Peduli Stunting, Barista Mikael Jasin Hanya Minum Air Putih Selama 5 Hari

Mikael Jasin ditantang untuk puasa tanpa kalori demi meningkatkan kesadaran tentang stunting. Ia menjawabnya dengan hanya meminum air putih selama lima hari.

oleh Elly Purnama diperbarui 26 Agu 2022, 12:02 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2022, 12:02 WIB
Mikael Jasin Lakukan Lima Hari Puasa untuk Dukung Pencegahan Stunting
Foto Mikael Jasin dengan teks agents of change from Indonesia to the world. (Dok: Instagram @mikaeljasin https://www.instagram.com/p/CW-8V9nPneQ/?igshid=YmMyMTA2M2Y= / Elly Purnama)

Liputan6.com, Jakarta - Mikael Jasin (Miki), finalis World Barista Champion 2019 berhasil mewujudkan challenge lima hari puasa tanpa kalori. Tantangan ini dilakukannya dalam rangka untuk meningkatkan awareness atau kesadaran terhadap pentingnya penanganan stunting.

"Minggu ini saya akan berpuasa, tidak makan apa-apa, dan tidak mengonsumsi kalori apapun. Hanya minum air putih saja selama lima hari," ujar Miki dalam video yang diunggah di akun Instagram @mikaeljasin pada Selasa, 16 Agustus 2022.

Miki merasa selama ini sudah hidup nyaman. Tapi, situasi itu tak akan membantunya untuk tetap bertumbuh. Mengikuti tantangan itu menjadi salah satu cara keluar dari zona nyaman.

"Seperti batu diamond kalau tidak ada pressure (tekanan), tidak akan menjadi diamond. Orang kalau tidak ada suffering, tidak ada grow (tumbuh)," ungkapnya dalam siaran langsung di Instagram, Rabu, 24 Agustus 2022.

Selain itu, ia ingin membantu menggalang dana untuk kampanye melawan stunting yang terjadi terutama di Nusa Tenggara Timur.  Sebelum menunaikan tantangan, ia meriset terlebih dulu untuk mengetahui efek samping dari puasa tanpa kalori. Disimpulkan bahwa sebaiknya ia melakukan intermitten fasting sebagai langkah awal.

Ia pun menjalani diet puasa dengan tidak makan selama 16 jam dan sisanya digunakan sebagai waktu makan. Ia melakukannya beberapa waktu hampir tiap hari sebelum akhirnya hanya minum air selama lima hari.

"Untungnya, karena ini untuk charity dan people donate, maka sangat mudah untuk terus berkomitmen," ujar Miki.

Dari tantangan yang ditunaikannya, sudah terkumpul donasi 1.765 dolar AS atau sekitar Rp26 juta. Miki bekerja sama dengan 1000 Days Fund untuk mengelola dana yang terkumpul. Dengan lembaga yang sama, ia juga sempat mengikuti tantangan bersepeda selama 24 jam dari Jakarta ke Yogyakarta pada 2020.

 

 

Rutin Berpuasa

Mikael Jasin Lakukan Lima Hari Puasa untuk Dukung Pencegahan Stunting
Mikael Jasin melakukan tantangan bersepeda dari Jakarta-Yogyakarta. (Dok: Instagram @mikaeljasin https://www.instagram.com/p/CH6YiSHpgZy/?igshid=YmMyMTA2M2Y= / Elly Purnama)

 

Sebelum menjalankan tantangan tersebut, ia mengaku sudah lebih dulu rutin berpuasa setiap Senin. Kebiasaan itu dilakoninya sejak akhir 2018.

Pemicunya saat itu adalah sakit perut yang dideritanya. Ia pun berkonsultasi ke dokter yang kemudian menyarankannya untuk berhenti meminum kopi.

Saran dokter saat itu awalnya ia anggap sudah ketinggalan zaman, terlebih profesinya sebagai barista tak mungkin lepas dari kopi. Tapi, ia tetap mencoba mengikuti saran dokter selama beberapa bulan.

Seiring dengan itu, ia juga terbiasa mencari informasi soal makanan maupun minuman yang dikonsumsinya. Tujuannya agar ia bisa memahami pemicu sakit perutnya. Hingga di titik tertentu, ia merasa belum ada perkembangan berarti.

Miki mengaku berat badannya naik, tapi kondisi perutnya masih tidak membaik. Selain itu, level energinya menjadi naik turun.

Miki kemudian mencoba lebih fokus mengatur makannya, menyimpulkan bahwa dirinya merasa lebih baik saat tidak makan. Sejak itu, ia melihat puasa sebagai solusi dari permasalahan yang ada.

Kode Merah di NTT

Ilustrasi Stunting
Ilustrasi Stunting. Foto: Ade Nasihudin Liputan6.com (9/11/2020).

Melansir situs Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Bali, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun.

Dikutip dari kanal News Liputan6.com, Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting di NTT berada pada posisi 37,8 persen atau yang tertinggi dari seluruh provinsi. Angka ini juga masih di bawah angka stunting nasional yaitu 24,4 persen.

Setidaknya masih ada 15 kabupaten di NTT yang berkategori merah dalam kasus stunting. Penyematan status merah tersebut yakni wilayah yang prevalensi stuntingnya masih di atas 30 persen.

 

Lidya Sophiani, Communications Specialist 1000 Days Fund menyebut salah satu faktor pemicu adalahnya rendahnya pengetahuan masyarakat soal ilmu gizi atau nutrisi. Itu salah satunya dipicu oleh koneksi digital yang tidak memadai.

"Sudah ada puskesmas di pelosok. Namun, karena kurang pemahaman dan informasi yang kurang, terkadang orangtua takut anaknya diimunisasi," ujar Lidya.

"Vaksin dan pemeriksaan kehamilan sudah gratis. Namun, kesadaran masyarakat sekitar belum ada pemahaman, mungkin perubahan belum akan terjadi," sambungnya.

Nutrisi Seimbang

Mencegah Stunting dengan Pemeriksaan Rutin Kehamilan di Puskesmas
Suasana ibu hamil dan menyusui saat pemeriksaan rutin di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta, Kamis (26/11/2020). (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Dokter spesialis anak, Andreas, Sp.A menjelaskan bahwa perkembangan manusia paling pesat terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan dan usia remaja. "Pertama dari usia kehamilan, sampai usia dua tahun. Kedua, di usia remaja saat terjadi pertumbuhan yang amat sangat cepat. Makanya perlunya pemenuhan nutrisi seimbang," kata dia.

Nutrisi seimbang itu diterjemahkan bahwa makanan dan minuman yang diasup harus memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, kemak, vitamin, serta mineral secara proporsional. Pemerintah pun sudah membuat panduan, seperti dengan gerakan Isi Piringku dan grafik pertumbuhan KMS.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT Emma M. F. Simatupang mengatakan selain gizi, masalah stunting juga disebabkan oleh berbagai sektor. Oleh karenanya, perlu perhatian semua pihak.

"Kalau kita cek kembali, tarik ke belakang dan kita analisa penyebabnya berkaitan dengan ekonomi atau pendapatan rumah tangga. Artinya masalah stunting yang kita bicarakan hari ini berurusan dengan semua sektor. Tidak hanya kesehatan saja, tetapi ada pertanian, pemberdayaan ekonomi masyarakat, ada pembangunan masyarakat desa, dan lainnya," ujar Emma.

 

Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya