Liputan6.com, Jakarta - Tekstur dan marbling daging wagyu membuatnya begitu tersohor. Dalam catatan eksistensinya, para ilmuwan dari Universitas Osaka Jepang menemukan cara mencetak daging sapi wagyu 3D di laboratorium.
Melansir Insider, Kamis, 2 September 2021, ini merupakan langkah yang mereka yakini akan membantu membuat potongan daging untuk diproduksi secara luas. Hal itu juga diyakini bisa mendukung produksi secara berkelanjutan, namun tetap sangat mirip dengan produk asli.
Advertisement
Dengan menggunakan sel punca yang mereka ambil dari sapi wagyu, para ilmuwan mulai membuat struktur dengan karakteristik marmer yang terlihat pada daging sapi wagyu. Inilah ciri krusial yang membedakan daging wagyu dari potongan daging sapi lain.
Advertisement
Baca Juga
Dengan mengisolasi sel daging sapi, para ilmuwan mengatur bagaimana otot, pembuluh darah, dan lemak harus ditumpuk. Mereka kemudian membentuk jaringan ini jadi bentuk steak menggunakan teknik yang disebut bioprinting 3D.
Cara itu menciptakan struktur sel berlapis-lapis menyerupai jaringan nyata pada makhluk hidup, dalam kasus ini sapi wagyu. Kendati membidik praktik berkelanjutan, asal-usul dari daging asli membedakan potongan ini dari pilihan nabati, seperti yang dibuat Beyond Meat dan Impossible Foods.
"Dengan meningkatkan teknologi ini, dimungkinkan untuk tidak hanya mereproduksi struktur daging kompleks, seperti marbling daging wagyu yang indah, tapi juga membuat penyesuaian halus pada komponen lemak dan otot," kata salah satu penelitinya, Michiya Matsusaki.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Personalisasi Daging Wagyu
Matsusaki menyambung bahwa dengan penyesuaian ini, pelanggan suatu hari nanti mungkin dapat memesan potongan daging yang diolah dengan jumlah lemak yang mereka inginkan. Jadi, produk yang didapatkan bisa sesuai selera dan masalah kesehatan mereka.
Daging wagyu dikenal sangat mahal, dengan daging bermutu tinggi dibanderol hingga 200 dolar AS (Rp2,8 juta) per 0,5 kilogram (kg) dan sapi dewasa dijual seharga lebih dari 30Â ribu dolar AS (Rp428 juta). Pada 2019, ekspor wagyu Jepang mencatatkan rekor laba tertinggi sebesar 268,8 juta dolar AS, naik 20 persen dari tahun sebelumnya.
Meski ini mungkin potongan daging wagyu pertama yang dicetak 3D, upaya lain telah dilakukan untuk membuat steak bioprint. Februari lalu, Aleph Farms dan Fakultas Teknik Biomedis di Institut Teknologi Technion Israel bersama-sama membuat bioprint dan membudidayakan steak ribeye menggunakan sel sapi asli.
Advertisement
Perkembangan Daging Nabati
Di sisi lain, "daging" berbahan nabati dengan agresif diperkenalkan, tidak terkecuali di Indonesia, terlepas dari pendapat tidak relevannya kampanye ini di dalam negeri. Salah satu pemainnya adalah Green Rebel Foods.
Saat ini, merek tersebut memiliki empat varian produk. Salah satunya varian Beefless yang merupakan alternatif daging sapi berbahan utama jamur shitake. Varian Beefless terbagi lagi jadi Beefless Steak, Beefless Chunks, dan Beefless Rendang.
Selain itu, IKEA juga menyasar menu berbahan nabati dari sederet menu populer, termasuk swedish meatballs yang hadir dalam opsi plant balls. Ada juga es krim matcha yang dibanderol Rp6 ribu. Kemudian, plant-based sausage bun seharga Rp10 ribu, Rp20 ribu untuk berbagai pilihan light bite, serta pilihan kue mulai Rp20 ribu.
"Untuk makanan beratnya, termasuk plant balls, itu mulai Rp35 ribu per porsi. Kami juga menyediakan makanan berbahan nabati untuk anak-anak yang paketnya mulai dari Rp40 ribu. Ada jus dan mainan dalam pilihan itu," urai IKEA Food Commercial Manager Dita Astari Putri dalam jumpa pers virtual, pekan lalu.
Infografis Diplomasi Lewat Jalur Kuliner
Advertisement