Restoran dan Produsen Makanan di AS Diimbau Kurangi Penggunaan Garam

Mengonsumsi garam secara berlebihan akan berdampak pada tubuh, seperti sering sakit kepala dan kemungkinan batu ginjal,

oleh Henry diperbarui 22 Okt 2021, 18:01 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2021, 18:01 WIB
Ilustrasi junk food
Ilustrasi junk food (Sumber: Pixabay/RitaE)

Liputan6.com, Jakarta - Makanan khas Amerika Serikat (AS) terkenal akan sajian cepat saji yang tinggi garam dan lemak. Oleh karena itu, makanan cepat saji sering disebut sebagai junk food.

Situasi itu membuat Badan Pengawas Obat dan Makanan di AS, Food and Drug Administration (FDA), kini merekomendasikan seluruh tempat makan untuk mulai mengurangi porsi garam dalam mengolah makanan. Menurut laporan data kematian AS selama setahun terakhir, penyebab utamanya adalah penyakit jantung.

Meskipun ada banyak faktor yang dapat memengaruhi risiko seseorang, pola makan terutama asupan natrium dan lemak jenuh berdampak besar pada kesehatan jantung. Dikutip Food and Wine, 15 Oktober 2021, dalam survei yang dilakukan National Health and Nutrition Examination Survey, diperkirakan hampir 90 persen orang dewasa AS mengonsumsi lebih banyak garam daripada yang disarankan, yaitu sebesar 2.300 miligram per hari.

Mengonsumsi garam secara berlebihan tentu akan berdampak pada tubuh. Seperti sering sakit kepala, peningkatan risiko demensia, dan kemungkinan mengalami batu ginjal. Padahal banyak alternatif untuk mengurangi garam dan jauh lebih sehat, misalnya menggunakan rempah-rempah.

Namun sepertinya masih banyak orang yang sulit meninggalkan kebiasaan mengonsumsi garam. Oleh karenanya, mengurangi asupan garam lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Melihat kebiasaan dan dampak negatif dari garam, pada 13 Oktober kemarin, FDA merilis rekomendasi baru bagi produsen makanan untuk mengurangi natrium yang digunakan dalam makanan olahan, dan makanan siap saji sebesar 12 persen selama dua setengah tahun ke depan. Meski begitu, target tersebut bersifat sukarela untuk diikuti oleh produsen makanan.

Saran FDA

Mengurangi Konsumsi Garam
Ilustrasi Garam Credit: pexels.com/Glove

FDA menyarankan untuk mengurangi porsi garam secara bertahap selama rentang 18 bulan. Memang rasanya tidak mungkin untuk mengurangi asupan garam, terlebih makanan orang dari Negeri Paman Sam itu berasal dari makanan olahan, ataupun makanan restoran yang mengandung lebih dari 70 persen natrium.

Namun, perubahan ini akan memiliki manfaat yang besar nantinya. Dari pengurangan porsi kecil garam itu bisa bermanfaat bagi kesehatan, seperti penurunan risiko hipertensi, stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan masih banyak lagi.

Rupanya target mengurangi porsi garam ini juga telah berhasil dilakukan negara lain. Menurut Journal of Human Hypertension menjelaskan bahwa, pada awal 2000-an Inggris pernah melembagakan pengurangan natrium sukarela untuk mengurangi kandungan garam dalam pasokan makanan.

Selama periode tujuh tahun, telah terjadi pengurangan asupan garam pada seseorang sebanyak 15 persen. Hasilnya, pengurangan natrium membawa manfaat, yaitu mampu membuat penurunan tekanan darah rata-rata, serta lebih sedikit keluhan stroke dan risiko serangan jantung yang lebih rendah.

Pengganti Garam

ilustrasi MSG/unsplash
ilustrasi MSG/unsplash

Sementara itu, tingkat konsumsi garam orang Indonesia lebih dari yang direkomendasikan pemerintah, yakni 2.000 mg (2g) atau sekitar satu sendok teh. Bahkan, survei menyebut rata-rata orang Asia mengonsumsi sekitar 12 gram per hari.

Hal itu diungkapkan oleh Annis Catur Adi, ahli gizi dan dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, dalam sebuah webinar, beberapa waktu lalu. Salah satu solusinya adalah dengan mengganti garam substitusi, dalam hal ini adalah KCl. Tapi, hal itu masih bermasalah lantaran ada after taste yang pahit.

Maka, ide berikutnya adalah mensubstitusi sebagian dengan MSG yang disebut micin karena kandungan natriumnya hanya sekitar seperempat dari kandungan sodium di garam. "MSG sudah ditemukan lama oleh Kikunae Ikeda. MSG itu hanya terdiri dari glutamat, sodium, dan air. Na dibutuhkan sebagai enhancer dan pelarut sehingga ketika MSG masuk ke tubuh dapat larut sempurna," terang Annis.

MSG jadi bahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan rasa umami, yakni rasa yang enak. Komponen glutamat secara alami terdapat dalam berbagai bahan makanan, seperti kerang, jamur, dan tomat.

Annis mengatakan MSG aman digunakan menurut BPOM. Namun, tingkat konsumsinya harus dimoderasi. Ia menyebut 2-3 gram sehari atau seujung sendok teh cukup untuk sehari.

 

 

Kalau enggak sempet masak sendiri, yuk PO saja di ManisdanSedap, banyak masakan rasa rumahan yang pas buat lauk makan siangmu. Berasa dimasakin ibu.

Yuk PO Sekarang di ManisdanSedap!

Alasan Makan Bersama Berisiko Tinggi Penularan Covid-19

Infografis Alasan Makan Bersama Berisiko Tinggi Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Alasan Makan Bersama Berisiko Tinggi Penularan Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya