Liputan6.com, Jakarta - Miliarder dan pengusaha hotel asal Thailand, Bill Heinecke dikenal suka mengkritik kebijakan pemerintah sekaligus memberi saran atau solusi, terutama yang berkaitan dengan bidang usahanya. Terbaru, Heinecke menyarankan agar hotel-hotel di Thailand memungut biaya ekstra sebesar 300 baht atau 8 dolar AS (Rp120 ribu) per kamar per malam kepada turis asing.
Alasannya untuk biaya pemulihan usaha sektor hotel di Thailand. Heinecke merupakan pendiri jaringan hotel Minor Group yang mengoperasikan lebih dari 500 hotel di seluruh dunia. Ia mengirimkan pernyataan tersebut dengan mengirim surat terbuka pada Perdana Menteri atau PM Thailand Prayut Chan-o-cha.
Advertisement
Baca Juga
Melansir laman Thaiger, Rabu, 9 November 2022, Heinecke mengatakan biaya tambahan tersebut akan membantu sektor pariwisata Thailand bangkit kembali karena harga-harga barang kebutuhan di negeri Gajah Putih itu meningkat. Pria berdarah Amerika-Thailand itu menambahkan, hotel-hotel di Thailand butuh tambahan biaya sejak industri wisata harus menghadapi inflasi yang tinggi. Hal itu berdampak pada naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok, temasuk harga bahan bakar.
Saran dari Heinecke itu hampir sama dengan rencana pemerintah Thailand yang siap memberlakukan biaya sebesar 300 baht, bagi semua turis asing yang memasuki Thailand. Biaya tersebut berperan sebagai pertanggungan asuransi hingga 500.000 baht atau setara Rp205 juta per orang jika terjadi kecelakaan.
Kebijakan yang sudah lama dirumuskan itu rencananya akan diberlakukan mulai tahun depan. Bedanya, saran dari Heinecke jika benar-benar dijalankan, pemasukan tambahan itu akan langsung masuk ke kantong pengusaha, bukan pemerintah.
Meski begitu, kecil kemungkinan pemerintah akan benar-benar memberlakukan kebijakan tersebut, sehubungan kebijakan pajak wisata yang saat ini berlaku sudah mengundang banyak protes. Banyak yang menilai kebijakan membayar pajak masuk bagi para turis asing bisa membuat banyak orang justru tidak ingin berwisata ke Thailand.
Heinecke dan PM Thailand
Bill kerap mengirim surat saran pada PM Prayut. Tidak diketahui dengan pasti apakah Prayut pernah membalas surat-suratnya, sang perdana menteri tidak pernah mempublikasikan saran-saran dari Bill.
Pada April lalu, Heineke menulis surat terbuka pada Prayut untuk melonggarkan pembatasan agar industri pariwisata bisa bangkit kembali. Dia menyarankan untuk menghapus kebijakan Thailand Pass dan Test & Go agar para wisman kembali berbondong-bondong datang ke Thailand.
Beberapa bulan kemudian, dua kebijakan itu akhirnya dicabut oleh Pusat untuk Administrasi Situasi Covid-19 (CCSA) Thailand. Hasilnya, para wisatawan asing kembali mengunjungi Thailand.
Saran Heinecke untuk menghapus berbagai pembatasan karena pandemi Covid-19 sudah mulai melandai, kontras dengan usulannya saat pandemi mulai melanda pada awal 2020 lalu. Pada Maret 2020, Bill menulis surat pada PM Prayut agar menerapkan lockdown ketat di negara tersebut untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.
Saat ini, para turis sudah mulai kembali menyambangi Thailand, tapi seperti ditulis Bill isi surat terbukanya baru-baru ini, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. "Target kunjungan turis asing pada 2022 mencapai 10 juta lebih wisatawan adalah target yang cukup realistis. Tapi tentunya masih jauh dari kondisi ideal karena itu hanya 25 persen dari jumlah kunjungan wisman pada 2019," ungkap Heinecke.
