Liputan6.com, Jakarta - Berbicara tentang Tahun Baru Islam, sebagaimana selebrasi lain, tidak akan jauh dari sederet kuliner khas. Salah satu yang telah begitu lekat adalah bubur asyura. Lebih spesifik, sajian ini diasosiasikan dengan pelaksanaan puasa sunah di bulan pertama kalender Hijriah, yakni Muharram.
Di hari ke-10 bulan Muharram, umat Islam merayakan Hari Asyura yang ditandai dengan puasa sunah. Bubur Asyura adalah bubur yang dibuat dengan berbagai bahan dan ramuan khusus untuk berbuka puasa pada hari itu.
Mengutip Merdeka.com, Senin, 9 Agustus 2021, sebelum pandemi COVID-19, bubur asyura biasanya akan dimasak bersama, dan nantinya akan dibagi-bagi ke masjid maupun warga sekitar. Bahan untuk memasakknya juga akan dikumpulkan dari masing-masing orang sebelum akhirnya dimasak bersama.
Advertisement
Baca Juga
Ketika memasak, para ibu biasanya akan saling tukar cerita keluarga, membahas isu-isu terkini di kampung, bahkan isu sosial politik di Indonesia dan dunia. Bahan-bahan bubur asyura sendiri dijelaskan terdiri dari santan kelapa, pisang, nangka masak gula merah, sagu dengan butiran keras, kacang hijau, labu kuning, dan ubi, lapor VOA Indonesia.
Tradisi memasak bubur asyura tidak hanya berpusat pada satu wilayah, namun hampir seluruh daerah di Indonesia yang warganya melaksanakan puasa Muharram. Namun, rasanya bisa berbeda antardaerah, mengingat bahan yang dipakai juga lain.
Dikatakan bahwa ada bubur asyura yang terbuat dari umbi-umbian, sehingga memberi cita rasa manis. Namun, ada pula yang justru didominasi rasa gurih karena berbahan rempah-rempah dan daging.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Hanya di Indonesia
Selain Indonesia, bubur asyura juga merupakan bagian dari tradisi di Malaysia dan Brunei Darusalam dalam perayaan Tahun Baru Islam. Seperti di Indonesia, Negeri Jiran juga punya beberapa versi bubur asyura.
Melansir Malaymail, bahan-bahannya cenderung disesuaikan dengan selera lokal dan tergantung pada apa yang mudah tersedia di setiap negara bagian. Mohd Jazlan Salleh yang telah membuat bubur asyura sejak remaja mengatakan bahwa keunikan rasa bubur asyura di wilayahnya adalah rempah-rempah asal Kelantan.
Rempah-rempah ini hanya dijual setahun sekali selama bulan Muharram, dan hanya bisa diperoleh dari Pasar Sentral Siti Khadijah di Kota Bharu.
Sementara, di Melaka dan beberapa tempat di Johor, bubur asyura cenderung lebih berkuah. Bahan-bahannya terdiri dari berbagai biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, dan daging sapi.
Kemudian, di negara bagian utara, bubur Ashura biasanya kental dan berwarna kekuningan. Ini membutuhkan sepuluh bahan yang menjadikan bubur sama sekali berbeda secara visual maupun rasa.
Advertisement
Tidak Hanya Bubur Ayura
Di samping bubur asyura, perayaan Tahun Baru Islam juga lekat dengan berbagai sajian lain. Melansir Antara, masyarakat di Semarang umumnya menyajikan tumpeng dengan berbagai lauk pauk. Sajian ini biasanya akan disantap bersama dalam balutan tradisi "Kembul Bujana."
Ada juga muslim di Jawa yang menyajikan kue apem, biasanya berbahan dasar tepung beras, santan, dan gula jawa. Lalu, bubur suro yang terbuat dari beras, santan, garam, jahe, dan serai, ditambah taburan tujuh jenis kacang, bulir-bulir jeruk bali atau delima, irisan ketimun, dan daun bawang.
Masyarakat Ki Gede Ing Suro Kota Palembang biasanya menyajikan bubur suro yang ditambah berbagai bumbu, seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, garam, kecap, bumbu sop, dan minyak makan.
Infografis Diplomasi Lewat Jalur Kuliner
Advertisement