu sebenarnya tergantung definisi mahal setiap orang. "Pada awalnya mungkin terasa mahal. Contoh lampu LED lebih mahal dari lambu biasa, memasang solar panel juga demikian. Namun, yang perlu diperhatikan adalah kemahalan tersebut merupakan investasi akan penghematan pengeluaran di masa depan," tuturnya.
Sementara Amira berpendapat, dengan memilih produk, serta gaya hidup ramah lingkungan, publik juga akan menghemat banyak hal. "Jika kita belanja dengan lebih sadar dan memilih bahan lebih ramah lingkungan, dalam jangka panjang, kita telah menyelamatkan diri dan lingkungan kita dari kerusakan yang tidak bisa dipulihkan lagi," tuturnya.
"Ada nilai-nilai yang perlu dipertimbangkan selain harga murah di permukaan karena bisa jadi kita membayar mahal saat jangka panjang nanti. So choose wisely, not just for now, but forever," tandasnya.
Infografis Serba-serbi Rumah Ramah Lingkungan
Advertisement