Liputan6.com, Jakarta - Kemasan adalah bagian integral dalam upaya lebih berkelanjutan. Terlebih, sekarang sudah ada sederet perusahaan, termasuk SIG, yang menawarkan pilihan kemasan lebih ramah lingkungan. Dalam keterangan pada Liputan6.com, baru-baru ini, pihaknya baru saja menggelar virtual showcase pertama di wilayah Asia Pasifik bertema "Future of Packaging: Innovation and Sustainability."
"Sebagai penyedia sistem dan solusi kemasan terdepan, kami di SIG bekerja sama dengan para pelanggan untuk menyediakan produk makanan dan minuman pada konsumen dengan cara yang aman, berkelanjutan, dan terjangkau," kata Angela Lu, President and General Manager of SIG Asia Pacific – South.
Ia melanjutkan, "Teknologi pengisian kami yang unik memungkinkan fleksibilitas tidak tertandingi, menyediakan solusi menyeluruh untuk berbagai macam produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berubah."
Advertisement
"Melalui acara ini, kami ingin berbagi informasi seputar solusi kemasan untuk memajukan keberlanjutan dan bagaimana kami dapat mendukung perjalanan Anda dalam keberlanjutan dan inovasi untuk bisa bersaing di pasar makanan dan minuman masa kini dan ke depannya," tutur Lu.
Secara global, SIG telah menyasar faktor keberlanjutan melalui "Way Beyond Good," roadmap untuk jadi perusahaan net positive. Dalam inisiasi tersebut, pihaknya berkomitmen untuk mengurangi separuh dampak bisnisnya pada lingkungan dan menyediakan dua kali lebih banyak manfaat pada masyarakat di 2030.
"Way Beyond Good juga jadi dasar SIG menyediakan kemasan paling berkelanjutan di pasar, di mana semua bahan mentah yang digunakan berasal dari sumber bersertifikasi dan bertanggung jawab," pihaknya menyambung. Menyiapkan diri menuju masa depan kemasan lebih ramah lingkungan, mereka pun menggarisbawahi beberapa poin untuk memangkas volume sampah kemasan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kemasan Lebih Ramah Lingkungan
Pertama, bahan yang dapat diperbaharui berjumlah tinggi. Pihaknya mengklaim, rata-rata 70--80 persen dari setiap kemasan karton SIG terbuat dari paper board bersertifikasi FSC yang mendukung regenerasi sumber daya alam.
Kemudian, mengumpulkan bahan secara bertanggung jawab. Pada 2009, pihaknya telah mencapai sertifikasi 100 persen FSC CoCsecara global, dan pada 2021, SIG jadi yang pertama memastikan 100 persen paper board pada kemasan kartonnya diperoleh dengan sertifikasi FSC, serta sesuai standar terkait sumber yang bertanggung jawab.
Sertifikasi FSC berarti mereka melindungi hutan berkelanjutan yang digunakan sebagai sumber bahan. Selain itu, pada 2030, pihaknya akan merestorasi tambahan 100 persen area hutan keberagaman dan berkelanjutan di luar hutan yang dibutuhkan untuk menghasilkan karton SIG.
Ketiga, pihaknya menyediakan pilihan kemasan dengan jejak emisi karbon paling rendah. Penilaian siklus hidup independen membuktikan bahwa karton mereka menawarkan performa lingkungan yang secara signifikan lebih baik daripada kemasan lain.
Pelanggan dapat menghemat hingga 70 persen karbon dioksida dengan kemasan karton SIG standar. Mereka juga berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Umur Simpan Lebih Panjang
Keempat, terus berinovasi. Awal tahun ini, SIG meluncurkan inovasi terbarunya, SIGNATURE EVO, bahan kemasan full barrier tanpa alumunium pertama di dunia untuk kemasan karton aseptik. SIGNATURE EVO diklaim memperluas bahan kemasan tanpa alumunium dan rendah karbon.
Kini, produk tersebut sudah tersedia untuk susu putih. Juga, dapat digunakan untuk produk-produk yang sensitif terhadap oksigen, seperti jus buah, nektar, susu berasa, atau minuman nabati.
Selanjutnya, umur simpan lebih panjang. Inovasinya memungkinkan kemasan karton aseptik mempertahankan nutrisi dan vitamin tanpa pengawet atau pendinginan yang memungkinkan penyimpanan dan distribusi di suhu ruangan. Kemudian, memiliki umur simpan yang panjang, memiliki efisiensi sumber yang tinggi, serta jejak karbon rendah.
Meramaikan ekosistem ini, bisnis makanan cepat saji juga tidak mengecualikan diri dari upaya lebih ramah lingkungan dalam praktiknya. Salah satunya diinisiasi gerai KFC di Northpoint City, Singapura, yang mana pihaknya telah secara resmi memperkenalkan kemasan makanan nabati jenis baru, lapor Mothership.
Selain itu, pihaknya juga memastikan tidak ada sampah makanan maupun kemasan yang akan diproses ke dalam insinerator. Alih-alih, selama enam bulan ke depan, limbah yang dihasilkan pelanggan KFC di Northpoint City akan disalurkan ke pengolah limbah khusus di Tuas.
Ini adalah bagian dari percontohan pertama di dunia untuk daur ulang organik dari kemasan dan limbah sekali pakai. Digester mengambil, baik sisa makanan maupun kemasan, lalu mengubahnya jadi pupuk siap tanam hanya dalam 24 jam.
Praktis Tanpa Pemborosan
Seluruh sistem dari hulu ke hilir ini diklaim "praktis tanpa ada pemborosan." Namun bagi konsumen, visual seluruh kemasan makanan akan terasa dan terlihat persis sama.
Sistem ini dikembangkan perusahaan foodware yang inovatif dan start-up lokal Singapura, TRIA. Mereka meluncurkan program percontohan dengan KFC Singapore pada 1 Juni 2022, sebuah kolaborasi yang difasilitasi Enterprise Singapore.
"Secara global, tidak ada merek makanan cepat saji yang berhasil menutup loop untuk kemasan sekali pakai dine-in," kata siaran pers bersama oleh KFC dan TRIA. Kemasan nabati adalah campuran kertas dan bioplastik, yang dibuat dari tanaman berbasis gula seperti jagung industri dan ampas tebu sisa yang bersumber dari Amerika Serikat (AS), Thailand, dan Taiwan.
Kemasan makanan terkenal sulit didaur ulang, dan salah satu tantangan utamanya adalah memisahkannya dari sisa makanan. Ini tidak layak secara komersial karena mendaur ulang kemasan makanan akan menelan biaya lima kali lebih banyak daripada kemasan itu sendiri, kata CEO TRIA, Ng Pei Kang.
Teknologi TRIA dalam menggunakan kemasan nabati memungkinkan keduanya diproses bersama tanpa pemisahan. Dalam satu waktu, digester makanan dapat mengubah seribu kg sisa makanan dan kemasan jadi 200 hingga 300 kg pupuk.
Advertisement