"Bahkan proyeksi jumlah wisman pada 2023, yaitu sekitar 18 juta wisatawan, hanya 45 persen dari jumlah kunjungan wisman rata-rata per tahun di saat sebelum pandemi," lanjutnya.
Advertisement
Target Wisman Tercapai
Saat ini total jumlah wisma yang masuk ke Thailand sudah nencapai lebih dari 10 juta wisatawan, yang berarti target di tahun ini sudah tercapai. Sebagian besar wisman yang datang berasal dari Malaysia dan India.
Gurp hotel Minor International yang dimiliki Heinecke mengelola beberapa hotel terkenal di Thailand, seperti AVANI, NH Collection, Marriott, Four Seasons and Radisson Blu. Perusahaan tersebut juga menjadi pemilik sejumlah restoran di Thailand, seperti The Pizza Company, The Coffee Club, Swensen’s, Sizzler, Dairy Queen, Burger King dan masih banyak lagi.
Di sisi lain, Otoritas Pariwisata Thailand (TAT) telah membuat proyeksi jumlah kunjungan turis pada 2023 sebesar 18 juta orang. Data tersebut optimis dapat tercapai setelah bulan lalu kunjungan wisman melampaui tujuh juta orang dan berangsur memenuhi 10 juta kedatangan tahun ini.
Sebelum pandemi, Thailand mendapat 40 juta kunjungan turis per tahun. Negeri itu mengarahkan sasaran wisman ke pasar jarak pendek, seperti Asia Tenggara dan Pasifik Selatan, serta tidak terlalu berharap pada gelombang turis China yang datang ke Thailand dalam waktu dekat.
Dengan target pendapatan 2023 sebesar 971 miliar baht atau setara Rp402,8 triliun, pejabat TAT memperkirakan 600 miliar miliar baht berasal dari kunjungan wisatawan negara tetangga. Deputi Gubernur Pemasaran TAT untuk Asia dan Pasifik Selatan memperkirakan 13 juta wisatawan dari tujuan jarak pendek akan tiba di Thailand tahun depan, sekitar 72 persen dari keseluruhan kedatangan.
Asia Selatan Jadi Kunci
Tahun ini, lebih dari satu juta orang Malaysia memasuki Thailand tahun ini, mendominasi demografis terbesar. Penerbangan rute Malaysia sudah mencapai 68 persen, sementara India memompa isi pesawat yang penuh dengan turis hingga 85 persen.
Sementara, negara dengan penerbangan paling banyak dilanjutkan dari jadwal pra-pandemi mereka sebelumnya adalah Vietnam. Menurut Bangkok Post, penerbangan antara Vietnam dan Thailand sekarang beroperasi 89 persen dari jumlah pra-Covid mereka.
Sepanjang tahun ini, daerah terdekat menjadi kuncinya antara lain Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Pasifik Selatan mencapai 54 persen dari total pengunjung ke Thailand, dengan sekitar 4,1 juta pelancong.
Pasar Asia Timur lambat dibuka kembali, dengan China masih terkunci. Sementara, kontribusi wisatawan dari Jepang, Korea, Taiwan, dan negara-negara Asia Timur lainnya merupakan 11 persen dari wisatawan ke Thailand tahun ini, sejauh ini 831.742 orang. China memang memiliki beberapa pelajar dan pelancong bisnis, hanya di bawah 200 ribu orang dari mereka.
TAT telah meminimalkan prediksinya untuk tahun depan. Mereka masih sabar menunggu China melonggarkan kebijakannya untuk mengizinkan turis daratan melakukan perjalanan ke Thailand. Sampai saat itu, mereka secara agresif menargetkan kota-kota sekunder di India seperti Ahmedabad, Jaipur, dan Lucknow, serta Asia Timur dan pasar jarak pendek lainnya untuk mencapai target.
Advertisement