Liputan6.com, Jakarta - Bali terkenal dengan pantainya yang masih asli serta warisan budaya yang kaya, dan pemandangan yang menakjubkan. Tetapi, foto-foto terbaru Bali menunjukkan sisi lain dari destinasi favorit para turis ini.
Mengutip dari laman news.com.au, Rabu (12/4/2023), unggahan potret baru diambil dari Pantai Kuta sebuah daerah wisata yang terletak di selatan. Foto menunjukkan pesisir pantai dibanjiri tumpukan botol plastik, wadah makanan, dan tas plastik yang ditinggalkan.
Baca Juga
Penduduk setempat tersentak mengarungi tumpukan sampah pada Selasa, 11 April 2023, sebagai upaya untuk mengembalikan pantai ke kondisi yang biasanya bersih. Namun, sepanjang bulan Oktober hingga Maret, saat musim hujan di Indonesia, turis akan menemukan sampah yang sering dibuang di Pantai Kuta, Seminyak, Legian, dan Jimbaran Bali setiap hari.
Advertisement
Ini adalah fenomena tahunan dengan plastik, sampah, dan limbah dari kapal pengapalan sering terbawa ke darat oleh angin kencang, air pasang, dan hujan deras. Indonesia adalah salah satu penyumbang polusi plastik terburuk, dengan 200.000 ton plastik hanyut ke lautan, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Nature Communications pada 2017.
Unggahan viral Instagram yang dibagikan minggu lalu menunjukkan betapa banyak masalah "tsunami sampah" yang mengalir ke saluran air. "Ini adalah tsunami sampah di Indonesia dan semuanya akan berakhir di lautan," tulis pemerhati lingkungan Gary Bencheghib, yang membagikan klip tersebut. Ia menyambung, "Kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap gelombang plastik ini."
Pantai Tertutup Sampah Plastik
Ketua Satgas Pantai Kuta, I Wayan Sirna mengatakan untuk mengatasi masalah sampah di pantai biasanya mereka berkoordinasi dengan dinas terkait agar sampah bisa segera dibersihkan. "Karena per hari, jumlah sampah bisa mencapai 8 truk hingga 10 truk,” ujarnya pada Oktober tahun lalu menyusul gempuran sampah lagi.
Awal tahun ini, turis Australia Tracy Hull membagikan foto-foto muram di grup Facebook populer untuk warga Australia di Bali, dengan judul: "Setidaknya saya tahu di mana saluran pembuangan limbah di Legian, benar-benar menjijikkan hari ini."
Tracey mengatakan sangat mengerikan melihat pantai terlihat seperti itu, dan itu benar-benar tertutup sampah plastik. "Itu ketiga kalinya saya mengunjungi Bali,” katanya kepada news.com.au. "Itu (timbunan sampah) terjadi setiap waktu, Desember penuh dengan gelas plastik dan sedotan dan tas, dari semua merek Indonesia."
"Rasanya seperti berenang di ujung," sebutnya lagi merasa sangat miris menyaksikan apa yang terjadi.
Advertisement
Reaksi Warganet Terhadap Tumpukan Sampah
Unggahan tersebut mendapat reaksi besar dengan beberapa orang Australia mengatakan mereka juga memperhatikan bahwa pantai terlihat tidak sedap dipandang. "Saya berada di sana pada pertengahan Desember, berjalan di pantai hampir setiap hari dan pasirnya penuh dengan sampah dan polusi. Saya tahu itu mungkin turis tapi itu mematikan bagi saya," komentar salah satu warganet.
"Hujan? Itu dari air badai. ️Sampah itu sayangnya karena kurangnya pendidikan dan layanan pemerintah (yaitu pengambilan sampah). Sampah dibuang ke jurang di pedalaman," tambah yang lain.
Lainnya memperkuat "angin pasat membawa sampah di musim hujan" sementara juga mencatat kurangnya sistem limbah terpusat di Bali.
"(Itu) terjadi setiap tahun pada saat ini," tulis seorang yang lain.
Angin darat menyapu semua ke pantai Kuta sepanjang tahun ini. Sungai-sungai mengalir ke laut dan angin meniup semuanya kembali. Lingkaran setan sampah. Ketika itu, Koordinator Deteksi Evakuasi Sampah Laut Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung Made Gede Dwipayana mengatakan, seluruh pantai telah tertutup sampah dengan relawan yang mengumpulkan sampah dalam jumlah besar dari Oktober hingga Desember.
"Totalnya 600 ton. Itu semua di pantai Kabupaten Badung di sebelah barat,” kata Dwipayana. Indonesia kini mencatat 68,5 juta ton sampah dihasilkan pada 2021.
Solusi Masalah Sampah
Sementara itu, menurut data International Union for Conservation of Nature sebanyak 80 persen pencemaran di laut berasal dari plastik dengan 8--14 metrik ton plastik berakhir di laut setiap tahunnya. Jumlah yang sangat banyak, belum lagi terdapat 50--75 triliun keping plastik dan mikroplastik di lautan.
Jumlah sampah plastik diperkirakan bakal melebihi jumlah ikan di laut pada 2050. Masalah ini berdampak serius, tak hanya bagi kehidupan ekosistem laut, tetapi juga pada ketahanan pangan dan kesehatan manusia.
Dengan fakta ini, gelaran East Asia Summit Hackathon pun mengajak generasi muda untuk ikut mengatasi isu sampah plastik laut lewat teknologi. Australia, India, dan Singapura menjadi tuan rumah EAS (EastAsia Summit) Hackathon dengan tema "Combating Marine Plastic" yang diadakan pada 13--16 Desember 2022 di Jakarta.
Dalam sambutannya, Duta Besar Australia untuk ASEAN, H.E. Will Nankervis mengatakan bahwa, masalah sampah laut tidak akan terpecahkan tanpa partisipasi terus menerus dari generasi muda. Di ajang East Asia Summit Hackathon generasi muda dari negara-negara anggota EAS pun berkompetisi dalam menciptakan inovasi berupa aplikasi digital yang akan membantu memonitor sampah laut lebih akurat.
Advertisement